[7]

4.4K 563 52
                                    

Suara dencit rantai terdengar seiring ayunan nyaris bobrok itu terayun. Matahari sudah terbenam belasan menit lalu, meninggalkan langit gelap dengan taburan bintang.

Hinata memakan lahap es krim rasa stroberinya, ia menoleh ke samping dan melihat pemuda raven itu memakan es krim vanilla dengan pandangan menerawang kosong. Dia melamun.

"Aku satu kelas dengan Ryota," ucap Hinata memulai pembicaraan, tidak tahan dengan suasana sepi sekaligus canggung ini.

"Hm."

"Dia bilang sekarang dia kapten klub voli Karasuno, aku pikir itu hebat. Klub laki-laki kita kan sangat kuat."

"Hm."

Hinata melirik sekilas Kageyama yang masih menatap kosong kedepan, ia membuka mulut, "aku dengar," jeda sejenak, "kau keluar dari timnas. Apa itu benar?"

Manik sewarna blueberry melebar, seakan pertanyaan Hinata barusan berhasil meraih seluruh atensinya. Ia menoleh sekilas kemudian membuang napas. "Aku belum memutuskan."

"Apa gara-gara Hinata Shoyou?"

Kageyama berdecih, "jangan sebut nama itu," desisnya, Hinata menoleh kesamping, ia menatap getir partnernya. Kageyama menunduk dengan bahu bergetar, "dia hanya orang bodoh yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri."

"Hinata akan sedih jika kau keluar dari timnas karenanya." Hinata meremas rok seragamnya, ia tidak tahu kenapa dadanya tiba-tiba terasa sesak, namun raut sedih sang partner membuat hatinya sakit.

"Berisik!" bentak Kageyama kalut, ia biarkan es krim vanila di tangannya meleleh karena tidak tersentuh, "kau tidak tahu apa-apa. Jangan berani mengungkit tentang boke itu didepanku."

"Aku tahu."

"Tidak! Kau tidak tahu apa-apa, diamlah orang asing!"

Hinata menggigit bibir, "aku bukan orang asing, aku Hinata, Hinata Shoyou!" batinnya menjerit.

Kageyama mendongak menatap langit, "andai saja saat itu aku tidak menerima tantangan duelnya, mungkin ia masih disini."

Tubuh gadis itu tersentak, ia menatap Kageyama lamat-lamat.

Tidak. Jangan salahkan dirimu sendiri.

"Andai dia tidak pergi ke luar untuk membelikanku es krim vanilla, mungkin dia tidak akan mati."

Hentikan! Itu bukan salahmu.

"Dia mati karena aku. Aku berusaha tidak memikirkannya tapi tetap saja, aku menyesal!" Kageyama mengacak rambutnya frustasi, "aku bodoh!"

Aku mati karena kesalahanku sendiri.

Desir angin membelai surai jingganya, di malam yang sunyi ini, Hinata bisa mendengar isak tertahan dari sang partner. Pedih rasanya, ia tidak ingin Kageyama menyalahkan dirinya sendiri. Sekejap, pemuda yang merangkap di tubuh wanita itu membulatkan tujuan utamanya berada di dunia ini.

Ada hal yang lebih penting dibanding janji bodohnya di masa lalu.

Ia ingin membuat Kageyama kembali mencintai voli.

Kageyama bangkit dari duduknya, Hinata sontak ikut berdiri dan menahan lengan pemuda itu.

"Lepaskan," titah raja lapangan tanpa mengalihkan wajah dari langit, Hinata tahu pemuda itu sedang berusaha menutupi mata sembabnya. "Aku bilang lepaskan boke."

"Tidak mau."

"Hah?!"

Hinata menarik lembut lengan Kageyama hingga posisi mereka berhadapan, "aku memang orang asing, tapi aku sedikit paham apa yang kau rasakan."

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang