"... mereka menebar ranjau dan hampir saja saya menginjaknya."

90 5 0
                                    

Gempa bumi yang terjadi di Lombok telah mengakibatkan 560 jiwa meninggal dunia, 7.757 jiwa luka-luka, 81.022 rumah sakit rusak dan 1.154 fasilitas umum rusak. Selain itu, gempa bumi ini mengakibatkan terputusnya akses menuju air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak. Wilayah terdampak ini juga tengah dilanda musim kekeringan yang dimana tidak ada hujan hampir kurang-lebih 8 bulan lamanya. Bisa kita bayangkan keadaan warga terdampak khususnya golongan rentan yang harus berjuang dan bertahan di tengah kondisi seperti itu, debu yang tebal, cuaca yang terik saat siang hari, dingin yang menusuk di malam hari, air bersih yang tidak tersedia juga fasilitas sanitasi yang buruk. Belum lagi yang terpenting adalah tekanan psikologis seperti trauma yang mendalam akibat gempa bumi yang melanda.

"Saya heran kenapa sampai saat ini pemerintah pusat tidak menetapkan peristiwa ini sebagai bencana nasional, sehingga bantuan dari luar negeri banyak tertahan di Singapura tidak mendapatkan akses masuk ke Indonesia. Kasihan, lagi-lagi masyarakat terkena imbas dirugikan oleh kepentingan politik segelintir orang." Ungkap ibu Wakil Bupati Lombok Utara yang kami temui di posko pengungsian Kayangan 01.

Pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi yang layak menjadi agenda rutin kami setiap harinya. Akses yang baik terhadap air bersih dan sanitasi yang baik merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan martabat warga terdampak, dan yang tak kalah penting tim WASH PMI pun selalu berupaya untuk berdialog dan memotivasi mereka agar segera bangkit dengan mempromosikan pesan-pesan kebersihan dan kesehatan demi memulihkan martabat mereka. Keadaannya cukup menarik ketika NGO (non-governmental organization) lain mengintervensi layanan WASH, kebanyakan dari mereka hanya menyimpan tandon-tandon air tanpa memperhatikan dari mana masyarakat terdampak ini mendapatkan air bersihnya. Begitu halnya dengan fasilitas sanitasi, kebanyakan dari mereka datang dan mendirikan jamban darurat begitu saja, tidak tampak bentuk dukungan promosi kebersihan apalagi kegiatan monitoring dan evaluasi atas intervensi layanan yang telah diberikan. Ketika jamban didirikan, belum tentu warga akan menggunakannya. Saat saya memonitoring ke lapangan, meski pun jamban darurat sudah disediakan masih banyak ditemukan hal menarik, mereka menebar "ranjau" dan hampir saja saya menginjaknya. Hal tersebut bisa dikarenakan trauma untuk memasuki bangunan atau bisa saja karena faktor kebiasaan sebelum bencana yang kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Oleh karena itu tim promosi kebersihan terus-menerus mengedukasi warga agar dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Perilaku yang tidak baik dan tidak sehat dapat menimbulkan berbagai ancaman kesehatan khususnya penyakit yang berhubungan dengan air dan sanitasi, sebagai contoh adalah diare. Memang sangat melelahkan, tapi sekali lagi kami tegaskan bahwa kami WASH PMI ingin memberikan layanan yang terbaik dan maksimal bagi warga terdampak.

#LOMBOKPUNYACERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang