"Dear lelaki yang tak pernah ku sebut dalam doa, semoga kita lekas bertemu dan menjadi kesatuan dalam ikatan penuh cinta yang di Ridhoi Allah"
2 0 1 8
Tahun-tahun penuh kejutan, diawali dengan kandasnya hubunganku dengan Fadi yang telah kita jalani selama 6 tahun 6 bulan dan di hari kesebelas dia memilih pergi meninggalkan semua dan menghancurkan seluruh harapanku yang selama ini aku dan Fadi bangun bersama. Hari-hari penuh haru biru, benar kata para pujangga bahwa kehilangan kekasih hati sama seperti burung yang kehilangan sayapnya, bahkan aku sempat kehilangan percaya diri untuk melangkah kedepan menjalani hidupku. Segala bentuk pertanyaan yang berbulan-bulan selalu kidengar dari keluarga, teman-teman bahkan sekalipun orang lain tetang alasan kenapa aku dan Fadi memilih berpisah. Ah!! Sungguh aku sudah muak sekali.
Tapi banyak sekali aku belajar dari kegagalan ini, dan Alhamdulillah aku memiliki sahabat yang satu kisah denganku, Mutia. Dia tahun benar apa yang kurasa saat itu dan dia adlah orang yang paling memahami tahu caranya mensuport dan sebagai teman hijrah dari pacaran jadi Singellilah.
AISYAH POV
2018, June
Lebaran Idul Fitri tahun pertama aku menyandang status jomblo, ah aku terganggu. Bukan karena jomblo nya tetapi karena banyak pertanyaan dan orang-orang yang berusaha mencuri perhatian ku. Oke aku muak dengan semua lelaki, bahkan selama libur panjang aku selalu saja berdiam diri dirumah tidak berinteraksi dengan orang diluar rumah, untuk keluar teraspun aku berfikir berkali kali, bahkan aku memilih pergi keluar kota untuk menghindari orang-orang, seperti hari ini aku sedang malas duduk-duduk di sofa ruang tamu rumah kakek. Kubuka tutup layar ponsel yang seharian ini entah tidak ada jaringan, atau paket habis atau bahkan handphoneku yang rusak, karena tidak ada notif satupun yang masuk.
Drrttt. Ketika ku lihat dilayar ponsel ada pesan masuk dari sahabatku. Caca.
"Sha, kamu mau jadi menantu dikeluargaku?"
"sedang mengetik.... hapus. sedang mengetik... hapus"
Entah lah aku syok dengan pesan yang dikrim oleh sahabat baikku itu, sahabat masa kecilku yang keluarga besarnya sudah kuanggap sebagai keluargaku juga. Mendadak aku seperti linglung dan ingin menghilang dari bumi, fikiranku kacau dan entah aku seperti hilang arah dan kendali atas diriku sendiri. Dengan kosa kata yang masih tertinggal diotakku aku hanya membalas singkat dengan sebuha tanya. "Dengan siapa?" send.
Detik. Menit. Jam tidak ada jawaban. walaupun aku tak berharap ini bena tetapi aku juga sedikit ingin tahu siapa yang caca maksud, karena bagaimanapun aku denkat dengan keluarga besarnya kau tak pernah mengenal sepupu-sepupunya caca hanya paman atau kakak laki-lakinya caca saja. Aku sedikit limbung dan merebahkan diri di Sofa empuk ini.
"Assalamualaikum, Sha kalau mau tidur dikamar jangan diruang tamu" kata Ibuku. Aminah
"Waalaikumussalam. hmm iya" jawabku singkat.
Firasat seorang ibu pasti tahu jika aku saat ini sedang dalam masalah, dan ibuku juga tahu alasanku tidak pernah berada dirumah, dan Alhamdulillah ibu selalu mendukung apapun keputusanku.
"ini..." kuserahkan ponselku kepada ibu untuk membaca Chat yang dikirimkan oleh caca.
"loh, siapa?", aku hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu. Ibuku berekspresi kaget tapi tidak begitu natural, sepertinya ibu ku menyembunyikan sesuatu, benar saja dugaanku. Aku tahu betul.
YOU ARE READING
Penantianku
Genel KurguPerihal memilih aku serahkan semua pada Mu ku pasrahkan pada Mu Seperti doa teromantis hamba nya kepada Tuhannya "Wahai Allah, jika adanya, Engkau ketahui bahwa urusan ini ........ adalah baik bagiku, untuk duniaku, akhiratku, penghidupanku, dan aki...