Prolog

98 8 0
                                    

Di sebuah desa di pulau Cheongsando. Sebuah keluarga kecil yang bahagia sedang bermain di padang rumput. "Eomma! Lihat kupu- kupunya indah sekali!" Sang ibu bangun dari duduknya dan menghampiri putranya. "Berhentilah memandanginya Yeokjie- ah, kau itu namja. Tidakah kau menyukai mobil dan game?".

Yang dicemooh hanya cemberut lalu membela. "Yeokjie tidak suka! Mereka mahal! Lagipula eomma namaku bukan Yeokjie, berhentilah memanggilku Yeokjie~" ibunya terkikik, ia menyubit pipi tembem anaknya itu. "Yah terserah eomma dong! Kan eomma yang lahirin kamu! Eomma yang kasih nama kamu! Jadi terserah eomma mau paggil kamu apa".

Putranya meringis sambil memegang sebelah pipinya yang jadi korban. Lalu tiba tiba terlintas dipikirnya. "Eomma tidak ke dokter lagi? Sakit eomma sudah sembuh?" Ibunya tertegun, nafasnya tercekat, hatinya pilu mengingat penyakitnya. "Ya, eomma sudah sehat sekarang! Makanya Yeokjie belajar yang baik biar eomma gak perlu nyari uang"

Yeokjie terkekeh mendengar tutur kata ibunya. 'Kau berbohong lagi'. Sore pun tiba kedua insan tersebut memutuskan untuk pulang. Namun, alangkah terkejutnya mereka seluruh warga desanya berkumpul di depan rumah semata wayang mereka.

"Ada apa ini? Kenapa semua membuat keributan didepan rumah saya?" Para warga yang sudah tersulut emosi mulai berebut mendorong, memukul dan mencaci maki ibunya yeokjie. "Tidaaaak! Tolong jangan pukul eomma! Eomma baru sembuh!".

Tak lama dari keributan itu munculah seorang pria dari kerumunan warga tersebut. "Hei kim yoon-a, mulai hari ini kau harus keluar dari desa kami! Jangan kau tularkan penyakit sialmu itu! Jangan sampai anak cucu kami tertulah olehmu!". Para warga mengiyakan omongan pria itu, Yeokjie sangat marah. Ia ingin sekali menghabisi mereka semua.

"Baiklah jika itu yang jadi permasalahanya. Saya akan pergi tapi biarkan saya mengambil barang barang saya dulu." Tak lama Yeokjie dan ibunya meninggalkan desa mereka bingung mau pergi kemana. Hingga ada sebuah kapal yang bersedia mengangkut mereka. Tanpa tau kemana kapal itu pergi mereka mengiyakan tawaran tersebut, dan naiklah mereka.

"Eomma kenapa eomma tidak memukul mereka?" Yeokjie menatap kesal ibunya, namun ia segera urungkan niatnya itu ketika menatap wajah ibunya yang lelah. "Yeokjie- ah sekarang sudah larut. Kita bicara besok saja ya? Ayo kita tidur" Yeokjie juga sebetulnya sudah mengantuk jadi ia pun meng-iyakan ibunya.

"Ibu nyanyikan aku lagu" ibunya tersenyum lemah. "Lavender's Blue dilly dilly, Lavender's Green" walau hanya menyanyikan satu bait. Itu sudah seperti mantra untuk Yeokjie. Tak beberapa lama setelah yeokjie terlelap sang ibu mulai menangis. Ia sedih karena waktunya tinggal sebentar lagi.

•••

BRAK BRAK!
"Hei nona! Kita sudah sampai! Jangan keenakan. Kau pikir naik kapal kami itu gratis!" Seorang pria berbadan tegap mulai menendang nendang kaki sang bunda.

Yeokjie terbangung. Ia sangat marah tak terima ibunya diperlakukan seperti itu. "Hei! Jangan menendang eomma!" Yeokjie mendorong pria besar itu sekuat tenaga. Namun pria tersebut malah tertawa adan memanggil kawananya.

"Hei coba lihat! Pendatang baru ini sepertinya butuh pelajaran!" Yeokjie tak menghiraukan pria pria itu. Ia terfokus pada ibunya yang terbujur kaku. "Eomma bangun ayo kita pergi! Mereka semua sama saja!" .

Tak ada jawaban, dengan panik yeokjie mulai mencari denyut nadi ibunya. Nadinya masih berdenyut, begitu pula jantungnya namun, Tak ada tanda tanda kehidupan. Ia tau ibunya belum sembuh. "Eomma ayo bangun, kita akan mencari dokter" .

Yeokjie langsung menarik ibunya. Ia hendak menggendongnya namun, belum juga berhasil para pria besar itu menutup pintu keluar dari kabin tersebut. "Enak saja dokter dokter! Cepat bayar sebentar lagi kapal akan berangkat menuju seoul!"

Yeokjie berusaha mendorong pria pria itu. Tapi para pria itu malah memukulinya. Tak lama ketika perkelahian dimulai. Sang nahkoda kapal membuka pintu dan masuk ke kabin tersebut.

"Ada apa ini! Kenapa kalian mengeroyok anak kecil!" Semua pria itu langsung berbaris tegap serta ketakutan. Yeokjie kecil sudah tergeletak penuh lebam dan darah. Namun ia masih bangkit dan mencoba membawa ibunya keluar lagi.

"A-anak itu mencuri ikan di tasnya tuan" yeokjie menoleh ke arah sang nahkoda " tidak tuan sungguh, saya hanya ingin membawa ibu saya kedokter" Sang nahkoda merasa sangat iba kepadanya. "Sudah kembali ke pekerjaan kalian sebelumnya!"

Semua berhamburan keluar. Sang nahkoda menghampiri yeokjie dan ibunya. "Apa kalian tidak punya tempat tinggal nak?" Yeokjie menggeleng lemah ia masih menyeret sebelah kakinya dan mencoba menggendong ibunya.

Tiba tiba tubuhnya serasa terangkat, ternyata sang nahkoda mengangkat yeokjie serta ibunya. "Permintaan maaf bisa menunggu, tapi tidak dengan dokternya nak" yeokjie tersenyum lesu "tapi yeokjie tak punya uang"

Sang nahkoda tersenyum. "Maka bayarlah ketika kau punya nak. Dan aku juga masih punya satu kamar kosong di rumahku, walau banyak tikus di sana. Kau mau?" Mata yeokjie berbinar, senyumnya terpatri senang. "ne! Kamsahamnida ajushi".

Sang nahkoda pergi membawa ibu yeokjie ke dokter. Tak lama kapal berlayar ke seoul. Setelah selesai dengan segala urusan di seoul. Kapal berlayar pulang menuju busan.

TBC
•~
PA*
Yah jadi guys saiya gak bisa bikin jadwal update-an. Karena dua faktor sih biasanya...
Tapi lain kali aja yah #apaseh
Yo wes lah, maap klo masih typo typo or salah yaah maklum...
#apaseh
Udh lah ya segitu aja. See you next chap:3
Don't forget to voment.

Umbra Albis : The Legend Of Nine Tailed Fox Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang