Beban di hatinya hilang sepenuhnya berkat lima batang es krim dan Tsutomu yang mau mendengarkan curhatan hatinya. Getar smartphone menghentikan langkahnya, ia meraih benda pipih itu dari saku celana olahraga. Itu pesan dari Ryouta.
Ryouta
Hina-chan kau dimana? Penutupan camp pelatihan sudah selesai. Kami mau pulang, cepat kembali. 😤😤
Manik Hinata membola. Bodohnya dia yang lupa kalau hari ini merupakan hari terakhir camp pelatihan. Gawat! Gadis itu berbalik arah menuju penginapan. Ia memacu tungkainya berlari cepat. Walau kakinya pendek, larinya mampu mengimbangi Kageyama yang notabenenya pemain terkuat Karasuno.
××××××
Ryouta masih gelisah. Ia berjalan mondar-mandir di depan penginapan. Sesekali ia melirik smartphonenya. Hinata tidak membalas pesan darinya, gadis itu juga belum kembali sedangkan anggota tim perempuan sudah pulang semua.
Tepukan di bahu membuat pemuda bersurai pirang itu menoleh. "Kageyama–senpai?"
"Belum pulang?" Tanya Kageyama singkat.
Ryouta menggeleng, "aku masih menunggu seseorang."
"Pulanglah." Perintah Kageyama dengan wajah datarnya.
Alis Ryouta menukik. "Sudah kubilang, kan? Aku masih menunggu seseorang."
"Aku yang menunggunya." Potong Kageyama mutlak. "Kau menunggu Hina, kan?"
"Tidak mau, aku yang akan menunggunya." Sahut Ryouta tegas.
Baru kali ini pemuda pirang itu membantahnya, jujur Kageyama sedikit terkejut. Pemuda itu mendesah, ia melipat tangan di dada.
"Kalau begitu aku ikut menunggunya. Jangan menyuruhku pulang!" Tandas Kageyama final.
Ryouta berdecih, kesal karena senpainya itu malah memilih ikut menunggu Hina bersamanya. Padahal dia berniat mengantarkan gadis itu pulang sekaligus modus untuk berduaan. Tapi menyuruhnya pulang pun percuma, bila pemuda raven itu sudah berkehendak, maka tidak ada yang bisa melawannya.
××××××
Lima belas menit berlari, gadis itu tiba di gedung penginapan, ia terbelalak melihat gedung nampak sudah sepi. Hinata berlari ke kamar inap perempuan, semua barang-barang anggota tim lain sudah lenyap. Hanya tertinggal barang-barangnya saja yang belum dibereskan.
Tremor menjalari tangannya, ritme napasnya tidak teratur tanda ia sedang mati-matian menahan emosi.
"Aku ditinggalkan." Desisnya.
Hinata segera membereskan barang-barangnya. Air matanya menggenang, ia menahan diri untuk tidak menangis. Namun tekadnya sudah bulat, ia tidak akan berhenti bermain voli walaupun teman-temannya sudah benar-benar mengkhianatinya.
Selesai membereskan barangnya, ia membawa tas berat itu keluar gedung penginapan, matanya tak henti menjelajah sekitar lorong-lorong, berharap setidaknya ada satu orang anggota tim yang masih menunggunya. Dengan begitu, ia tidak merasa begitu terkhianati.
Sepasang mata berwarna madu itu membola begitu mendapati dua sosok pria berdiri di halaman penginapan. Alisnya terangkat. "Ryouta..Kageyama, nande?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sunshine (KageHina Fanfiction)
FanficDi puncak popularitas dan kejayaan sebagai seorang atlit tim nasional voli Jepang, Hinata Shoyou harus mengalami tragedi pahit. Demi menyelamatkan seorang gadis yang hendak bunuh diri di tengah jalan, dia lah yang menjadi korban dan harus menerima...