Dimensi setelah kehadiranmu.
Ijab kabul sudah terlaksana. Kania kini sudah resmi bersama pria idamannya, begitu juga Juna. Mereka melewati suasana baru dengan tanggung jawab yang baru pula.
Sebuah rumah bercat putih di kawasan Awiligar Bandung menjadi tempat mereka berdua merajut kisah baru. Udaranya yang sejuk, dan pepohonan yang rindang sungguh bisa menyejukkan jiwa mereka.
Terlihat sepasang suami-istri tertidur pulas di atas ranjang yang terletak di dalam sebuah kamar yang porak-poranda hasil dari badai ekstase yang mereka timbulkan semalam. Sang istri terbangun, bergegas menggunakan pakaiannya dan pergi ke dapur untuk memasak sarapan pagi. Dapur, sebuah singgasana bagi seorang istri yang tidak boleh diganggu oleh suami itu menjadi tempat pertempuran hebat. Daging dan pisau beradu, bumbu-bumbu dapur melebur menjadi satu dengan sayuran.
Setelah selesai, ia kembali ke kamar. Kania memeluk punggung suaminya erat sambil berbisik "Bangun, suamiku. Sarapanmu sudah siap.". Juna berbalik, menghadap ke arah suara merdu itu berasal dan memeluk istrinya "Kemarilah, aku tak tahu suaramu bisa begitu indah terdengar di telingaku." Ucap Juna. Dan ledakan ekstase kedua pun dimulai.Suatu sore di teras belakang rumah, mereka duduk berdua. Ditemani secangkir teh dan secangkir kopi panas, mereka berbincang dan bercanda. Kicauan burung yang datang dan pergi seakan menyapa mereka, begitu juga angin sejuk disertai langit senja. "Sayangku.." ucap Juna. "Iya suamiku?" Sahut Kania. "Minggu depan kita ke Aceh ya? Kita kunjungi Ma Cut (panggilan untuk adik perepuan dari ayah/ibu dalam bahasa Aceh). Dulu, selama aku berkuliah beliaulah yang menjagaku." Jawab Juna. "Apapun kehendakmu suamiku, akan aku turuti." Kania mengamini sambil tersenyum lalu menyesap teh nya. "Terimakasih, sayangku." Ucap Juna. Kania pun mengangguk "Sama-sama, suamiku." Tuturnya.
Minggu yang ditunggu telah tiba, dua buah tiket pesawat sudah di tangan. Namun pagi ini ada yang aneh dengan Kania. Ia merasakan mual yang tiba-tiba disertai pusing yang amat sangat. Firasatnya mendorong ia untuk menggunakan test pack (alat pendeteksi kehamilan) yang sudah ia siapkan dari sejak menikah. Sambil mandi pagi ia melakukan pengecekan, dan firasatnya ternyata tepat. Kania sebenarnya ingin sekali memberitahukan kabar kehamilannya pada suaminya, namun ia berpikir alangkah baiknya jika kabar gembira ini sekalian saja ia bagikan juga kepada keluarga suaminya di Aceh.
Dengan koper yang penuh dengan barang bawaan, mereka bergegas pergi ke Bandara Husein Sastranegara Bandung. Mereka berangkat tepat pukul 5 sore dengan perkiraan perjalanan 4 jam 40 menit ke Bandara Sultan Iskandarmuda Aceh. Tepat jam 09.40 malam mereka sampai dan langsung disambut oleh keluarga di sana. Kania diperkenalkan kepada keluarga suaminya itu sebagai istri satu-satunya dan wanita yang paling Juna sayangi. Setelah berbincang sebentar, pergilah mereka ke sebuah rumah tua yang mengingatkan Juna akan hari-harinya saat ia masih menjadi mahasiswa tingkat satu. Di sana, Ma Cut membeberkan semua kisah Juna saat ia masih berkuliah. Bumbu-bumbu nostalgia menambah rasa rindu pada malam itu. Juna tertawa kecil, lalu berucap dalam hatinya sambil melirik ke arah Kania "Ya. Aku senang bisa membawanya kemari, sebagai istriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu
Romance"Kalau memang berjodoh, pasti ada saja cara semesta mempersatukan kita. Bahkan setiap pertemuan dan perpisahan pun memiliki takdirnya sendiri, kan?" 17 Agustus, 2000. Arjuna Citrakara. Seorang pemuda gagah dan idealis yang baru saja kembali pulang k...