18: Takdir dan Mistery

11 4 28
                                    

"Kalau begitu Refia , katakan pada EunSang kalau aku sedang dalam tugas" TianWang memegang pundak Refia sambil mengangguk meyakinkan.

"Baiklah akan aku sampaikan itu, kak Qyuma hati-hati juga jangan gegabah karena kemarahan" Refia tersenyum sambil memainkan matanya ke arah Qyuma.

Qyuma hanya mampu mendesah pelan menanggapi Refia, sekesal-kesalnya Qyuma yang jelas ia tak pernah berbuat kasar kepada siapapun dan tetap ramah walaupun ia masih tak bisa menahan amarahnya.

"Baiklah, ayo" Nichola dan Sara akhirnya melangkahkan kaki berjalan di atas tanah yang di pijaknya, disusul juga dengan Tianwang, Ayashi dan Qyuma.

Refia hanya bisa melihat mereka semua memunggunginya dan menjauh, "Ku harap kalian berhasil"

Qyuma Pov:

Entah mengapa akhir-akhir ini aku mulai stress dengan keadaan yang ku alami ini, kenapa tiba-tiba aku bermimpi tentang ayahku? Kenapa ayahku selalu datang dalam mimpiku seakan dirinya menjanjikanku suatu perjanjian yang mustahil?

Flash back of dream

"Qyuma, bangun kau dengar aku?"

"Ayah? Apa benar itu kau?"

"Iya, aku hanya ingin bilang kepadamu.. tolong berhenti memikirkanku"

"Aku sangat merindukanmu, jadi bagaimana mungkin aku tak memikirkanmu, hanya kau semangatku dan hanya kau yang selalu mendorongku untuk tetap bangkit, ibu.. ibu juga terpuruk semenjak kepergianmu, ia tak pernah bicara sedikitpun kepadaku.."

"Hmmmm bersabarlah karena di balik kesedihan kalian, pasti ada kebahagiaan yang tersembunyi, "

"Ayah ...!!"

Flash back of dream end

Kebahagiaan yang tersembunyi? Kebahagiaan apa? Bahkan aku akhir-akhir ini telah lupa bagaimana caraku untuk bahagia, ayah.. aku tau kau berbohong.
Tidak, aku tidak boleh memikirkan itu. Aku harus bangkit dan aku tidak boleh lemah meskipun ayahku tak lagi bersamaku. Ini takdir? Aku di lahirkan untuk menjadi pribadi yang bijaksana dengan kekuatan batin walaupun kesedihan melanda diriku.
Aku tak akan membiarkan mereka tertawa, aku akan membalaskan dendamku kepada mereka, ku tak perlu takut karena di pihakku telah ada empat orang yang mungkin dapat membantuku untuk mengalahkan mereka yang menyebalkan itu,

Monica Pov :

Aku sedikit kasihan melihat semua keadaan ini menjadi sangat begitu buruk, aku tidak suka keributan, aku tidak suka keheningan, aku juga tidak suka kesedihan, aku hanya ingin semuanya kembali ceria seperti dulu.
Aku melihat ibuku sedang tak enak akhir-akhir ini, wajahnya yang cukup sendu dan dirinya yang hanya bisa duduk mematung benar-benar membuatku bosan untuk terus mengamatinya.
Saat aku alihkan pandangan dari manik mataku ke arah kak Refia yang sedang duduk di samping ibuku dengan wajah cemasnya. Disitulah aku mulai teringat beberapa dongeng yang pernah kak Refia ceritakan.

Flash back

"Dahulu kala di sebuah hutan fantasy ada seorang gadis misterius berjubah hitam pekat layaknya shinigami yang akan merenggut nyawa orang yang bertemu dengannya, dia dapat saja membahayakan jika orang yang bertemu dengannya salah melontarkan pembicaraan dari topik yang dia bicarakan, namun juga dia dapat membantu orang tersebut jika berhasil membuat gadis misterius itu senang berbicara dengannya"

"Tunggu kak, dimana hutan fantasy itu? "

"Ahh mana ku tau, itu hanyalah sebuah dongeng, jangan terlalu percaya"

Flash back end

Jangan terlalu percaya dengan dongeng, tapi aku percaya itu. Seseorang pengarang pasti pernah menjumpai hal-hal tertentu hingga membuatnya memunculkan ide untuk membuatnya. Rabbit terbang, ya contohnya itu tapi aku benar-benar menemukannya seminggu yang lalu.
Baiklah sepertinya aku yang harus mencari tau sendiri keberadaan gadis misterius itu, meskipun terkadang dapat membahayakan tapi jika aku lolos bukankah dia akan membantuku, mungkin aku bisa.
"Aku percaya takdir kebaikan akan selalu berpihak kepadaku, walaupun nyawaku sendiri yang akan menjadi taruhannya" Gumamku dalam hati dan aku pun langsung menghampiri kak Refia yang masih tak beranjak dari tempatnya. "Kak, boleh aku ke toilet sebentar?" Tanyaku sambil menatap kak Refia dengan tatapan memohon dan kak Refia pun otomatis tertawa melihat exspressi wajahku. "Hahaha kau ini , ya baiklah aku juga tak ada hak untuk melarangmu ke toilet kan" kak Refia mengelus lembut puncak kepalaku sambil terus terkikih geli dan aku hanya bisa mengangguk sambil memainkan mataku lalu pergi meninggalkannya berdua dengan ibuku.
Aku benar-benar pergi menuju toilet tapi sebenarnya aku sengaja kabur dari istana melewati pintu belakang menuju lingkungan belakang.
"Maafkan aku kak Refia, maafkan aku ibu " Gumamku saat menoleh ke arah istana yang mulai ku jauhi, aku terus berlari bahkan semak-semak berduri pun aku lewati.

==========================
      》》》Tbc《《《

Maaf jika ada beberapa Typo '-')
Dan judul part yang agak ngasal ya '-') atau mungkin kurang pas dengan ceritanya. Jadi jangan sungkan untuk mengajukan saran dan kritiknya  :'D  , soalnya saya masih agak sering typo dalam penulisan cerita .-.)

Jangan lupa vote dan commentnya ya ^-^)/

The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang