Sore hari saya baru saja tiba di camp WASH, kemudian diajak ke salah satu dusun di daerah Kayangan, Dusun Tangga. Lokasinya cukup jauh di atas bukit dan terisolir infrastruktur pun tidak maksimal. Pemandangan sebelah kanan adalah tebing tinggi dan curam, tidak terbayangkan jika tiba-tiba ada gempa mengakibatkan longsor bisa habis kita semua. Bada magrib kami bersama tim air tiba di lokasi, dusun Tangga. Tidak ada listrik sama sekali, semua gelap hanya terlihat titik-titik cahaya lilin. Di sana kami menyerahkan 300 batang pipa 4 inch hasil donasi dari PMI provinsi Sumatera Utara. Rasa lelah pun sirna begitu melihat warga yang sangat bahagia, terlihat senyum sejauh mata memandang. Mereka bersorak, "Alhamdulillah, sumber air sudah dekat.."
Beberapa hari kemudian tepatnya tanggal 6 September tidak ada aktivitas promosi kebersihan karena pada hari itu kami akan membantu tim air yang akan melakukan pipanisasi di Desa Santong Kec Kayangan. Seperti biasa sang mentari tak pernah segan menunjukan dirinya pada kami, saya yang berdomisili dari daerah dingin di Lembang - Jawa Barat tentunya dibuat kewalahan menghadapi teriknya cuaca di sana. Matahari serasa ada 3, bro! Panas banget..
Berdasarkan informasi awal yang kami terima dari warga jarak antara sumber air dan pemukiman adalah 2 kilometer. Kurang lebih 600 batang pipa 4 inch kami sediakan, 200 batang dari PolAir dan 400 batang dari PMI. Pukul 08.00 WITA Kami bersama-sama dengan warga bergotong royong berjalan kaki membawa pipa tersebut ke sumber air di kaki gunung Rinjani kemudian di susul oleh Polair. Saya berada di rombongan paling belakang bersama team leader pergi duluan meninggalkan Polair yang belum juga tiba, setapak demi setapak saya jajaki terasa sangat bersemangat kegirangan karena akhirnya saya menginjakan kaki juga di gunung rinjani.. hahaha!
Sudah 1 jam berlalu, tapi lokasi sumber air tak juga nampak bahkan sialnya saya dan teman-teman di belakang sempat tersasar hampir 1 kilometer jauhnya. Dengan menempuh medan yang cukup terjal kami terus melangkah dan akhirnya sekitar bada dzuhur kami tiba juga di sumber air, "Sangat jernih dan dingin jadi inget Lembang." Pikir saya. Setelah selesai memasang pipa utama di sumber air, teman-teman dan warga yang lain turun memasang jalur pipa sedangkan saya dan beberapa teman menyempatkan diri untuk mandi menikmati kesegaran air gunung rinjani.
Kemudian saya mengikuti jalur pipa dan baru setengah perjalanan pipa sudah habis, ternyata 2 kilometer versi warga lokal berbeda dengan 2 kilometer versi kami. Setelah kami hitung-hitung jaraknya hampir 5 kilometer. (Pantesan waktu berangkat tuh ga nyampe-nyampe.hahaha!) Akhirnya 3 hari kemudian kami berusaha menyelesaikan pemipaan itu dengan mendorong sekitar 700 batang pipa 4 inch tambahan pembelian berasal dari anggaran yang tersedia juga ditambah hasil donasi dari PMI Kab Banggai Sulawesi Tengah.
Hal yang paling mengharukan saat itu adalah ketika air gunung rinjani dapat mencapai pemukiman yang kami tuju. Bapak Kepala Desa Santong, Kepala Dusun Temposodo, seperti layaknya anak-anak mereka melepas pakaian dan menari-nari mandi bermain air dari gunung yang telah kami bantu fasilitasi. Mereka menangis bahagia, setelah waktu yang sangat panjang akhirnya penduduk mendapatkan air bersih. Keberadaan air bersih menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi mereka. Keesokan harinya kami diundang dalam acara syukuran yang dipimpin langsung oleh Bapak Bupati Kabupaten Lombok Utara. Semoga dalam setiap tetes air itu terdapat keberkahan bagi kita semua, aamiin..
KAMU SEDANG MEMBACA
#LOMBOKPUNYACERITA
Short Story"Catatan singkat tentang suka duka selama operasi gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ditulis berdasarkan sudut pandang saya secara pribadi dan tidak mewakili tim secara keseluruhan." - Den Eki Julianto -