Chapter 28.

1.7K 237 110
                                    

Sehun Pov

Perjuangan untuk bisa hidup bahagia bersama keluarga kecilku ternyata belum berakhir. Pulang dari menginap di rumah Mama Papa, aku dan dedek Sean yang lagi mainan ketawa-ketiwi di ruang tengah terpaksa  berhenti setelah melihat kedatangan Papa Dirjo.

Beliau kaget dan sedikit terpaku waktu pertama kali mata kita saling beradu satu sama lain. Bisa jadi karena dia mikir aku ini kan udah dia anggap lenyap dari peradaban dunia, kenapa koq tiba-tiba muncul? Atau karena dia terpana akan kegantenganku yang nggak pernah luntur? Lagian sejelek-jeleknya aku juga pasti tampangku masih lebih ganteng dari pada dia. Iya dia yang gedhe, item, berewokan dan mirip Hagrid si raksasa di Harry Potter. Duh jadi nyinyir jatuhnya, tapi emang bener sih. Masih untung juga aku nggak ngatain dia mirip  Tanos. Ih tapi Tanos juga terlalu keren. Hulk aja deh, Hulk yang disiram cat item. Hahaha...

"Siang Pa...," sapaku sekedarnya biar nggak dikata sombong. Mantu kurang ajar kaya aku ini juga perlu sedikit basa-basi, yah walaupun males banget.

Dasar monster, bukannya membalas atau apa dia malah langsung jalan aja ke arah dedek Sean seakan aku ini manusia tak kasat mata.

"Dedek kangen Eyang Kung nggak? Pasti rewel aja nih kalau Eyang Kung nggak dateng - dateng."

Idih, merasa dibutuhkan banget kali dia ya?  Sok eksis, sok tenar. Padahal juga dedek Sean nggak mikirin dia, pol juga rewel karena minta dibuatin susu atau kalau diapersnya udah penuh.

Astaga, kenapa aku jadi nethink mulu dari tadi? Tapi serius, setiap kali Papa Dirjo muncul entah kenapa aura di sekitarnya jadi kelam, seolah-olah dia itu kaya sebuah bencana yang wajib dihindari. Dan dari pada hari ini aku makan ati, mending aku masuk ke dalam kamar dan langsung menyibukkan diri menelepon Latif di Bandung untuk sekedar menanyakan keadaan cafe semenjak aku tinggal ke Jakarta.

Latif memaklumi kesehatanku yang sering terganggu akibat kecapean. Tapi menyerahkan semua urusan cafe sama dia, wajib menurutku untuk menambah uang gajinya bulan ini. Jaman sekarang kan dapetin orang kepercayaan semacam Latif itu susah. Yang jujur, yang alim, nggak neko-neko dan penurut.

Samar- samar dari luar terdengar suara Rene dan Papa Dirjo yang lagi asyik mengobrol. Pokok bahasan mereka memang hanya seputar perkembangan dedek Sean yang semakin hari semakin aktif dan dengan bangganya Rene memuji kehebatan anaknya dengan gaya yang agak hyperbola. Wajar ya semua emak-emak walaupun anaknya senakal apapun pasti dikata baik, cakep, dan pinter. Aminin aja deh.

"Tapi kenapa Kamasehun pulang? Baru inget rumah atau memang disana dia udah bangkrut?"

Nah kan, mulai deh bahas-bahas aku.

"Mas Sehun sakit Pa, ini juga rumah dia buat aku dan Sean. Kita kan masih suami istri."

"Enak banget ya, giliran susahnya aja dia butuhin kamu."

Tutup telinga adalah cara terbaik biar aku nggak emosi. Kondisi baru sembuh dari sakit begini nggak akan baik kalau dapat nyinyiran nylekit dari Papa mertua. Masa bodo dia mau anggap aku bagaimana, begini-begini juga anaknya doyan. Nggak tahu aja kalau lagi dienakin anaknya nagih terus, huh.

Udah ah dari pada nambah dosa maki-maki orang yang nggak tahu diri, mending aku bobo cantik aja biar badan makin fit.

-----

Yeollie PoV

2 hari marahan sama Mba Teppi bikin aku males makan. Bodo ah kalau nanti aku sampai kurus kerontang dan dibilang jelek. Siapa juga yang bikin aku jadi begini. Wajar dong semisal aku cemburu gara-gara dia masih chattingan sama mantan. Curhat ke Kai malah dibilang cemen, giliran curhat ke Baekhie cuma diketawain. Nggak mungkin juga tiba-tiba aku curhat ke Kamasehun. Udah jelas dia bakal belain kakak tercintanya yang galak itu dan ujungnya malah nyalahin aku.

Diam Tanpa Kata (Hunrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang