Tiga

41 14 1
                                    

Pukul 15.30 waktunya pulang, setelah Iqbal membereskan barang-barangnya ia segera keluar kelas untuk menyusul Nada di kelasnya.

"Bal pulang yuk," ajak Rafa menepuk pundak Iqbal.

"Lo duluan aja gue masih ada urusan."

"Oh iya gue lupa, lo mau kencan kan sama Nada," goda Rafa sambil cengengesan.

"Apaan sih lebay banget lo, cuma ke toko buku juga," Iqbal heran kenapa temennya gaada yang bener.

"Yaudah lanjutin aja kencannya," kata Rafa sambil berlari sebelum Iqbal menjitak kepalanya.

"Gila," gumam Iqbal.

Saat Iqbal berjalan di koridor kelas ia melihat seseorang duduk di bangku taman depan kelas Nada. Setelah beberapa saat mengamati, Iqbal yakin bahwa itu adalah Nada. Iqbal berjalan mendekati Nada lalu duduk di sebelahnya. Nada masih tidak menyadari keberadaan Iqbal.

"Ehemm," Iqbal berdehem.

Nada refleks menoleh, ia kaget melihat Iqbal sudah ada di sampingnya.

"Eh lo bal, maaf udah lama nunggu ya," Nada menghapus air matanya. Ya, Nada menangis.

"Lo kenapa?" Iqbal sangat khawatir melihatnya menangis.

"Gapapa kok, yuk berangkat katanya mau ke toko buku," Nada mengalihkan pembicaraan.

"Yaudah," Iqbal menghela nafas kasar. Mungkin Nada masih belum siap untuk cerita.

Mereka berjalan ke parkiran, sepanjang perjalanan Nada hanya melamun sedangkan Iqbal hanya memperhatikan Nada.
"Cantik juga," batin Iqbal, tanpa sadar ia tersenyum.

###

Sepanjang perjalanan mereka hanya bungkam, tidak ada yang bersuara sedikitpun. Setelah sampai, Iqbal segera memarkirkan motornya tepat di depan toko buku tersebut. Tanpa mendapat aba aba, Nada segera turun dari motor Iqbal.

"Yuk masuk," tanpa sadar Iqbal menggenggam tangan Nada.

Tidak ada pergerakan dari Nada yang membuat Iqbal menoleh. Nada melihat tangannya yang digenggam Iqbal. Ia merasa kaget sekaligus deg-deg an. Iqbal mengikuti pandangan Nada, dan
Iqbal segera melepas genggamannya.

"Ehm sorry," Nada hanya membalasnya dengan anggukan.

Mereka sibuk mencari buku yang dibutuhkan, setelah beberapa saat, mereka telah menemukan buku yang dicari dan segera pergi ke kasir untuk membayarnya.

"Berapa mbak?" tanya Iqbal.

"250 ribu mas," jawab si mbak kasirnya.

Saat Nada akan membayar, Iqbal ternyata sudah membayar semuanya. Iqbal emang sahabat yang baik.

Iqbal mengeluarkan motornya dari parkiran,
"Makan dulu yuk," ajak Iqbal.

"Nggak ah gue mau langsung pulang aja."

"Tapi lo kan belum makan dari tadi siang, cepet naik."

Mendapat paksaan dari Iqbal, Nada hanya pasrah menuruti Iqbal karena sebenarnya Nada juga sangat lapar dari istirahat tadi belum makan.

###

Motor Iqbal berhenti di depan cafe yang sering ia kunjungi bersama Rafa & Deril. Nada turun dan menunggu Iqbal yang sedang memarkirkan motornya.

Mereka duduk di tempat yang berada di dekat jendela, tak lama seorang pelayan datang dan memberi menu.

"Lo pesen apa Nad?" tanya Iqbal.

"Samain aja," tanpa menoleh ke Iqbal sedikitpun, dari tadi Nada hanya memandang keluar jendela.

Iqbal menghela nafas
"Yaudah samain aja mas," sang pelayan hanya mengangguk dan melenggang pergi.

###

jangan lupa vote & coment yakk
Jangan lupa lhoooo
Kalo ada kesalahan di dalam penulisannya jangan sungkan" buat coment yupsss.
Thankss....

Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang