Chapter 24.

1.8K 242 163
                                    

Kamasehun Pov

Setelah melepas pelukan Rene dan mencium bibir dedek Sean berulang kali, aku pun pamit dengan menyimpan beribu kesedihan yang aku pendam setahun belakangan ini. Aku jalan ke arah mobil sampai tanpa sadar air mataku meleleh. Aku gak tahu kapan lagi aku punya kesempatan untuk menemui mereka dan rasa-rasanya keputusanku sudah bulat untuk meninggalkan kota Jakarta, dimana aku hidup dari bayi sampai jadi suami sekaligus ayah yang gak berguna ini.

 Aku gak tahu kapan lagi aku punya kesempatan untuk menemui mereka dan rasa-rasanya keputusanku sudah bulat untuk meninggalkan kota Jakarta, dimana aku hidup dari bayi sampai jadi suami sekaligus ayah yang gak berguna ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karirku mungkin cemerlang, pundi-pundi uangku semakin banyak. Tapi itu semua gak berarti apa-apa dibanding rasa sakit hati ketika aku harus dihadapkan pada jalan hidup serumit ini. Di luar mungkin orang-orang melihat sosokku sebagai cowo yang matang dan tampan, jelas aku pun mengakui itu. Sayangnya mereka gak pernah tahu seperti apa rasanya dijauhi oleh istri yang paling aku cinta dan anak yang paling aku sayang. Aku gak bisa terus-terusan menghadapi situasi seperti ini, aku gak sekuat dan setegar yang terlihat dan aku pasrah. Aku pengen memperbaiki diri, menjauh dari segala hal yang buruk dan membuktikan bahwa aku— tanpa karirku sekarang— bisa menjadi lelaki yang benar-benar dinilai baik oleh semua orang.

Ya, keputusanku bisa kalian bilang salah. Pada kenyataannya, aku pun mulai menyerah memperjuangkan hakku. Aku butuh waktu untuk berintropeksi dan merenungi diri dari apapun kesalahan yang udah aku perbuat ke mereka. Aku pengen pergi dan menyendiri, karena aku gak mau kehadiranku disini menambah dosa buat mereka disana.

Maafin aku Rene, maafin Papa ya dedek Sean...Jangan lupa jagain Mama untuk Papa.

I love U both...👪

-----

Irene Pov

Siang ini susana rumah diramaikan oleh kedatangan tamu-tamu dari tetangga sebelah dan juga sebagian keluarga besar Papa.

Yeay, setahun sudah usia dedek Sean dan sekarang, meskipun dia belum paham betul apa arti acara Ulang Tahunnya sendiri, dia mau koq dipaksa tiup lilin dan ketawa ceria dapet tepukan tangan meriah dari semua orang di sekelilingnya. Walaupun ilernya ngeces-ngeces terus ke baju, tetap aja ya anak kesayanganku itu lucu dan ganteng. Mana udah bisa jalan lancar kesana-kemari, gemesin pokoknya.

Tadinya Mama mertua sama Mba Teppi niat mau datang, tapi barusan mereka telpon kalau mereka batal datang karena ada urusan mendadak. Agak sedih si soalnya aku juga lama gak ketemu mereka dan kangen. Bagaimanapun mereka udah bersikap baik sejauh ini sama aku dan dedek, jadi aku pun gak bisa melupakan sosok mereka meski hubungan kita semakin merenggang. Lagipula kalau mereka pada akhirnya juga datang ke rumah, aku gak yakin Papa bakalan bersikap ramah kaya biasanya.

"Ayo semuanya dimakan snack sama kuenya," lamunanku tersadar setelah dedek Sean lepas dari jangkauan dan aku inget kalau sekarang bukan waktunya aku untuk mikirin kesedihan. Fokus utamaku sekarang adalah kebahagian dedek Sean dan acara Ulang Tahunnya sore hari ini kudu berjalan lancar.

Puluhan kado menggunung di meja pendek yang ada di depan, suara-suara nyanyian lagu anak-anak terus terdengar membuat suasana rumah bertambah riuh. Ditambah lagi soal kerempongan anak-anak balita yang nangis, mecahin balon atau belepotan makan kue bikin lantai keramik kotor dan lengket. Untung aja dedek Sean lagi gak rewel, kan aneh aja kalau yang punya acara Ulang Tahun justru bete dan gak bisa diajak kompromi. Bersyukur banget sama Tuhan kalau semua ini bisa berjalan sesuai rencana dan gak mengecewakan.

Diam Tanpa Kata (Hunrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang