"Kau!!! Kenapa bukan kau saja yang mati!! Dasar pembawa sial. Aaaaa, putraku....putraku."
"Andwae....andwae.... Mianhae, Eommonim."
"Eonnie...Eonnie... Bangunlah." Go Eun mengguncang tubuh kakaknya dengan penuh rasa khawatir. "Eonnie."
Perlahan So Eun membuka matanya, keringat bercucuran di dahinya. Tangannya gemetar, nafasnya tersengal, lalu air mata pun jatuh. So Eun memeluk erat Go Eun dan menangis.
"Eonnie, kau masih saja suka bermimpi buruk? Sssst, gwenchana, Eonnie, hanya mimpi." Go Eun menepuk-nepuk punggung kakaknya. "Eonnie, sekarang jam 6. Apa kau mau tidur lagi?"
So Eun perlahan melepaskan pelukannya lalu menggelengkan kepalanya. "Ani, aku mau bersiap-siap."
"Eonnie, kau yakin akan menemui mereka?"
"Ne, aku lelah jika terus menghindar." jawab So Eun.
"Kutemani, ya?" tawar Go Eun.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri."
"Kau yakin?"
So Eun mengangguk.
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu, arasso?"
"Arasso."
"Eonni, setidaknya izinkan aku untuk mengantarmu."
"Baiklah, jika itu yang kau inginkan." So Eun akhirnya menerima tawaran sang adik.
***
"Go Eun, aku ingin menemui Oppa dulu."
"Eonnie."
"Aku ... aku ... hanya merasa butuh untuk menemuinya dulu, tenanglah aku akan baik-baik saja."
Go Eun sedikit ragu namun akhirnya memenuhi permintaan kakaknya. Dia hanya berharap semoga hari ini semua berjalan baik-baik saja. Sesampainya ditempat yang diminta So Eun, Go Eun menawarkan diri untuk menemani atau menunggu namun kedua pilihan itu ditolak So Eun.
"Percaya padaku, semua akan baik-baik saja. Kau harus ke kafe, 'kan? Pergilah," ucap So Eun.
"Geurae, aku percaya padamu. Hanya saja tetaplah berhati-hati," jawab Go Eun.
Mereka pun berpisah dan So Eun segera melangkahkan kaki menuju hamparan rumput hijau dengan batu-batu berjajar rapi. Di atas batu-batu itu tertulis nama-nama raga yang terkubur di bawahnya. Inilah tempat tujuan So Eun, sebuah pemakaman. So Eun sudah berdiri di depan batu nisan bertulis nama 'Lee Joon Hyuk', air mata tak kuasa dibendungnya lagi. Jemarinya saling bertaut, nampak di jari manisnya sebuah cincin melingkar yang kemudian dilepaskan oleh So Eun. Cincin itu kini berpindah ke dalam genggaman So Eun. Dengan suara terisak So Eun pun mulai berkata-kata...
" Oppa , mianhae, aku baru datang lagi. Aku terlalu lemah untuk bisa menerima kenyataan. Kuharap Oppa tidak marah padaku. Selama ini aku selalu berlari. apa kau kecewa padaku? Karena aku sangat kecewa pada diriku sendiri. Aku membuat Appa, Eomma, dan juga adikku dirundung duka selama ini. Aku sangat egois, bukan? Kau tahu, Oppa, aku akhirnya mendatangi tempat-tempat penuh kenangan kita dulu, aku memberanikan diri. Tapi, Oppa, aku masih saja merindukanmu. Masih berharap kau ada disisiku."
So Eun mengakhiri monolognya, hatinya terasa sakit. Dia pun memutuskan untuk segera beranjak dari tempat itu. Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, So Eun meninggalkan makam seseorang yang begitu dicintainya. Lalu kilasan mimpi buruknya hadir yang membangkitkan ingatannya akan kenangan-kenangan pahit beberapa tahun lalu. So Eun merasa lemah, kepalanya terasa sakit. Saat sampai di gerbang, So Eun mencoba menyandarkan tubuhnya berharap kondisinya segera membaik. So Eun menundukkan kepalanya, tangan kanannya yang masih menggenggam cincin ia tempelkan ke dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red String of Fate [Completed]
Fanfictionbenang takdir kadang meregang atau menjadi kusut, yang dapat menyebabkan tertundanya pertemuan. tapi ikatan antara mereka tidak akan pernah putus fanfic Kim Myung Soo 💖 Kim So Eun