Dua Manusia.
Dua hari mereka lewati, tanpa ada satupun pesan yang mengudara seperti biasanya. Kania yang merasa bersalah karena telah memeluk Juna malam itu, memberanikan diri untuk memulai pesan teks lewat ponsel nya. Perasaan canggung membuat kata-kata yang ia tulis selalu terasa kurang tepat. Sampai akhirnya ia berhasil menulis sebuah pesan permintaan maaf "Hai Juna. Aku ingin meminta maaf atas kelancanganku beberapa saat yang lalu. Maaf telah membuat segala hal di antara kita menjadi canggung. Terimakasih, jika kau berkenan memaafkanku. Namun, jika kau tak berkenan maka aku akan mencoba untuk menghilang dari hidupmu dan berterimakasih atas segalanya." Dikirimnya pesan itu ke nomor Juna. Beberapa saat kemudian, ponsel miliknya bergetar. Sebuah pesan dari Juna terlihat menghiasi kolom notifikasi di layar ponsel nya. Ia bergegas membukanya, didapatinya sebuah balasan atas pesannya. Namun Juna hanya menulis beberapa kata "Besok sore, ayo kita bertemu. Aku akan menjemputmu jam 6 sore.". Kania tersenyum namun sekaligus bingung melihat pesannya. Ia bertanya-tanya dalam hatinya "Ada apa ini?".
Sore yang ditunggu telah tiba. Kania berdandan secantik mungkin, meskipun ia tak begitu suka dengan riasan wajah. Ia menanti Juna yang mengatakan akan datang sore ini. Sebuah suara motor butut terdengar berhenti di depan rumahnya. Pengendara motor tersebut terlihat sedang berbincang dengan ibunda Kania, lalu dipanggil namanya oleh sang ibunda. "Kania! Ini nak Juna ingin bertemu!". Maka keluarlah Kania dari kamarnya. Juna cekikikan melihat Kania yang tumben-tumbenan memakai riasan wajah. "Kenapa tertawa? Tak pantas ya aku seperti ini!?" Tanya Kania sambil menutupi wajahnya. "Tidak, kau cantik kok." Jawab Juna. "Ibu, kami berangkat ya." Kania memohon izin sang bunda. "Ya anakku. Jangan pulang larut ya. Nak Juna tolong jaga Kania ya." Ucap sang bunda memberi nasihat. Juna mengangguk mengamini. Lalu berangkatlah mereka menuju sebuah lokasi bernama Bukit Bintang.
"Untuk apa kamu membawaku kesini?" Tanya Kania kepada pria misterius yang bisa-bisanya cekikikan saat melihatnya setelah dua hari penuh membisu. "Maaf, dua hari kebelakang aku berpikir." Jawab Juna. "Untuk apa kita saling membohongi diri. Menyimpan perasaan rapat-rapat, takut jika rasa ini bertemu justru akan membuat kita canggung." Lanjutnya. "Maksudmu apa, Jun?" Balas Kania. "Malam ini, di bawah ribuan bintang dan satu bulan purnama. Aku ingin menyampaikan rasaku." Ia keluarkan sebuah buket bunga mawar merah yang sangat indah. "Maukah kamu untuk mendampingi hidupku, Sebagai kekasihku?" Sebuah kata-kata yang membuat Kania tersipu malu. Pipinya memerah "A..Apa ini, Jun?" tanya gadis ini sambil terbata-bata. "Aku menyayangimu, sangat." Ucap Juna. Kania menunduk, "Aku juga menyayangimu, Arjuna Citrakala." Ucapnya. Jantungnya berdegup kencang, Juna tersenyum lebar "Jadi, kita?" tanyanya. Kania mengangguk sambil melihat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu
Romance"Kalau memang berjodoh, pasti ada saja cara semesta mempersatukan kita. Bahkan setiap pertemuan dan perpisahan pun memiliki takdirnya sendiri, kan?" 17 Agustus, 2000. Arjuna Citrakara. Seorang pemuda gagah dan idealis yang baru saja kembali pulang k...