5. THE NIGHT OF TRAGEDY

24 4 2
                                    

Anna menoleh kaget kearah kanan. Dilihatnya sang ibu yang telah melahirkanya menatapnya murka. "Ibu? B-bagaimana?" Tanpa basa basi sang bunda langsung menarik dengan keras tangan Anna. "Berani beraninya datang ke pesta resmi tanpa gaun! Tak punya etika! Kemana yang diajarkan rose selama ini?! Sudah kukatakan berualng kali padanya anak tak tau diri sepertimu seharusnya sudah dibuang jauh! Tak tau diri masih berani menampakan diri! Beruntung aku yang melihatmu!" Ucap sang ibu sepanjang perjalanan.

Beliau menarik tangan Anna tanpa ampun, yang ditariknya? Diam, ya! Hanya diam. Karena ia tau betul bahwa ia sudah melakukan kesalahan besar. Alangkah bodohnya ia membanggakan diri didepan kawananya, berlagak yang paling hebat diantara mereka. Namun lihatlah, dia hanya seorang gadis yang akan selalu mematuhi etika dasar seorang putri.

Sang ibu membawanya ke gedung sebelah tempat keluarga Grindenwald bersinggah, sepanjang jalan telinga Anna panas dibakar makian semua orang yang melihatnya. Ketika sampai disana sang ibu langsung melempar tubuh ringkuh itu kedalam kamar ganti, lalu melempar korset, gaun, sepatu, dan pita. "Aku ingin kau berganti dalam tiga menit, bila aku masih melihat celah di penampilanmu itu aku takan keberatan membawamu dengan wajah yang kotor kedepan publik!".

Dengan berat Anna mengganti pakaianya, gaunya berenda biru safir sangat inda memang namun permatanya yang ruby mengesankan keberanian yang meninggalkan jiwanya. Dengan berat ia mengenakan gaun indah itu, dan keluar dengan penampilan terbaiknya.

Sang ibu terlihat makin garang, ia langsung menghampirinya dan menampar anak semata wayangnya. "Sudah berapa kali kuajarkan hah! Pita itu kenapa miring?! Apa otakmu sudah semiring itu?? Lalu renda dibahumu tak enak dipandang sama sekali rambumu juga! Dari mana baiknya dirimu ini!? Hingga sekarang aku masih menyesal telah melahirkan anak tak tau diri sepertimu!!" Anna menggigit bibirnya.

Ia tak mau air mata lolos dari penglihatanya. Sang ibu membuka gaunya, lalu dengan kasar menarik korset itu. Saking kasarnya, Anna sempat tak mampu bernafas, setetes air matapun lolos dari matanya. Dengan segera ia menghapusnya sambil tetap mencoba bernafas dengan tenang sembari menatap pantulan cermin. Dilihatnya dirinya yang begitu angkuh itu mampu luluh dengan segala perkataan ibunya.

Setelah selesai menata segala hal sang ibu menarik tangan Anna dengan kasar keluar dari ruangan. Heels tinggi yang indag itu tak memperbolehkan pemiliknya untuk melangkah bebas. Alhasil Anna pun Berjalan sembari tertatih tatih. Ketika sampai di depan gerbang utama para penjanga terpesona dengan kecantikan Anna.

"Sebelum kita masuk aku ingin meperingatimu! Hari ini Edward putra tunggal George Hannum akan berdansa denganmu! " Anna baru akan membuka mulutnya jika saja tak disela sang ibu. "Dan bila, beliau setuju kita akan membahas lebih lanjut pertunangananmu denganya! Kau mengerti! Jadi jika kau masih ingin kuakui, kau tau kan harus bersikap apa?!" Anna menurut, ia mengangguk dengan muka lesunya. "Bagus sekarang angkat dagumu, aku ingin kau bersikap layaknya Grindewald mengerti!?" Anna kembali mengangguk.

Mereka memasuki pesta disambut keheningan dari para tamu, sang bunda merangkul hangat badan anaknya sembari tersenyum manis, Anna? Yah, tentu saja ia tersenyum. Ketika sampai kehadapan sang ayah Anna langsung mematung, seingatnya sudah 6 bulan yang lalu mereka berjumpa.

'Anna aku ingin kau untuk bersikap manis dihadapan Edward, ini adalah kesempatan besar kita untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan mereka, rebut ia bahkan kalau bisa buatlah ia jatuh hati selayaknya yang Tatalina lakukan, kau mengerti?!' Bisik sang ayah tepat di telinga Anna, orang lain mana mungkin menguping pembicaraan ayah dan anak yang tangah berdansa itu. Setelah selesai berdansa ia melepas anaknya itu harap harap keinginanya terkabul.

Anna berkeliling, hingga keluar dari aula ke taman belakang hanya untuk mencari Edward, namun naas ternyata pemuda tampan itu tengah berjalan dengan seorang gadis
Berambut pirang, mereka terlihat sangatlah mesra seakan mereka berdua adalah pasangan.
Anna jadi bingung apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ia pun lebih memilih kabur ke bagian lain taman di dekat rerumpunan bunga mawar. Di tengahnya terdapat sebuah air mancur yang terpantulkan sinar cahaya bulan. "Oh, indahnya hari ini. Awas saja jika sudah kembali ke markas akan kutendang keras keras selangkangan james sialan itu!".

Umbra Albis : The Legend Of Nine Tailed Fox Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang