"Angkat sikumu lebih tinggi! Jangan manyunkan bibirmu!" Matata mendesah lalu menaruh cangkirnya dengan hati hati, dan berjalan mendekati Anna. "Hhhh! Astaga anak ini berapa kali di ajarkan masih saja salah" si kepala maid mencubit keras lengan atas gadis itu "Au! Au! Iya! Ok maafkan aku!".
Anna cemberut ia sudah mengulang pelajaran sederhana itu beratus ratus kali, tapi ia selalu lupa. "Wajibkah aku mengangkat siku ku setinggi itu?".
"Kau mau bunda apakan?" Si bunda menatap dengan tajam anak kesayangang matata itu. Matata tertawa "jangan terlalu keras padanya rose, sini biar kutangani". Sang maid menatap tepat kedalam mata ruby anna.
"kuharap pelajarnku tadi sudah sangat jelas" sang maid berlalu dengan wajah menyebalkanya. "Hayooo dimarahin kan! Hahahaha lagian sih berlaga pintar".
"Berisik!" Anna duduk sambil menaikan kakinya keatas meja. Tanganya sibuk dengan layar smartphone miliknya. "Haduuh Anna kau ini memang tak ada kapoknya!" Ucap Matata sambil menepis kaki yang berteger indah diatas jamuan teh itu.
"Hari ini tak ada ampun untukmu! Pertemuan nanti malam ayahmu sangat mengaharapkan kau hadir" Matata mencomot smartphone dari tangan anna. Wajahnya tersenyum manis, walau itu petaka untuk anna.
Mereka berlatih segala jenis kegiatan keputrian hingga saking muaknya, tepat di petang ketika Matata menyuruhnya mengambil buku untuk belajar, Ia kabur...
"TUTUP GERBANGNYAAAA!!!!!" para penjaga sibuk berlarian kearah gerbang "akhh sial!" Anna menancap gas motornya, ia mengenakan jaket kulit hitam dan celana ketat berwarna hitam juga, oh! Jangan lupakan rantai pada sabuknya. Matata berlarian heboh di halaman depan kediaman Grindewald.
Para penjaga buru buru menutup gerbang, beberapa berlarian mencoba menghentikan motor ninja hitam yang melaju kencang itu. "MINGGIIIIR!!! KALAU TAK MAU KU GELENG!! BUKA GERBANGNYA KALAU TAK MAU KU ROBOHKAN!!" para penjaga menghentikan langkahnya dan buru buru mundur. Bahkan yang sedang menutup gerbang pun buru buru membukanya "maafkan kami nona muda, silahkan lanjutkan perjalanan anda".
Anna tersenyum sambil menghentikan laju motornya. Ia menengok kebelakang. Didapatinya Matata, Rose dan beberapa maid lainya berlarian mati matian. "KESINI KAU CECUNGUK KECIL! KAU MASIH PUNYA KELAS PEDANG, LALU KELAS BALET, LALU KELAS MATEMATIK, LALU KELAS RENANG! DAN JANGAN LUPAKAN ETIKA BERANJAK TIDUR YANG KAU LUPAKAN ITU!!" teriak Matata panjang lebar disela napasnya yang tersengal.
Anna memutar bola matanya malas "maaf Matata, sayangnya aku tak punya cukup waktu untuk hal bodoh itu dalam hidupku!" Ia bersmirk ria sambil menancapkan gasnya, dan dalam sepersekian detik ia sudah menghilang ditendang angin.
Matata menghentikan langkahnya tepat ketika ia sampai di gerbang. Rose yang sudah kehilangan kesabaran langsung memukul kepalan tanganya "haha! Awas saja dia akan kubuat menderita kau ketika pulang nanti!" Auranya sudah sangat tak enak, semua hanya bisa berdoa semoga sang nyonya tak apa apa.
Matata menghela napasnya lalu menepuk pundak Rose "yasudahlah! Toh rumahnya cuma satu, sekarang berharap saja ia akan datang tepat waktu malam ini" semua mengangguk.
Tiba tiba aura Matata berubah mencekam "yah tapi ini semua takan terjadi kalau bukan karena para penjaga piiiip yang kerjaanya cuma piiiip, masa disuruh tutup gerbang piiiip itu aja pada gak becus!" Matata memberikan death glare nya sambil tersenyum cantik.
Spontan para penjaga langsung bersujud "ampuni kami nyonya besar! Tolong jangan pecat kami!" Kata si penjaga satu.
"Terakhir kali kami tutup gerbangnya, entah dapat kekuatan dari mana gerbang nya benar benar roboh! Habis kami dimaki tuan besar!" Kata si penjaga dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umbra Albis : The Legend Of Nine Tailed Fox
FantasyJauh di dalam lautan, ada sebuah tempat yang penuh dengan keajaiban. Namun, hanya yang terpilih yang mampu melewatinya. Beatrix adalah satu satunya jalan, itu adalah sekolah asrama dengan peraturan abnormalnya yang melegenda. Mulai dari yang n...