#5

38.9K 388 6
                                    

_Nana pov_

Aku masih berdiri di depan pintu kamar, aku melirik ke arah Maxime yang masih berdiri disebelahku.
Barusan tadi, ia sedang mengecek ponselnya. Tak lama Maxime memasukkan ponselnya ke saku celananya, wajahnya terlihat kesal saat ini.

"Kenapa Maxime?" Aku agak ragu untuk bertanya, tapi rasa penasaran ku jauh lebih besar dari rasa takut ku.

"Aku harus balik ke kantor, ada rapat. kalau terlambat bisa dibatalin" dari raut wajahnya aku bisa lihat kalau ia merasa kesal dan akan marah sebentar lagi.

"Gara gara aku ya?" Akh.. sial! Bodoh! Tentu saja ini semua salahku, kenapa aku masih bertanya.

"Iya gara gara kamu!" Suaranya kini mulai meninggi. Dan berhasil membuat ku tertunduk takut.

Ya aku yakin, saat wajahnya merah padam dan suaranya meninggi Maxime pasti akan marah.
Tapi kenapa saat wajahnya memerah terlihat seperti kepiting rebus? Aku hanya berani tertawa dalam hati.

"Makanya kamu harus dihukum" aku terkejut menatap wajah tampannya mencerna maksud perkataan dari Maxime.

Tapi, tunggu! Kenapa ia sekarang mulai mendekat? Bahkan wajahnya semakin dekat. Tampan, akh sial bukan waktunya memuji wajah si brengsek ini.

"Maxime ... M-mau ... Ap-apa?" Jawab ku terbata.

*Cuppp*

Bibir Maxime menyentuh bibir ku.
Mata ku membulat, aku sangat terkejut. Bibir ku mengatup rapat, aku  sangat takut dan gugup.
Kenapa Maxime mencium ku?
Permainananya kini mulai kasar dan liar, aku sulit mengimbanginya ia seperti terburu buru.

"Akhhh" aku melenguh mendesah tanpa disadari, saat Maxime meremas salah satu bagian tubuh kenyal ku.

Tanpa menunggu aba-aba Maxime menciumku makin dalam, ya permainannya semakin nikmat. Aku pun merangkulkan kedua tanganku ke leher Maxime, supaya permainanan kami makin intens.

Aku dan Maxime terus saling mencecap dan menghisap hingga kehabisan nafas.
Maxime pun melepaskan pagutannya, memberikan ku ruang untuk mengambil nafas.
Kini Maxime menatap ku dan mengusap lembut bibir ku.

"Aku harus ke kantor dulu ya"aku hanya mengangguk pelan sambil mengatur nafas ku.
*cupp*
Maxime mencium bibir ku sekilas.

_Nana pov end_

Nana masih terkejut akan aktifitasnya bersama Maxime tadi, ia masih berdiri terpatung di pintu kamarnya.

"Maxime ... Barusan ..." Ia terus mencerna kejadian tadi sambil menyentuh bibirnya.

"Tapi ... Mas Reno bilang ... Dia ... Gay?" Nana mengacak-ngacak rambutnya lalu meraih ponsel di sakunya.

"You'r calling number ... "

"Aishhh... Gak aktif lagi!" Nana melemparkan ponselnya ke arah dinding yang ada dihadapannya.
Ya benar saja ponselnya kini rusak.

Nana pun memutuskan untuk beristirahat dan menenangkan fikirannya.
Nana tidak tidur, ia terus menatap langit langit apartemennya. Memikirkan aksinya bersama Maxime, ini memang bukanlah pertama kalinya Nana berciuman. Hanya saja, sangat aneh jika benar Maxime gay tapi dia sangat bernafsu saat berciuman dengan Nana.

22.54

"Maxime bilang mau pulang ke apartement lagi, kok belum kesini juga" Nana melihat ke arah jam hello kitty kesayangannya.

"Ihh, kok jadi ngarepin si berengsek itu pulang sih.. aduh amit amit" Nana melanjutkan aktifitasnya berseluncur di dunia maya, membuka semua konten dewasa dan berbau gay.

The FREAK And ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang