4. NIGHT BEFORE THE PROM

16 3 0
                                    

Kilauan bintang menyinari langit malam kota Seoul. "Kumohon, tolong cari dia!" Si gadis masih terus memohon mohon kepada seorang pria tinggi di depanya. Si gadis juga tak hentinya menangis.

"Bukanya aku tak mau nak! Tapi dari laporan detektif park, tidak ada tanda tanda dari pelaku ataupun teman namjamu itu. Ditambah lagi hasil diagnosamu mengatakan kau baru saja minum. Jadi bisa kusimpulkan kalau kau hanya berhalusinasi. Sekarang pulanglah, jika memang ada laporan lebih lanjut tentang kawanmu itu pasti akan langsung kami tindak".

Si gadis mau tak mau pergi meninggalkan kantor polisi tempat ia bermalam tadi. Namun ia tidak langung menuju rumahnya. Ia pergi ke Gamcheon, berjalan menyusuri permukiman warga yang indah itu. Sampai tibalah ia di depan sebuah rumah. Ia membuka pagarnya dan mengetuk pintunya. "Dan! Apa kau di dalam?".

Nihil, tak ada yang menjawab. Rumah itupun terlihat sepi sekali. "Jun?" Tiba - tiba terdengar suara lembut seorang wanita. Si gadis itu menoleh dan menghampiri wanita paruh baya itu "b-bunda Yu-i!" Wanita itu sedikit berlali dan memeluk Jun.

"Oh! Astaga untung kau selamat! Dimana kau bermalam? Dan dimana Dan?" Jun terpatung, ia bingung mau mulai bercerita dari mana. "M-maafkan aku bunda, dia menyuruhku pergi, jadi aku meninggalakanya, jadi d-dia tetap disana, jadi ak-aku mencari bantuan, n-namun jadinya mereka t-tak percaya. Maafkan aku hiks! Bunda hiks! Jika tau akan begini lebih baik aku mati saja dicabik Phanman itu! Huaaa!" Bunda Yu-i memeluk erat sahabat karib anak sematawayangnya itu.

Jun menangis sejadi jadinya, ia tak tau lagi harus bagaimana sekarang. Jika saja itu memang pembunuh biasa mungkin Jun masih bisa menang, namun yang dilawanya kemarin adalah seorang Phanman dan bodohnya ia tak menyadarinya. "Ada berapa banyak mereka?" Tanya bunda Yu-i sabar.

"Satu. Satu tapi kekuatanya lebih besar dari pada lima Phanman yang kemarin" bunda Yu-i terdiam. Phanman adalah manusia yang menyatukan dirinya atau mungkin menyerahkan dirinya untuk hasrat terbesarnya kepada sesosok makhluk halus yang sedang diambang kematianya, melalui ritual penyatuan yang konon katanya ritual itu datang dari tempat yang sangat jauh, beberapa orang pintar percaya tempat itu bernama 'Canbera'.

"Kau pulanglah dengan hati - hati, aku akan mencari bantuan untuk mencari Dan. Sudah waktunya orang orang b*go itu sadar kalau makhluk makhluk tak lazim seperti itu ada dan semakin bertambah." Bunda Yu-i hendak pergi namun Jun menahan tanganya. "B-biarkan aku ikut! Aku bisa jadi saksi!".

"Baiklah, tapi dengan satu syarat! Jangan mencoba menang sendiri!" Jun mengangguk, apapun untuk Dan. Ia merasa sangat menyesal, padahal bila saja ia tak berteriak kencang kencang Dan tak akan datang untuk menolongnya.

●●●

Dilain tempat. Dan tebangun di atas rumpunan ilalang, disana sudah senja. Ia bisa melihat dengan jelas matahari terbenam. Tanganya terasa sangat sakit seperti patah, namun anehnya masih berfungsi dengan baik. Ia menengok ke sekeliling dan terkaget mendapat seorang pria berhoodie hitam tergeletak menghadap tanah. Dengan penasaran Dan memutar bada pria tinggi itu. Ia terperanjat dan berjalan mundur.

Dilihatnya kepala pria itu matanya telah hilang, mulutnya terbuka lebar, kulitnya putih pucat seperti hantu, pipinya hilang digantikan dengan belatung - belatung berlumuran darah, dan tak hanya itu tulang dahi, pipi, dan dagunya terlihat jelas. Wajah pria itu terlihat kaget. Dan memalingkan wajahnya, mirisnya ia malah melihat satu pasang kaki pria itu terkapar di bagian lain padang itu.

Dengan enggan Dan menghampirinya. Ia terkejut ketika baru menyadari bahwa ternyata isi perut pria tersebut telah terbang tak karuan. Ia terdiam berusaha berfikir keras akan apa yang ia hadapi, belum sempat ia menutup mata pria itu dan melihat sebuah liontin berebentuk love tergeletak begitu saja. Tiba tiba ia mendengar banyak orang yang datang menghampiri, tentu saja ia lari daripada di tuduh sebagai pembunuhnya, namun sebelum itu ia mengambil liontin tadi dan menaruhnya di saku celananya.

Umbra Albis : The Legend Of Nine Tailed Fox Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang