Sore mulai menjelang batasnya, mega-mega merah di langit mulai tampak menghilang, matahari telah terbenam dan langit cerahpun berganti dengan langit malam yang tampak kelam kelabu. Namun tak sekelam dua pemuda yang saat ini sedang menopang dagu di atas bangku, dirinya duduk di bawah bangku dengan kaki yang bergerak-gerak tak jelas. Sorotan pandangan matanya terus terarah pada lembar kertas yang terisi dengan banyak tulisan.
"Aku sedikit ragu" Gumam Bao dengan pelan.
"Ragu kenapa?" Tanya Rain dengan penasarannya.
Bao menghembuskan nafas kasarnya. "Gak nyangka aja, kau suka dengan Fina yang nyatanya masih Loli begitu jadinya ya gak yakin aja "
Rain menyenggol bahu Bao dengan pelan. "Alaah, cinta kan gak harus mandang umur"
Bao melepaskan nafas kasarnya sekali lagi. "Iya sih, tapi kau yakin? dia masih kelas 3 SMA.. aku gak yakin kau bakalan keterima, dan sekalipun udah jadian ku harap hati-hati.. dia masih bocah loh, aku takut terjadi apa-apa padamu"
Rain menganggukkan kepalanya dengan pelan . "Baiklah, kau tenang saja lagi pula aku sama dia udah kenal setahun hehehe dia baik jadi gak mungkinlah dia bakalan nyakitin"
"Terserah deh, dasar pedo sukanya sama loli" Ketus Bao sambil menyipitkan kedua matanya, namun tiba-tiba tampak seseorang gadis sedang melewatinya dan duduk menyendiri di dekat danau dengan memasukkan kakinya ke dalam air.
"Itu Fina, buruan gih" Bao menepuk pundak Rain dengan pelan sambil memberi tatapan kode hingga Rain tersenyum senang lalu pergi menghampiri sang gadis yang kini telah duduk menikmati suasana indah dari pemandangan danau sambil memeluk sebuah boneka.
"Hai" Sapa Rain dengan gugup hingga gadis itu menoleh dengan wajah kusutnya.
"Rain, sedang apa disini? " Tanya Fina dengan wajah kusutnya, matanya menyipit seolah-olah kurang istirahat tapi Rain sudah biasa melihatnya seperti itu bahkan tiap hari tiap saat , tak ada angin dan tak ada ombak tetap saja tatapannya seperti itu, oleh karena itu gadis di hadapannya tak pernah mendapatkan teman kecuali dirinya.
"Kebiasaan, cobalah sesekali senyum gitu.. gak disaat sedih maupun senang kau terus begitu, kenapa sih? " Tanya Rain dengan penasarannya.
Fina menghembuskan nafasnya dengan pelan, wajahnya tetap kusut karena sifatnya yang begitu pemalas.
"Jangan melakukan sesuatu yang sekiranya membuang-buang tenaga, itu prinsipku ""Gitu aja teruuuus yaa...!" Rain mengerinyitkan dahinya karena baru pertama kali dia berteman dengan gadis jenis seperti Fina dan entah kenapa dia harus jatuh cinta padanya meskipun sudah tahu Fina begitu muram, pemalas , penyendiri dan cuek. Tapi baginya Fina begitu mistery dan unik dengan kepintarannya yang terkadang tak terduga bahkan begitu memiliki peran penting untuk memecahkan masalah, baik masalah pribadi maupun masalah serius seperti penculikan dan pembunuhan berantai. Tak pernah takut oleh ancaman apapun, meski pernah dulu Rain sempat melihat Fina di pergoki oleh sekawanan perampok bersenjata tajam tetap saja tak ada reaksi wajah-wajah panik sama sekali, wajahnya tetap sama muramnya seperti biasanya bahkan sampai menyerahkan tasnya kepada sekawan perampok di jalanan. Namun sayang setelah itu tak ada lagi perampok yang hendak menghadangnya lagi seketika tahu banyak hal yang tersimpan di tas Fina. banyak hal seperti tiga butir buku, sebutir kotak bekal, pencil, pulpen, penghapus, penggaris. Hanya itu yang ia bawa setiap pergi ke sekolah, Fina sangat disiplin mengikuti aturan sekolah, ia tak pernah membawa ponsel dan tak pernah membawa uang saku selain sebutir kotak bekal. Maka dari itulah perampok hampir semuanya menyesal karena menghabiskan banyak waktu untuk menjelajahi tas Fina.
"He He He "
Dari tawanya saja sudah terlihat sangat berat, mata tetap tampak kosong dengan wajah muramnya hingga membuat Rain begitu bingung haruskah dia menyatakan cintanya di saat seperti ini. Sekali lagi Rain menoleh ke arah Bao yang masih mengamatinya dari jauh sekilas lalu kembali menatap wajah kusut Fina lagi. "Fina! " Rain langsung meraih tangan Fina dan meletakkan surat di telapak tangannya hingga membuat Fina melirikkan bola matanya ke arah surat di telapak tangannya.
"Apa ini?" Tanya Fina dengan lirihnya.
"Baca saja hehee, aku duluan yaa " Rain menyunggingkan senyumannya dan langsung beranjak pergi meninggalkan Fina yang masih mematung menatap surat yang baru saja Rain letakkan di tangannya. Sepertinya Rain sangat gugup hingga langsung memutuskan pergi saat memberikan surat tersebut, walau sebenarnya Rain masih tak pergi pulang melainkan menyeret Bao untuk bersembunyi di balik pohon mengamati Fina dari kejauhan.
"Ngomong-ngomong Fina begitu aneh, entah kenapa kau menyukainya " Bisik Bao dengan pelan sambil memperhatikan Fina yang tampak mulai membuka suratnya perlahan.
Rain sedikit terkikih. "Sudah biasa "
"Hah... selama kenal denganmu Fina jelmaannya tetap gitu? gak ada perubahan? gak bisa senyum atau gimana gitu? "
"Iya " Rain ikut menirukan exspressi wajah Fina.
Bao langsung mengusapkan tangannya ke wajah Rain. "Dasar! "
"Hei, aku tak bisa melihat" Ketus Rain sambil menepis tangan Bao namun entah apa yang terjadi tiba-tiba tak ada lagi sosok gadis yang sedang terus di perhatikannya. gadis itu hilang tanpa jejak.
"loh, F..Fina mana? " Ucap Rain dan Bao dengan begitu syocknya.
==========================
》》》Tbc《《《Maaf jika masih banyak Typo ya xD
jangan lupa dukungannya ya ^-^Bonus dari Author nih..
Si nyebelin Rain, tampak kayak gimana gitu xD kwkwkwk
Dan ini si loli panggil aja Fina, padahal imut ya ;/ hanya saja suka malas xD
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart
FantasiMencari sebuah jati diri memang tidak mudah, terlalu banyak rintangan yang harus di hadapi. Sama halnya dengan seseorang pemuda yang sedang kebingungan mencari jati dirinya yang sebenarnya, akankah ia dapat menemukan jati dirinya?