12. Benang Takdir [tamat]

925 84 34
                                    

Myung Soo menatap lemas kepergian So Eun, bagaimana bisa kejujurannya mengungkap fakta berakhir dengan sebuah kebencian.

"Maaf, kau masih mau menggunakan taksiku?" sopir taksi yang dimintanya untuk menunggu ternyata sudah tak sabar lagi.

"Iya." Langkah lunglai dirangkai Myung Soo menuju taksi dan setelah masuk ia duduk bersandar tanpa semangat.

"Rasanya aku mengerti kenapa dia membenciku, aku saja pernah mempertanyakan apakah hidup ini adil karena aku tidak hanya mendapatkan jantung pria itu tapi juga dalam proses menggenggam hati istrinya."

"Anak muda, aku tak tahu apa masalahmu tapi percayalah tak ada masalah yang tak menemui jalan keluarnya. Maaf bukan bermaksud ikut campur," ucap sopir itu sopan.

Seolah disadarkan Myung Soo pun mengumpulkan kembali pikiran positifnya. "Walaupun aku mengerti tapi aku tak akan membiarkannya larut dalam kebencian."

"Terima kasih sudah mengingatkanku, Ahjussi."

Sementara itu, So Eun langsung masuk ke dalam kamar setiba di rumah dan menangis sejadinya. Ia merasa kenyataan yang ada tidaklah adil, lagi-lagi menyalahkan hidup, menyalahkan takdir. Butuh waktu bagi So Eun merelakan kepergian Joon Hyuk, tak sebentar pula dirinya bisa berhenti menyalahkan dirinya, berhenti berpikir dirinya pembawa sial. Kini saat lembaran baru tengah dirintisnya, sebuah kenyataan yang tak pernah terbayangkan membuatnya kembali ke sudut luka.

"Seharusnya aku saja yang mati, atau mati bersama lebih baik. Ini tidak adil, kami baru saja menikah. Keinginan Oppa untuk hidup pasti sangat besar. Kenapa merenggutnya? Dan kenapa orang yang menghancurkan dirinya diberi kesempatan hidup?" yang dimaksud adalah Myung Soo, So Eun masih ingat penyebab utama pria itu harus mendapatkan donor jantung karena ia sendiri yang memperparah kondisi jantungnya.

So Eun terus meracau sambil terisak hingga lelah dan akhirnya tertidur.

Tanpa sepengetahuannya, ayah Joon Hyuk menghubungi kedua orang tua So Eun dan menceritakan perihal pendonoran itu. Sesuatu yang ia pikir akan tersimpan selamanya namun ketika So Eun mengetahui hal ini maka tak ada lagi alasan untuknya tetap menutupi terutama kepada orang tua So Eun karena gadis itu terlihat sangat terpukul. Tuan Lee berharap kedua orang tua So Eun dapat menenangkannya.

Dan itulah yang membuat kediaman keluarga Kim begitu hening hingga ketika Go Eun tiba ia bisa rasakan sesuatu yang besar telah terjadi.

"Eomma, ada apa?"

"Eomma pernah mengatakan pada kakakmu kalau rencana Tuhan selalu lebih baik dari pada apa yang kita mau. Tapi dalam hal ini entah bagaimana Eomma bisa memberi dukungan emosional padanya."

Go Eun jelas mengernyit, ia beralih pada sang ayah dan meminta penjelasan langsung.

"Kami tadi bertemu ayah Joon Hyuk, ia menceritakan sebuah rahasia besar."

"Rahasia apa?"

"Joon Hyuk mendonorkan jantungnya."

"Benarkah? Tapi kenapa tidak memberi tahu sejak awal?"

"Kau tahu bukan kalau Tuan Lee mengurusnya sendiri, istrinya histeris dan Ji Hoon sibuk mengurusnya. Aku menawarkan diri untuk berada di sisinya setelah Joon Hyuk dinyatakan meninggal tapi dia menolak dan memintaku untuk tetap di samping kakakmu. Dia berpikir tak ada yang tahu itu lebih baik, terutama So Eun. Begitu berat harus menyampaikan padanya."

"Lalu kenapa sekarang?"

"Karena So Eun tahu, Tuan Lee mengatakan So Eun mengenal penerima donor itu. So Eun datang menemuinya untuk mengonfirmasi. Tuan Lee sendiri hanya tahu nama, dan ia memberikan nama itu pada kami. Tapi dia sendiri tidak mengonfirmasi nama tersebut pada So Eun karena kakakmu itu terlihat sangat terpukul. Tuan Lee memintanya untuk pulang dulu."

Red String of Fate [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang