Sudah hampir sembilan belas tahun ia hidup dan baru kali ini Kageyama memiliki ketertarikan pada wanita. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, tangannya sesekali memantulkan bola voli keatas.
Aroma apel dari rambutnya masih membekas di ingatan Kageyama, mata sewarna madu berpadu wajah manis dan bibir semerah cherry seakan lagi-lagi menambah pesona gadis itu.
Tanpa pemuda itu sadari, bibirnya kini meliuk. Ia mengulum senyum dengan pipi sedikit merona, ia masih ingat betapa hangatnya pelukan dari tubuh mungilnya. Begitu nyaman hingga membuat jantung pemuda itu berdetak lebih kencang.
Oikawa san pernah bilang, jika jantung kita berdetak cepat hanya saat melihat pesona seseorang, maka itu artinya jatuh cinta. Kageyama sempat merasakan hal yang sama saat bersama Hinata dulu, namun hatinya mati-matian menyangkal karena Hinata seorang laki-laki, ia beranggapan mungkin itu hanya perasaan yang timbul karena merasa Hinata adalah sahabatnya.
Namun kini entah kenapa pemuda itu tidak menyangkal. Hatinya bulat menyatakan kalau ia jatuh cinta pada sosok gadis senja. Ia tidak ingin kehilangan sosok yang dicintainya dua kali, maka dalam lubuk hati yang paling dalam ia merasa benar-benar harus mendapatkan gadis itu.
×××××××
Gadis bersurai senja itu menghentak-hentak kakinya kesal, ia berjalan menuju rumah dengan wajah cemberut. Pekerjaan rumah dari Yoshida sensei belum ia kerjakan namun si malaikat penjaganya justru menyuruhnya untuk berbelanja.
"Padahal dia terlihat menganggur," desis Hinata tidak suka.
"Nona, aku lapar, tolong beri aku makan."
Gadis itu menoleh begitu mendengar suara berat itu, matanya terkunci pada sosok kakek yang duduk di tepi ruko. Pakaiannya kotor dan bolong-bolong, seketika muncul rasa simpati di benak Hinata.
Ia melangkah mendekat dan duduk didepan sang kakek, "kakek lapar?"
Pria tua itu mengangguk, "sudah lama aku tidak makan nona."
"Memang kakek tidak punya keluarga?" diliriknya kantung belanjaan yang sedari tadi ia jinjing, gadis itu merogoh isinya mencari kantung kertas berisi beberapa bakpao daging. "Apa kakek tidak kena marah tidur di depan ruko ini? Seharusnya kakek tidur di kuil saja."
Hinata mengambil satu bakpao daging dari kantung kertas dan memberikannya pada sosok pria tua itu, "makanlah, maaf karena aku tidak bisa memberi banyak kek."
"Nona! Sedang apa kau disitu?"
Hinata menoleh ke belakang, alisnya terangkat melihat seorang petugas keamanan menghampirinya. "Bukankah sudah jelas. Tentu saja memberi kakek ini makan," sahutnya membuat petugas itu mengernyit heran.
"Kakek? Kakek yang mana?"
Kini giliran Hinata yang melongo, "tentu saja kakek ini," tunjuk Hinata pada pria tua yang tengah asik memakan bakpao daging itu.
"Nona, tidak ada siapa-siapa disekitar sini," tandas petugas itu membuat Hinata mendengus.
"Jelas-jelas ada kakek tua disini, apa mata paman itu buta?" balas Hinata kesal.
Petugas tadi hanya menggelengkan kepala, ia menatap Hinata dengan tatapan, prihatin? "Kau pasti punya banyak masalah di rumah ya, kasihan sekali sampai berhalusinasi begitu," ucap petugas itu lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sunshine (KageHina Fanfiction)
FanfictionDi puncak popularitas dan kejayaan sebagai seorang atlit tim nasional voli Jepang, Hinata Shoyou harus mengalami tragedi pahit. Demi menyelamatkan seorang gadis yang hendak bunuh diri di tengah jalan, dia lah yang menjadi korban dan harus menerima...