Candu.
Malam demi malam selalu ia lewati dengan mengirim surel atau pesan singkat kepada Kania. Selalu diawali dengan pembicaraan soal kerjaannya sampai akhirnya merambat kearah kehidupan pribadi mereka masing-masing.
Hari minggu pun tiba. Hari dimana Juna kembali mengemban tugas dari sahabat baiknya yang tak terasa berat sama sekali itu. Peralatan demi peralatan ia siapkan, Kodak DCS-100 keluaran tahun 1991 kesayangannya pun ia masukan kedalam tas. Juna berkata "Tanpa kamu, aku tak akan bisa bertemu dengannya." Sambil mencium kamera tersebut seperti orang gila. Lalu ia lanjut menyiapkan yang lain. Tak lupa baju rapi dan parfum semerbak pun turut menghiasi tubuhnya.
"Juna!" Lambaian tangan yang sangat ingin ia lihat mengawali harinya. Pertama kali dalam hidupnya, Juna menghampiri seorang wanita dengan langkah yang mantap meski lututnya kadang melemas dan jantungnya berdegup kencang. "Sudah siap?" Tanya Kania. Arjuna mengangguk sambil melihat keadaan tempat resepsi. Diambilnya si kamera kesayangan dan mulai melakukan tugas. Satu dua foto mulai ia ambil, sudut demi sudut ia bidik lalu ia tangkap masuk ke dalam kamera nya. Namun ada satu yang menggangu pikirannya. Kania, dia sangat manis hari ini. Sayang sekali apabila Juna menyia-nyiakan kesempatannya itu. Maka, sesekali ia arahkan kameranya itu kearah Kania. Kadang ia panggil namanya agar tatapan sang nadir terarah kepadanya.
Tanpa disadari, hari pun telah usai. Hari yang terlalu indah untuk disudahi mau tak mau harus berakhir. Setelah selesai menyalami pengantin, Juna menghampiri Kania. "Nia." Sapanya. Kania yang sedang membereskan meja tamu pun turut pergi menghampiri Juna "Iya Jun?". Dengan berat hati Juna berkata "Semua sudah beres nih.". "Oiya? Terimakasih banyak ya Juna. Aku senang sekali." Sebuah senyum terlukis indah di wajahnya, Juna terdiam kembali terhipnotis olehnya. "Jun?" Lanjutnya, "eh? Oiya kira-kira kapan akan kau ambil file dan album nya?" Juna tersadar dan sontak mencari alasan untuk bertemu kembali dengannya. "Untuk itu mungkin akan aku kabari lagi nanti. Yang penting, bereskan saja dulu albumnya ya." Ucap Kania. Juna mengangguk "Yasudah, kalau begitu aku pamit ya. Tak enak juga jika berlama lama disini, keluarga juga kan bukan." Lalu Kania pun mengangguk dan mengantar Juna ke gerbang depan. Dengan langkah yang semakin berat, Juna pamit undur diri. Dipacunya motor tua miliknya sambil melambaikan tangan kearah Kania "Kita akan bertemu lagi kan?" Tanya Juna didalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu
Romance"Kalau memang berjodoh, pasti ada saja cara semesta mempersatukan kita. Bahkan setiap pertemuan dan perpisahan pun memiliki takdirnya sendiri, kan?" 17 Agustus, 2000. Arjuna Citrakara. Seorang pemuda gagah dan idealis yang baru saja kembali pulang k...