Chapter 19.

5.2K 238 340
                                    

"Mas Sehun....sakiiit...," Irene meringis mencengkeran lenganku ketika kuangkat tubuhnya turun dari mobil. 2 perawat yang langsung menyambut kedatangan kami membantuku untuk menidurkannya di brangkar dan langsung mendorongnya untuk menuju ruang bersalin.

Aku terus melangkah cepat mengikuti si perawat sementara Yeollie dan Tiffany mengekor di belakang. Sebenernya urusanku sama Yeollie belum selesai tapi berhubung kondisi enggak memungkinkan untuk meneruskan pertengkaran, untuk saat ini aku biarkan aja si Yeollie seliweran di sekitarku. Ada rasa panik, ada tegang, ada kesel, ada mual, gak tahu lagi deh semoga aja persalinan Irene berjalan dengan lancar.

"Telepon Mama Tep, biar Mama bisa dateng cepet," suruhku yang kemudian masuk ke ruang  bersalin untuk menemani istri tercinta berjuang di sana.

Mampus, dua kakiku langsung lemes begitu lihat seorang perawat memasang infus di tangan Irene. Itu baru jarum ya, belum lagi ada peralatan lain dalam troli stainles yang di dorong mendekat ke arah kita.

"Mba, bisa dicepetin gak dedeknya dikeluarin," pintaku selagi Irene masih meringis kesakitan, mengaduh dan mengeluh tanpa henti.

"Nunggu proses pembukaan sampai 10 Mas, itu dokternya mau cek."

Bukaan 10 itu apa ya? Ini aku buta masalah begituan. Aku nengok ke belakang pas si ibu dokter melangkah masuk.

"Sebentar ya ibu, saya cek dulu," kata dokter itu lemah lembut kemudian menyuruh kaki Irene buat mengangkang.

Astogeh, masa itunya Irene dimasukin jari? Kan cuma jari aku yang boleh kesitu-situ, ish...Tapi gak apa-apa deh untung aja dokternya cewe, kalau dokter kandungannya cowo udah aku ajak single aja di lapangan. Eh btw, kenapa dulu aku gak kepikiran jadi dokter kandungan aja ya, kan bisa pegang-pegang itunya cewe, gratis pula. Lumayan banget kali-kali ada yang bentuknya aneh dan beda.

"Ibunya baru bukaan 4 ini, mulesnya ditahan ya bu...yang sabar...," kata dokter itu lagi.

"Sabar gimana dok, orang istri saya udah kesakitan dari tadi," aku protes karena gak tega lihat muka Irene pucat pasi, keringat juga sejagung-jagung berderet di kening.

"Memang begitu prosesnya Pak, si jabang bayi lagi mencari jalan lahir."

Dokter itu elus-elus perut Irene sebentar sambil dikasih nasehat ini itu sebelum akhirnya dia pamit pergi dan akan memeriksa kembali satu jam kedepan.

"Mas...sakit banget ini, duh aku rasanya mules kebelet eeq," Irene gelisah sambil berkali-kali pindah posisi tidur tanpa mau melepas jeratannya dari lenganku.

"Ya udah ke toilet aja yuk, aku gendong yah?" ternyata jadi suami siap siaga itu gak gampang. Irene bawa tiang infus selagi aku gendong dia masuk ke kamar mandi. Udah duduk lama di closet tapi katanya gak pengen buang air, aku gendong lagi dia naik ke atas ranjang. Gitu terus selama beberapa waktu sampai Tiffany nongol dan bilang bahwa Mama, Papa beserta Papa Dirjo baru aja sampai.

Lega rasanya ada mereka, seenggaknya Mama kan ngerti banget proses melahirkan bagaimana dan  Irene juga bisa kasih tahu tentang keluhan di perutnya yang katanya tuh mules banget. Intinya dia bisa sharing ke Mama dari pada ke aku yang cuma bisa panik, gak tahu juga aku harus kasih semangat gimana ke dia. Maklum lah ya, laki-laki kan memang gak bisa ngerasain sakitnya melahirkan itu seperti apa selain cuma bisa bikin doank.

Masalahnya itu begitu Papa Dirjo tahu Irene kesakitan, dia seakan menyalahkan aku banget. Tatapannya tajam dan sama sekali kita gak saling menyapa. Tapi waktu kita papasan di pintu ruang  bersalin, dia sempet ngomong pelan,

"Awas aja kalau sampai Rene ada apa-apa, kamu yang aku cari pertanggungjawaban."

Yealah, kan memang dari dulu aku udah bertanggung jawab, aku nikahin putrinya, aku memenuhi kebutuhan baik lahir maupun batin meski aku sadar aku gak bisa kasih Irene sesuatu yang berlebih. Heran aja sama Papa Dirjo, mikir apa si itu orang bisa-bisanya ngomong begitu. Jujur aja ya bukannya makin kesini aku semakin menghormati dia, tapi aku justru semakin benci, bawaanku itu emosi tingkat dewa kalau deket-deket sama dia.

Diam Tanpa Kata (Hunrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang