Penantian

311 16 3
                                    

"Mukena yang ini bawa aja!"

"Oh oke-oke. Ya udah mama aja deh yang atur mana aja yang mau dimasukin lagi ke koper, asal jangan lewat dari 40kg,"

Aku meninggalkan mama di kamar dengan dua koper yang terbuka lebar. Ada hawa emosional yang begitu kental saat memasukan segala perlengkapan ke koper.

Hmm,  saatnya menyesap secangkir kopi biar hati dan perasaan tidak segalau ini. Agaknya hari-hari jelang keberangkatan ini memang membuat atmosfir rumah jadi gimana gitu..

"Mbak,  lihat deh,  papa nemu ini di gudang!"

"Apa tuh pa?"

"Ini ada satu foto mbak waktu masih kecil dan pernah jadi anak tunggal hehe.. " papa membawa setumpuk barang bekas yang berdebu, membuatku seketika jadi bersin-bersin.

Aku mengambil foto yang pinggirannya menguning. Seorang anak kecil berambut lurus berponi seperti tokoh cartoon Dora. Sedang duduk di atas sepeda roda tiga eh empat deh berwarna ungu.

"Astagaaa,  ini kan sepeda pertamaku!" eforia kenangan dan histeris pun menghampiri.

"Haha iya,  mbak masih ingat? Kan, ini papa beliin waktu mbak ulang tahun ke 2!"

"Masiiiih,  dan masih ingat banget saat papa ngajak aku main sepeda di lapangan tanah itu,"

"Ini nih mbak masih cadel tapi nyerosoooosss mulu. Dan ngomelin papa karena mbak jatuh dari sepeda ini, hahahaa.. "

"Tuh kan jatoh deh, udah dibilang uga jalannya diduyun diduyun,  masih uga masih uga doyong doyong!"

Aku dan papa tertawa sampai keluar air mata mengingat kejadian yang telah hampir 16 tahun berlalu.

"Kamu jatuh dari sepeda,  enggak nangis tapi malah ngomelin papa. Dan sekarang anak kecil bawel di foto ini akan pergi jauh untuk menimba ilmu.. "

Tawa lebar di wajahku tiba-tiba menyusut,  saat melirik mata papa yang mengembun. Duuh..

Ya begitulah,  papa dan mamaku. Dua pribadi yang jauh berbeda dan secara ajaib jadi sepasang orangtua terbaik untukku dan kedua adikku.

Saat menuliskan ini,  aku belum juga mendapatkan e-ticket untuk berangkat ke Turki. Di grup baru hitungan jari yang dapat. Asal tahu saja,  menunggu dan menanti adalah bagian terpenting dari beasiswa YTB ini.

Setelah episode wawancara di 21 Juli 2018 kemarin itu,  maka kamu akan berada dalam penantian yang buat perasaan naik turun. Karena rentang waktu tersebut banyak hal yang bisa terjadi dan di luar dugaan. Ditambah lagi dengan tekanan sekitar karena teman-teman SMA sudah mulai update tentang diterima di kampus mana,  universitas apa. Hal-hal kecil yang sedikit banyaknya ngaruh juga ke emosi.

Grup-grup di WA ada berbagai macam. Ada grup yang isinya lebih dari 200. Grup yang lolos ke tahap interview. Nah,  yang masih rame tuh grup ini,  karena obrolan tiap hari tentang kapan pengumuman akhir. 

Saat menanti pengumuman akhir YTB ini,  aku mengalami banyak peristiwa penting dalam sejarah hidupku.

Pada waktu interview YTB,  ada email masuk yang menyatakan kalau aku lolos ke tahap interview beasiswa FFTV IKJ.  Iya deh ikutin aja,  ye kan? Keputusan dan alur yang terkadang diciptakan Tuhan untuk membuat kita memilih dan mengambil keputusan dan berpasrah hanya kepada-Nya.

Sakit perut dan muntah berkali-kali di hari pertama jadi panitia Satu Dekade FOR X. Langsung dilarikan ke RS dan dinyatakan harus operasi. Ya,  aku harus operasi usus buntu.

Tuhan juga menghadirkan banyak peristiwa penting lainnya. Di daulat mendapatkan Anugerah Perpustakaan Nasional RI dan menjadi bagian dari 30 mahasiswa penerima beasiswa FFTV IKJ!

SHERA THE EXPLORERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang