SATU

10.7K 492 23
                                        


Apa yang terlintas dalam pikiranmu ketika mendengar kata malam pertama?
Ranjang pengantin yang bertabur ribuan kelopak bunga? Malam yang dipenuhi desahan erotis? Atau malam untuk membuka puluhan kado dan amplop hasil sumbangan para tamu bersama pasangan?

Yang terlintas pasti sesuatu yang bahagia, bukan? Karena pernikahan memang identik dengan kebahagiaan, kecuali kedua mempelai menikah terpaksa lantaran dijodohkan untuk membayar utang-utang keluarga--itu hanya terjadi di sinetron menye-menye atau cerita wattpad amatiran. Ini dunia nyata dan bukan lagi jamannya Siti Nurbaya yang dipaksa menikah dengan Datuk Maringgih, pria tua kaya raya yang pantas menjadi bapaknya.

Malam pertama bahagia, bahagia, dan kebahagiaan. Hanya itu yang ada dalam benak semua orang termasuk Sekar. Bagaimana tidak bahagia, ia dapat memikat hati seorang putra kyai terpandang yang diidolakan banyak santrinya, para ibu berebut ingin menjadikannya sebagai menantu. Dan, mereka tentu kecewa berat begitu tahu Hamzah justru menjatuhkan pilihannya pada seorang Sekar.

‌Memangnya apa sih kelebihan Sekar sampai seorang putra Kyai Solahudin yang paling tampan dan cerdas terpikat padanya?

Kecantikan Sekar standar, tidak secantik Sundari--kembang desa yang memanfaatkan kecantikannya untuk menggoda pria-pria kaya di desa--tidak pula kaya seperti Musdalifah yang dijadikan rebutan banyak pria demi mendapat cipratan harta bapaknya. Sekar hanyalah putri seorang guru ngaji di pesantren milik Kyai Solahudin, ibunya pedagang enthek keliling menggunakan sepeda jengki. Keluarga mereka tergolong miskin. Namun, Sekar memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan selalu menjadi kebanggaan di sekolahnya. Ketika lulus SMA, ia melanjutkan nyantri, pun di sana menjadi santri kebanggaan pesantren Darul Amanah. Mungkin kecerdasannya itulah yang membuat Hamzah terpikat padanya.

‌Sekar merasa sangat beruntung, demikian pula keluarga dan tetangganya. Semua orang menganggapnya beruntung, sebelum keberuntungan itu menghancurkannya hingga luluh lantak. Merenggut semua yang dimilikinya hingga tak tersisa, keluarga, lingkungan, kebahagiaan, semangat hidupnya, hingga kehilangan Bapak untuk selama-lamanya. Semua terjadi di malam pertama pernikahannya dengan Hamzah.

‌Tujuh tahun telah berlalu, namun luka hatinya tak kunjung sembuh, bahkan semakin bertambah parah setiap kali kenangan masa lalu itu melintas dalam benaknya.

Tujuh tahun yang lalu sebelum meninggalkan kampung halamannya, Sekar bersumpah tidak akan menginjakkan kaki di desa Mamuju sebelum membuktikan dirinya tidak bersalah. Namun, kini demi memenuhi undangan pernikahan Andhini--satu-satunya sahabat yang bersedia membantunya saat ia dalam kondisi terburuknya--Sekar termangu menatap gapuro megah Gang Rinjani dari dalam taksi yang ditumpanginya sejak keluar dari stasiun Pekalongan.

‌Di dalam gang itu kehancurannya terjadi. Bayangan tubuhnya diseret paksa dari pesantren Darul Amanah oleh warga, diludahi, dimaki-maki, kemudian diarak keliling kampung kembali memenuhi benaknya. Sekar menepuk dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, luka di hatinya seperti disiram air garam. Perih sekali. Senyum menawan Hamzah yang dipenuhi kebahagiaan saat mereka bersanding bersama di atas pelamina musnah tak tersisa. Pria yang sempat membuatnya merasa menjadi gadis paling beruntung itu menatapnya penuh kebencian, rasa muak terlihat jelas dari sorot mata tajamnya.

‌"Wallahi aku tidak bersalah, Mas, ini fitnah keji. Kumohon percayalah." Ratapnya waktu itu sambil bersimpuh memeluk kaki Hamzah, berharap suami yang baru tadi pagi menikahinya itu akan memercayainya. Namun, yang dilakukan Hamzah adalah mendorong tubuh Sekar hingga terjengkang di tengah kerumunan warga yang tiada henti meneriakinya.

‌"Aku sungguh menyesal menikahi perempuan sepertimu, Sekar. Detik ini juga aku menjatuhkan talak tiga, kamu bukan lagi istriku," desisnya dingin sebelum meninggalkannya untuk diarak warga. Hamzah masuk ke gerbang pesantren tanpa menoleh, membiarkan tangis dan ratapan pilu perempuan yang belum ada 24 jam dinikahinya dan langsung diceraikannya pula.

‌Seumur hidup Sekar tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Peristiwa yang merenggut Bapak untuk selama-lamanya. Tak ada yang mau membelanya kecuali Andhini. Ibu tidak sudi menatapnya, Ibu menyalahkan kepergian Bapak yang disebabkan olehnya.

Sang Muhallil (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang