41: Suasana mengerikan 2

12 3 43
                                    

~Tak Tuk Tak Tuk~

Terdengar suara langkah sepatu yang mulai mendekat dan berhenti tepat di hadapan wajah Rain yang masih bersembunyi di bawah meja yang tertutupi oleh kain taplak.
Tubuh Rain semakin menggigil ketakutan menyadari bahwa dirinya telah di kelilingi oleh banyak orang-orang mengerikan di sekitarnya.

"Tak ada apapun di sini ya?" Tanya seseorang yang baru saja datang, sepatunya terus mengetuk lantai dengan pelan.

"Sepertinya begitu " Jawab seseorang dari pihak pertama dengan penuh nada hormat.

"Ya begitulah, hanya saja saya sedikit merasakan hal aneh di sekitar ruangan ini" Lanjut seseorang pihak kedua dengan jelas hingga membuat Rain semakin gemetar karena bisa jadi orang itu curiga terhadap bawah meja yang tertutup taplak.

"Jadi begitu ya..." Seseorang yang baru saja mendengar semua penjelasan para anak buahnya langsung kembali mengetukkan sepatunya dan kali ini mulai semakin keras bersamaan dengan jari telunjuk yang ikut mengetuk meja. "Bawa anak kecil itu kemari, aku ingin langsung melakukannya di ruangan ini" Lanjutnya dengan penuh ketegasan memerintahnya.

"Biar saya saja yang membawanya kesini" Seseorang pihak ketiga langsung beranjak pergi meninggalkan ruangan, namun tidak pada mereka yang masih terpaku dalam ruangan.

Pada detik berikutnya....

"Ini tuan Roberto!" Seseorang pihak ketiga itu datang menyeret anak kecil itu dan melemparkannya hingga jatuh tersungkur mengenai kaki Roberto.

"Hiksss " Anak kecil itu merintih kesakitan sambil menangis karena ketakutan, wajahnya memar dan sekujur tubuhnya penuh dengan darah karena luka sayatan benda tajam. Hal itu tampak jelas di mata Rain, betapa kejamnya mereka yang telah menganiaya seorang anak kecil yang lemah dan yang seharusnya masih dalam perlindungan. Namun seketika anak kecil itu melihat Rain yang masih sembunyi di bawah meja, anak kecil itu kembali menangis seakan meminta pertolongan Rain, tapi Rain malah menggelengkan kepalanya serasa tidak mungkin bisa melawan mereka semua lagipula Rain tidak bisa berkelahi.

Roberto menyeringai dan langsung menginjak kepala anak kecil yang tak berdaya itu dengan keras hingga merintih kesakitan dan tahap selanjutnya Roberto menendang keras perut anak itu hingga terlentang.
Rain membolakkan matanya seketika menyadari hal itu, dia tak bisa tinggal diam lagi membiarkan kekejaman itu terus berlangsung. Rain meyepak salah satu kaki seseorang diantara mereka dan akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya.

"Hentikan!! " Rain mengambil sebuah balok kayu yang tak sengaja tersenggol lengannya.

"Hanya sebuah balok kayu" Ketiga orang tersebut langsung bergerak cepat menyergap Rain, Salah satu dari ketiga orang itu merebut balok kayu tersebut dari tangan Rain kemudian ada yang menendang kakinya hingga tertekuk lutut, kini satu orang lagi langsung mengikat kuat kedua tangannya.

"L..Lepaskan! " Bentak Rain dengan nada lantangnya kepada semua orang yang menyeringai jahat tersebut.

"Seseorang yang sudah memasuki kawasan ini tidak akan pernah bisa kembali hidup " Roberto menyeringai sambil mengepalkan kedua tangannya dan mulai melangkahkan kakinya berjalan mendekati Rain.

Namun langkahnya terhenti ketika sepasang tangan memeluk kakinya dengan erat. "Tolong jangan sakiti kakak itu, kau boleh membunuhku asal lepaskan dia"

"Cih! Anak kecil bisa apa " Roberto mendengus kesal menyadari anak kecil itu memeluk kakinya dengan erat, sekali lagi ia melirik ke arah Rain dengan tatapan dalam dan kemudian menyeringai dengan penuh arti. "Menarik" Roberto langsung menendangkan kakinya hingga anak kecil tersebut terhempas ke lantai dan satu gerakan terakhir ia langsung menginjak keras perut anak kecil itu hingga tewas seketika dengan mulut penuh muntahan darah.

Rain terbelalak seketika, entah terbuat dari apa hati mereka hingga menyiksa dan membunuh anak kecil tanpa belas kasih.
Mereka semua tertawa melihat reaksi Rain yang terkejut seketika melihat anak kecil itu tewas di tempat.
Sepertinya mereka semua memang sudah menyadari keberadaan Rain yang sejak awal masih bersembunyi oleh karena itu mereka memancingnya dengan menyiksa anak kecil itu agar Rain keluar menunjukkan batang hidungnya.

Roberto menyeringai. "Hei kalian ayo bantu aku urus anak ini" Perintahnya dengan tegas hingga ketiga bawahannya mengangguk lalu beranjak membiarkan Rain yang masih terikat.

Tidak, tidak .. apa yang akan mereka lakukan, mereka semua mengambil pisau dan berlalu menghampiri mayat anak kecil itu.
Perlahan-lahan aktivitas kejinya mulai berlangsung dengan menggenggam erat rambut kepala anak kecil itu kemudian mengiriskan pisaunya perlahan-lahan tepat pada leher anak itu hingga darahnya merembes deras mengalir membasahi lantai.

Rain memejamkan matanya tak kuasa melihat pemandangan keji itu, Rain menelan salifanya dengan sangat berat menahan rasa nyilu yang mulai terasa terhadap lehernya sendiri membayangkan jika dirinya berada di posisi anak itu.

==========================
     》》》Tbc《《《

Thanks for read..
maaf kalau mungkin agak gore ya *~*
Bonus dari Author nih...

 maaf kalau mungkin agak gore ya *~*Bonus dari Author nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roberto Giravenight

Tampan sih tapi sayang sadis *~*

The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang