No edit. Enjoy...
*
*
*Ting!
Suara berdenting berasal dari arah pintu masuk, seketika seorang pria yang duduk didekat jendela menoleh. Seorang wanita berjalan kearahnya. Penampilannya mengagumkan khas seorang artis.
Memakai mantel berwarna biru dengan kaos berwarna senada dan juga hot pants hitam yang sangat pendek tertutupi oleh kaosnya dan hanya terlihat sedikit. Terlihat sangat elegan.
Srek!
Wanita itu menggeser kursi kebelakang lalu mendudukinya. Dengan melipat tangannya didepan dada dan menyilangkan kakinya. Tidak lupa wajah sombong dan angkuh tetap diperlihatkannya pada pria didepannya ini.
“Ada apa?” ucapnya kemudian melepas kacamata chanel kesayangannya.
“Kau cantik sekali hari ini.” Entah sadar atau tidak pria didepannya menatap wanita itu dengan tatapan terpana dan tanpa berkedip sekalipun mulai dari saat dia masuk sampai duduk didepannya.
“Aku tahu. Semua orang berkata seperti itu. Cepatlah, aku sibuk!” oh ayolah, Chaerin benar-benar sudah jengah dengan pria satu itu. Kenapa dia mengganggu hidup Chaerin terus? Apa dia tidak bosan?
Ah mana mungkin dia bosan melihatku yang mempesona ini. Jika dia bosan, itu artinya dia bukan pria tulen, pikir Chaerin. “Bagaimana keadaanmu pagi ini? Apa kau sudah baikan?” Jiyong balik bertanya.
Chaerin memutar bola matanya bosan. “Baik.” Ucapnya ketus berharap dengan begitu Jiyong tidak membuang-buang waktunya seperti ini. Diluar perkiraan Chaerin, sekarang Jiyong malah tersenyum manis.
Seolah kembali menjadi Jiyong yang dulu, jauh sebelum insiden malam itu. Senyum yang sama persis seperti Jiyong yang dicintai Chaerin. Dimana mereka masih menjadi Hunchae dan Jingyo.
Chaerin mengaku jika dia sempat terpesona dengan senyum itu tapi cepat-cepat ditepisnya karna sekarang dia membenci orang itu. Orang yang tak termaafkan.
“Kau mau pesan apa? Apa kau masih suka Americano?” merasa perhatiannya disambut baik oleh Chaerin, kini dia mencoba mengambil lagi hati Chaerin dengan hal-hal kecil yang disukai wanita itu.
“Tidak perlu sok perhatian seperti itu. Aku tidak butuh.” Seketika senyum diwajah Jiyong memudar dan hatinya terasa seperti ditusuk jarum mendengar perkataan ketus Chaerin barusan. “Apa aku perlu meminta ‘duri pelaksana’ pada doraemon agar kau dengan cepat mengatakan apa mau mu?”
“Chae-ah, aku serius.”
“Kau kira aku sedang bercanda sekarang?” Balas Chaerin cepat.
Sangat membosankan berada didekat orang ini. Apa mau orang ini sebenarnya sih? Chaerin melepas kacamata hitamnya lalu meletakkan dimeja. “Pelayan~” memanggil pelayan dengan mengangkat satu tangannya. “satu Americano.” Pelayan itu mencatat pesanan Chaerin kemudian pergi menyiapkannya.
“Anak itu masih hidup?” ujar Jiyong tiba-tiba. Sudah Chaerin duga pria ini sudah tau tentang anaknya mengingat dia yang mengantarnya tadi malam.
“Siapa yang kau maksud dengan menyebut ‘anak itu’?” Anak itu? Anak siapa? Anak kucing? Sembarangan sekali pria ini berbicara.
“Anak kita.”
“Anak kita? Cih! Apa aku tidak salah dengar? Kau punya anak? Dariku?” Chaerin mencibir. Menurutnya tidak ada lagi ‘anak kita’ setelah kejadia malam itu. Anak mereka, anak Jiyong. Anak itu sudah lama mati. Tepat saat ayahnya sendiri menolaknya dan ingin dia lenyap dari dunia ini.
“Tentu saja. Memangnya dia anak siapa jika bukan anakku denganmu? Saat kupanggil dengan sebutan ‘anak itu’ juga kau tidak terima.”
“Sudahlah, tidak usah berbelit-belit. Apa yang ingin kau bicarakan?” Jiyong terdiam sejenak saat pelayan datang membawa pesanan Chaerin, tidak ingin siapapun mendengar pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Already Gone - Skydragon Fanfiction
Fanfiction"Dia tidak bisa menerima anakku jadi aku pergi meninggalkan dia. Apalagi yang kuharapkan? Bahkan darah dagingnya ini tak bisa melunakkan hatinya." - Lee Chaerin