*
*Jiyong POV
Aku memandang makanan didepanku tanpa minat sedikitpun. Bagaimana dengan Chaerin? Apa dia makan dan istirahat dengan baik? Bagaimana bisa dia hidup tanpa aku sedangkan disini aku terpuruk tanpa kehadirannya? Sudah 3 bulan dia pergi dan menghilang. Dan sudah tiga bulan juga aku jadi seperti ini, terpuruk dalam kesedihan dan kehilangan.
Aku merasa badanku semakin kurus saja. Bagaimana tidak, untuk makan pun aku tidak bernafsu. Bahkan aku merasa tidak bernafsu lagi untuk hidup jika Chaerin tidak bersamaku. Entah bagaimana aku menghadapi hari esok dan esoknya tanpa dia. Aku beruntung tubuhku masih kuat sampai sekarang mengingat aku jarang memberinya asupan makanan.
Tak ada setitik informasi pun yang kudapat tentangnya. Dia benar-benar lenyap seakan ditelan bumi. Aku mencoba datang kerumah lamanya yang sekarang ditempati oleh paman dan bibi-nya yang tidak tahu malu itu tapi hasilnya tetap nihil. Aku tidak menemukan Chaerin disana. Aku yakin bahkan jika Chaerin mati sekalipun keluarganya disana tidak akan pernah peduli.
Makam orang tua Chaerin ada di Busan, aku juga mencari Chaerin kesana dan hasilnya sama. Gadis itu tidak ada. Bahkan aku juga mencarinya kerumah sakit namun tidak ada satupun rumah sakit yang tercatat memiliki pasien bernama Lee Chaerin. Argh! Ada dimana dia sekarang?! Aku mengacak rambutku frustasi.
Ceklek!
Terdengar bunyi pintu terbuka menandakan ada yang datang dan yang kutahu itu pasti Kiko. Dia yang merawat dan menemaniku selama tiga bulan ini dan dia juga yang membantuku mencari Chaerin. Kiko benar-benar gadis yang baik.
Mungkin nanti aku bisa menerima perasaannya padaku mengingat dia usdah begitu tulus merawat dan membantuku selama ini. Tapi walaupun aku menerima perasaannya dan kami menjadi sepasang kekasih, tetap saja yang ada dihatiku hanya Chaerin.
Memang Chaerin menjadi begitu menyebalkan belakangan sebelum dia pergi namun itu tidak bisa menghilangkan rasa cintaku yang sudah bertahun-tahun padanya. Dan sekarang aku baru merasa betapa kacaunya aku saat dia sudah pergi. Benar kata orang-orang, kalau seseorang sudah pergi barulah kita merasa jika kehadirannya sungguh berharga.
“Jiyong-ah, sudah dua jam aku ke supermarket dan makananmu belum kau makan juga!” Kiko mendelik marah padaku melihat makananku yang masih utuh sama seperti saat dia pergi tadi.
“Aku sedang tidak ingin makan, Kiko-ya,” aku mendesah pelan menanggapi perkataannya. Hanya Chaerin yang kupikirkan saat ini, tidak ada yang lain selain dia.
“Oh ayolah, dari kemarin kau belum makan Jiyong. Nanti kau bisa sakit. Jika kau sakit bagaimana kau bisa mencari adikmu?” dia lalu mengambil sumpit dan memberikannya padaku. Aku mengambil sumpit itu tanpa minat.
“Entahlah, aku sudah menyerah. Kemana lagi aku harus mencarinya? Aku bahkan mencari sampai keseluruh gang kecil di Seoul tapi tetap saja dia tidak ada.”
Kudengar Kiko hanya menghela napas mendengar apa yang kuucapkan. “Aku hanya berharap dia baik-baik saja dan tidak dalam kesulitan apapun. Tapi bagaimana aku akan hidup tanpa dia? Aku sangat mencintainya.” Aku menjatuhkan kepalaku keatas meja benar-benar frustasi sekarang.
Sekali lagi gadis cantik disebelahku ini mendesah pelan. Mungkin dia sudah habis kesabaran mengahadapiku. Entah apa yang sekarang dipikirkannya, tapi yang jelas cinta yang kusebutkan berbeda dengan persepsinya. Dia pasti menganggap ini hanya sekedar rasa cinta dari seorang kakak pada adiknya.
“Sudahlah, tidak perlu seperti ini. Kau menagis darah atau mengubur dirimu pun dia tidak akan kembali.” Aku mengangkat kepalaku menatap Kiko.
“Dia akan kembali ‘kan? Dia pasti kembali untukku ‘kan?” menatapnya dengan pandangan sayu dan menyedihkan, itulah yang aku lakukan sekarang.
“Hm.. Jika dia juga menyayangimu, dia pasti akan kembali untukmu. Maka dari itu kau harus menjaga kesehatanmu, jika kau sakit bagaimana kau akan bertemu dengannya? Kau tidak boleh seperti ini.” Dia benar-benar wanita yang luar biasa. Tidak berhenti dan tak pernah bosan menyemangatiku.
Kini aku mulai berpikir untuk benar-benar menerima cintanya. Tidak ada salahnya ‘kan? Walaupun ini jadi semacam pelarianku dari masalah hilangnya Chaerin, tapi aku benar-benar membutuhkan wanita seperti dia, wanita yang selalu menyemangatiku saat aku terjatuh dan lemah, wanita yang tidak akan pernah meninggalkan aku.
Sama seperti Chaerin dulu. Tapi kini dia berbeda, dia pergi menghilang entah kemana. Itu bukan karna dia yang tidak mau menjadi penopangku lagi tapi itu semua mutlak karna apa yang kulakukan padanya.
Dengan kejamnya aku menyuruhnya menggugurkan anak kami. Manusia macam apa aku ini? Kuharap Chaerin disana menjaga dan merawat anak kami dengan baik. Aku benar-benar menyesal telah melakukan itu pada Chaerin. Jika saja itu tidak terjadi pasti Chaerin masih ada disini dan kami merawat anak kami bersama-sama. Semoga nanti aku bisa menemukan Chaerin dan anakku.
Tapi kini aku benar-benar butuh sandaran untuk menopang semua keluh kesah serta kesedihanku. Aku tidak bisa hidup sendiri. Sudah terlalu lama aku hidup sendiri tanpa orang tua dan keluarga, sekarang aku sudah tidak mau lagi seperti itu. Tidak akan.
“Kiko-ya…” Aku menggengam tangan wanita ini dengan erat. “Terima kasih sudah menjadi sandaranku selama ini. Maukah kau menjadi kekasihku?” aku memandang tepat kearah manik matanya. Dia nampak terkejut dengan apa yang kuucapkan mengingat waktu itu aku pernah mengatakan jika aku belum mau punya hubungan dengan wanita.
“Jiyong-ah, apa kau serius dengan ucapanmu?” dia masih terpana melihatku. Hahaha wajahnya benar-benar terlihat lucu sekarang. Aku tersenyum melihatnya.
“Tentu saja aku serius,”
Jiyong POV End
*
*
*Normal POV
“Hati-hati, Chaerin-ah.” Seorang yeoja yang lebih tua membantu yeoja yang lebih muda untuk berhati-hati dan membaringkan tubuhnya diatas kasur. Setelah Chaerin berbaring dengan nyaman, yeoja yang tadi membantunya menarik selimut dan menutupi badan Chaerin hingga kepinggangnya. Chaerin memang baru saja kembali dari rumah sakit, karna itulah dia harus dituntun karna masih badannya masih lemas.
“Gomawo, Yunmi-ya,” Chaerin berkata tulus. Yeoja yang diketahui bernama Yunmi itu tersenyum. “Ne, ini sudah jadi tugasku. Aku keluar dulu ya. Kau istirahatlah.” Chaerin hanya mengangguk menanggapi.
Disinilah dia sekarang, disebuah apartment mewah dipusat kota cinta, Paris. Bersama orang yang ditunjuk Yang Hyun Suk untuk menjaganya sekarang dia tinggal. Kim Yunmi memang orang suruhan boss nya dan orang yang sama baiknya dengan Hyun Suk sajangnim –begitulah Chaerin memanggilnya.
Chaerin perlahan menyentuh perutnya dan mengusapnya pelan. “Maafkan Umma ya, sayang. Maaf Umma terpaksa melakukannya” Airmata Chaerin mulai mengalir. “Ini semua untuk masa depan Umma. Kau tidak marah kan pada Umma? Umma mohon jangan marah, Umma terpaksa melakukan ini padamu, Sayang~” Chaerin masih saja mengusapi perutnya dan berbicara sambil menangis tersedu-sedu.
To be continued...
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Already Gone - Skydragon Fanfiction
Fanfiction"Dia tidak bisa menerima anakku jadi aku pergi meninggalkan dia. Apalagi yang kuharapkan? Bahkan darah dagingnya ini tak bisa melunakkan hatinya." - Lee Chaerin