Hinata menatap kosong pasta di depannya, ia bahkan belum menyuap sesendok pun sejak tiga puluh menit lalu. Natsume memandangnya dengan wajah heran.
"Apa ada masalah di sekolah?"
Yang ditanya mendongak lalu menggeleng. "Tidak ada."
"Kau terlihat tidak bersemangat akhir-akhir ini, kau bahkan belum menyentuh makananmu."
Tubuh gadis itu tersentak, ia menghela napas dan akhirnya mulai menyuap pastanya yang mulai dingin.
"Kau sudah bertemu dengan partnermu?"
Garpu di tangannya terlepas, jatuh ke permukaan piring menimbulkan suara kelontang. Gadis itu mendongak untuk memandang pria didepannya lalu perlahan menggeleng.
"Kenapa?"
"Entahlah," gadis itu menggedikan bahu, "aku belum punya keberanian hanya untuk melihat wajahnya. Aku merasa bersalah, seorang kouhai ku bilang dia jadi sering membolos klub begitu kepergianku."
Natsume membereskan piring kotor dan membawanya ke bak cuci. "Yah, terserah kau saja."
"Maksudmu?"
"Kau tidak punya kewajiban untuk kembali ke dunia ini, bisa dibilang tubuh yang kau pakai itu adalah hadiah karena sudah berbuat baik sebelum meninggal, mungkin. Kau boleh melakukan apapun di dunia ini asal tidak mengandung dosa. Maka dari itu," pemuda itu tersenyum hangat. "Mau kau pakai untuk menepati janjimu atau tidak, itu terserah padamu. Hina–chan."
Sepasang mata sewarna madu membulat, ia tersenyum tipis, "begitu."
×××××××
Bel jam pulang berbunyi, hampir semua siswa kelas 2-1 menghambur keluar. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke ruang klub dan sebagian lagi langsung pulang ke rumah.
Aoi berjalan ringan menghampiri Hinata, gadis itu menunjukan selebaran restoran donat di seberang jalan dengan mata berbinar-biar. "Ayo kesini Hina–chan, mereka sedang diskon besar-besaran!"
Hinata mengatupkan kedua tangannya, ia membungkuk dan meringis pelan, "maaf Aoi, aku ada kegiatan klub hari ini."
Gadis didepannya cemberut, "ah tidak asik. Baiklah kalau begitu lain kali saja." Aoi tersenyum dan berjalan keluar kelas, "selamat berjuang di klub barumu."
Hinata terkekeh, ia melambai singkat kearah gadis bersurai hitam itu. "Baiklah, ayo pergi."
Ruang olahraga yang klub perempuan pakai berbeda dengan yang biasa klub laki-laki pakai, ini gedung olahraga dua, agak lebih kecil dibanding gedung pertama. Hinata sudah lama tidak kesini, terakhir ia kemari yaitu saat menjelang final untuk latihan receive bersama Nishinoya.
"Berkumpul!" teriak Yuzuriha Kaori, gadis berambut pendek kelas dua yang ini menjabat sebagai kapten baru klub perempuan, "hari ini kita kedatangan anggota baru. Hina–chan, perkenalkan dirimu."
Hinata mengangguk kaku, ia membungkuk sekilas. "Natsume Hina desu, kelas 2-1 posisi wing spiker, aku akan berjuang agar menjadi andalan tim. " Pekiknya membuat para gadis didepannya tertawa geli.
"Apa ada pertanyaan?" tanya sang kapten sebelum memulai sesi latihan.
Seorang dari kerumunan gadis anggota klub mengangkat tangan, wajahnya cantik namun terkesan dingin.
Hinata ingat gadis itu, itu gadis yang pernah menyatakan cinta pada Kageyama di hari valentine. Namun bukan Kageyama namanya kalau menerima ajakan berkencan seorang gadis karena di kepala pria itu hanya ada voli saja. Hinata tidak akan terkejut jika kelak dua puluh tahun lagi akan muncul undangan pernikahan Kageyama dengan bola voli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sunshine (KageHina Fanfiction)
FanfictionDi puncak popularitas dan kejayaan sebagai seorang atlit tim nasional voli Jepang, Hinata Shoyou harus mengalami tragedi pahit. Demi menyelamatkan seorang gadis yang hendak bunuh diri di tengah jalan, dia lah yang menjadi korban dan harus menerima...