Titik Balik.
Dengan hati-hati mereka lewati hari bersama, takut menyakiti satu sama lain. Sebuah komitmen besar yang mengikat hidup dua anak manusia telah terbentuk, mana mungkin mereka menyia-nyiakan karunia tuhan yang bernama cinta ini.
Seminggu telah berlalu tanpa putusnya komunikasi sama sekali. Tepat esok hari, mereka akan bertemu. Kania mulai mencoba cara berdandan yang cantik dan cocok menurutnya. Tidak ingin mengecewakan kekasihnya, ia pun sempat membeli beberapa baju untuk dipakai kencan. Namun, ada seorang pemuda yang tak gentar mengejarnya meski telah mendengar Kania sudah tidak seorang diri. Pemuda ini bersikukuh meneleponnya. Hingga akhirnya satu pesan tertulis di layar notifikasi ponselnya. "Besok sore aku akan ke rumah." Tegas pemuda itu. "Untuk apa?" Kania mau tidak mau menjawab pesannya, namun tidak dibalas lagi oleh pemuda tersebut.
Esok yang ditunggu telah tiba. Kania berharap Juna lah yang sampai duluan, sehingga ia tak perlu bertemu dengan mantan kekasihnya. Selang beberapa menit, terdengar suara sebuah sepeda motor berhenti di depan rumahnya. Namun tak ada yang memanggil ataupun mengetuk pintu. Ponselnya berdering, tertera nomor dari seseorang yang tak ingin ia lihat. Setelah tak diangkat, sebuah pesan masuk ke ponselnya "Aku di depan." Terlihat tertulis di kolom notifikasi. Kania berpikir keras, apakah harus ia tunggu Juna datang? Ataukah ia keluar rumah dan menuruti kemauan pemuda ini untuk sedikit berbincang agar ia cepat pergi? Namun Juna tak juga datang. Maka, Kania pun memilih untuk membuka pintu dan mendatangi pemuda yang sedari tadi menunggu di depan rumahnya.
"Nia." Sapa pemuda tersebut. "Mau apa kamu kemari?" Ketus Kania. "Jahat sekali kamu, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita. Tidak boleh?" Pemuda tersebut mengutarakan maksudnya. "Boleh kok. Tapi hubungan sebagai teman ya? Tidak lebih." Jawab Kania yang tak berani menatap mata pria tersebut. Kania selalu memiliki perasaan tidak tegaan, maka ia menghindari tatapan mata. "Kamu tahu? Aku baru sadar, Kania. Bahwa tidak ada gadis yang lebih baik daripada kamu." Ucap pemuda tersebut sambil berusaha menggenggam tangan Kania. Tepat sebelum Kania berusaha melepaskan genggaman pemuda tersebut, Juna pun datang.
Juna pun terdiam, jagatnya kembali terhenti oleh apa yang hadir di hadapannya. Apa yang ia lihat seakan mengingatkannya kembali akan peristiwa yang membuatnya pergi merantau. Ia mencoba terlepas dari lamunannya. Ia katakan pada dirinya "Tidak, aku yang sekarang tidak boleh lari." Maka ia mendekati Kania, menatap matanya seraya berkata "Sayang, kamu sudah siap?" Kania tersenyum lalu membalas "Sebentar ya, tasku masih di kamar." Lalu Kania pergi mengambil tasnya yang tertinggal di dalam rumah.
"Untuk apa kamu kemari?" Tanya Juna kepada pemuda tersebut. Pemuda itu terdiam, membisu sementara tatapan Juna yang membara dan terasa sangat menusuk terus tertuju padanya. "Terimakasih, kamu pernah menjaganya. Namun, tugasmu sudah berakhir. Kini aku yang ambil alih." Tegas Juna kepada pemuda tersebut. Kania pun keluar dari rumahnya. "Ayo?" Ajak Kania kepada Juna. Meski hatinya masih tak senang dengan keadaan ini, Juna membalas senyumnya dan segera menyalakan motor. Lalu mereka berdua beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu
Romance"Kalau memang berjodoh, pasti ada saja cara semesta mempersatukan kita. Bahkan setiap pertemuan dan perpisahan pun memiliki takdirnya sendiri, kan?" 17 Agustus, 2000. Arjuna Citrakara. Seorang pemuda gagah dan idealis yang baru saja kembali pulang k...