[28]

3.4K 377 40
                                    

Kageyama memiliki mood yang baik akhir-akhir ini, wajahnya yang selalu lumpuh seolah-olah cacat ekspresi, entah bagaimana tampak sedikit ceria. Meskipun tidak banyak berubah, namun mata biru gelap yang memancarkan sinar dingin kini tampak lebih lembut.

Orang-orang bertanya-tanya apa yang membuat Raja lapangan itu menjadi jinak. Seluruh teman sekelasnya mulai bergosip di group obrolan mereka. Saling terka dan menebak. Akhirnya setelah banyak perdebatan antara para penggosip ini, semuanya menyimpulkan bahwa kemungkinan besar Kageyama Tobio sedang jatuh cinta.

Hal ini terbukti ketika pada siang hari, pada jam makan siang, Kageyama Tobio yang selalu pergi ke gedung belakang, membeli susu dari vanding machine entah bagaimana mengubah rutinitasnya. Dia tiba-tiba saja pergi ke kantin, membeli dua porsi makanan dan duduk di sana sendirian.

Sebagai pria terpopuler di sekolah. Pemandangan itu seketika menarik perhatian banyak orang. Mereka tidak lagi fokus pada makan siang mereka, sebaliknya mengintai sang Raja. Beberapa saat kemudian, sekelompok gadis dari kelas 2 masuk. Mata Kageyama melebar, dia menoleh pada gadis-gadis itu dan melambaikan tangannya.

Jantung semua orang nyaris berhenti. Raja Lapangan melambaikan tangan pada seseorang!

Kemudian diantara kelompok gadis itu, yang membalas sapaan Kageyama adalah gadis bertubuh mungil dengan surai senja. Banyak orang yang masih tidak mengetahui tentang gadis ini mengingat statusnya sebagai siswa baru. Jadi ketika para lelaki yang melihat ada permata murni di depan mereka, mereka bersikap seperti manusia lapar.

Sangat cantik! Imut! Kualitas tinggi!

Tahu bahwa orang-orang menatap kekasihnya, Kageyama Tobio mengerling, matanya yang menyembunyikan cinta beberapa saat lalu menjadi kembali dingin dalam sekejap.

Hinata berpamitan pada teman-temannya dan berjalan menghampiri Kageyama, dia tersenyum lebar ketika melihat dua porsi makan siang di meja, "Kamu sudah memesannya? Kamu bahkan tidak bertanya padaku." Hinata cemberut.

Kageyama yang baru pernah menjalani kehidupan percintaan, segera panik. Seolah-olah membuat kesalahan fatal, dia segera berdiri dan berjalan ke kasir. Hinata terkejut, dia menahan lengan Kageyama, bertanya dengan bingung, "Apa yang kamu lakukan?"

Kageyama mengerutkan kening, "Apa lagi? Tentu saja memesan yang baru."

"Tidak perlu!" Hinata mencegahnya, dia duduk di seberang Kageyama. Tersenyum, "Ini sudah cukup."

Kageyama mengangguk. Dia kembali duduk. Hinata pada dasarnya sudah pernah berkencan dengan Yachi, akan tetapi hubungan mereka seperti cinta monyet. Saat itu otak Hinata hanya berisi tentang voli, mereka pada dasarnya bertemu hanya di klub, tidak ada aktivitas romantis apapun seperti sepasang kekasih pada umumnya.

Melihat Kageyama yang berusaha memanjakannya sekarang, Hinata merasa malu pada dirinya sendiri. Bukankah seharusnya dia juga memperlakukan wanita seperti ini?

Hinata menghela napas, berpikir bahwa semuanya sia-sia karena dia sudah mati. Lebih baik fokus pada orang di depannya saat ini.

Kageyama melihat Hinata yang melamun, bertanya, "Apa yang mengganggumu?"

Hinata terbangun, dia segera menggeleng. "Tidak ada, aku hanya berpikir bahwa seperti inilah rasanya memiliki kekasih."

Wajah Kageyama sedikit tersipu, namun tidak banyak ekspresinya berubah. Dia terdiam beberapa lama, tampak berpikir sesuatu, sebelum akhirnya berkata, "Aku juga belum pernah berkencan, jadi jika aku salah memperlakukanmu. Kamu bisa memukulku atau menendangku."

"........"

Hinata tertegun sebelum tertawa terbahak-bahak. Ketika dia sadar bahwa semua orang tengah menoleh padanya, baru dia berhenti. "Kageyama, kenapa kamu begitu kaku?"

Kageyama mengerutkan kening, "Apa yang salah?"

"Untuk apa aku memukul kekasihku sendiri, sebagai pasangan kita sama-sama kurang berpengalaman. Mari kita berbagi satu sama lain mulai sekarang. Mulai dari apa makanan kesukaanmu, film favoritmu dan hobimu. Dengan begitu, kita bisa memperlakukan satu sama lain dengan baik."

Kageyama mendengarkan, dia sedikit tersenyum kemudian mengangguk. "Baiklah."

Di sisi lain, Tsukishima memperhatikan dari tempat jauh, melihat interaksi dua orang disana. Dia menyadari bahwa sejak dua hari lalu, hubungan sudah meningkat pesat. Pagi tadi, dia melihat Ryouma yang merengek di depan teman-teman juniornya yang lain.

Tsukishima mencuri dengar dan Ryouma mengatakan bahwa Kageyama dan Hinata sudah berkencan. Tsukishima merasa kecewa, akan tetapi dia tidak terkejut. Raja lapangan yang dingin itu memang memiliki cinta yang tulus.

Tsukishima bukan seorang imperialis, dia tidak pernah berpikir untuk merebut Hinata dari Kageyama. Akan tetapi ketika ada kesempatan tiba, dia tidak akan membiarkannya pergi.

Berbalik akan pergi, Tsukishima melihat Rin berdiri tidak jauh darinya. Menatap kearah titik yang sama. Gadis ini jelas tidak menerima kabar berkencannya Hinata dan Kageyama. Mengingat apa yang di lakukan beberapa hari terakhir terhadap Hinata. Hati Tsukishima panas.

Tsukishima berjalan mendekati gadis itu, berkata dingin, "Dia sudah diluar jangkauanmu. Menyerahlah."

Rin terkejut, dia berbalik dan melihat tubuh tinggi Tsukishima di depannya. Bibirnya gemetar, antara malu dan marah, "Aku mencintai Kageyama senpai!"

"Tapi dia tidak mencintaimu." Sela Tsukishima.

Wajah Rin memerah lalu memutih, dia mengepalkan tangan, menatap Tsukishima dengan beringas. Sudut matanya merah, "Tsukishima senpai, kamu tidak tahu apapun? Aku sudah menyukai Kageyama senpai sejak aku masuk ke sekolah ini. Aku selalu mengaguminya, aku berusaha keras. Saat valentine aku akan mengiriminya cokelat dan surat, ketika hujan aku akan menyelipkan payungku di lokernya. Aku selalu berusaha keras!! Tapi...."

Rin tercekat, suaranya bergetar, "Gadis itu, dia baru saja tiba dan merusak segalanya. Dia bahkan belum lama mengenal Kageyama senpai tapi merebutnya dariku! Aku tidak terima!"

Tsukishima menggertakan gigi, dia melihat suasana kantin yang semakin ramai dan menarik paksa tangan Rin pergi ke halaman belakang. Rin terkejut, dia memberontak.

Ketika sampai di halaman belakang, Rin berteriak, "Apa yang kamu lakukan?!"

"Menghentikanmu mempermalukan dirimu sendiri."

Rin terdiam.

"Rin, aku mengerti perasaanmu." Tsukishima melembutkan suaranya.

Namun Rin segera menepis, "Kamu tidak mengerti!"

"Aku mengerti!" Balas Tsukishima, dia menatap Rin, tajam, "Karena aku mencintai Hina!"

Rin tertegun.

Tsukishima melanjutkan, "Aku juga berusaha, aku selalu memperhatikan gadis itu. Diam-diam menunggunya selesai latihan hingga malam hari, mengikutinya hingga stasiun agar dia tetap aman. Tapi akhirnya.. Dia bersama orang lain." Tsukishima menegaskan, "Rin, aku mengerti."

Hati Rin berdenyut, dia menatap Tsukishima, mencari celah kebohongan, berharap pria ini akan berkata aku bercanda, tapi tidak. Dia tidak berbohong. Orang ini sama dengannya.

Mereka adalah orang yang patah hati.

Air mata Rin jatuh, berangsur deras. Dia terhisak-isak, lututnya lemah dan gadis itu jatuh di tanah. Tsukishima berjongkok di depannya, menepuk kepala gadis itu dan berbisik.

"Rin, relakan saja."

Bersambung......

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang