2 Today

17 1 0
                                    

Pagi hari setelah bersiap-siap Ji Sung langsung menuju ke meja makan, di sana sudah ada Ji Sang yang duduk menunggunya.
“Selamat pagi hyeong!”
“Duduklah.”
“Hyeong aku boleh tidak mengemudi sendiri ke kampus? Kan aku sudah punya SIM.”
“Bawa saja asalkan hati-hati.”
“Gumawo hyeong, hyeong memang yang terbaik!”
“Sudah sana makan sarapanmu.”
“Nde. Hyeong juga makan yang banyak, nantikan harus bekerja keras.” Canda Ji Sung.
“Kau ini bisa saja.”

Setelah sarapan Ji Sung segera menuju ke garasi dan melihat ada tiga buah mobil mewah bewarna hitam, putih dan merah.
“Wow! Yang mana harus kupakai? Semuanya bagus.” Katanya sambil nyengir.
“Kau boleh pakai yang putih atau merah.”
“Bagaimana dengan yang hitam hyeong?”
“Kau dapat memakainya jika aku tidak memakainya.”
“Oke hyeong!”
“Ini kuncinya” Kata Ji Sang sambil melemparkan kunci mobil ke Ji Sung.
Ji Sung masuk kemobilnya, “Aku pergi dulu hyeong.” Ucap Ji Sung sambil melambaikan tangannya dari balik jendela mobil.
Ji Sang hanya tersenyum melihat tingkah adiknya itu.

Sesampainya dikampus para wanita kagum melihat Ji Sung dengan kerennya dan mobil mewahnya.
“Annyeong Ji Sung-ssi.” Sapa salah satu wanita.
“Nde.” Ji Sung hanya menjawab singkat.
Ji Sung sedang menuggu kedatangan Hye Ri, dan tidak lama Hye Ri datang.
“Hye Ri-ssi.” Sapa Ji Sung.
“Nde.”
“Bagaimana tidurmu semalam, nyenyak?”
“Ah nde.”
“Sudah sarapan ?”
“Nde, kamu sendiri ?”
“Sudah.” Ji Sung bingung mau berkata apa lagi.
“Aku duluan ya Ji Sung.” Kata Hye Ri.
“Nde.. Annyeong.”
“Hah! Aku selalu bingung mau berkata apa didepannya.” Batin Ji Sung merasa kesal.

Saat dikelas Ji Sung tidak begitu konsentrasi ia terus melihat Hye Ri. Hye Ri tidak menyadarinya, ia begitu serius memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan pelajaran.

Saat pulang Ji Sung menjalankan mobilnya dengan pelan dan sedikit menepi dekat Hye Ri.
“Apa mau ku antar?”
“Tidak usah, aku akan naik bus saja.”
“Kamu harus menunggu, jika ingin cepat sebaiknya denganku saja.”
“Em.” Hye Ri sedikit ragu. “Aku harus kerja paruh waktu hari ini.” Batin Hye Ri.
“Mau tidak ?” Tanya Ji Sung sekali lagi.
“Baiklah.”

Selama dimobil mereka tidak bicara apapun. Hye Ri sendiri sibuk membaca buku.
“Kita sudah sampai.”
“Nde, gumawo.”
“Disini tempat kerjamu?”
“Nde, mampirlah jika ada waktu.”
“Nde. Aku pulang dulu.” Ji Sung pun melajukan mobilnya.

Ji Sung langsung pulang kerumahnya, rumah yang besar dimana hanya ada dia seorang disana. Dia merasa kesepian. Beberapa saat kemudian Ji Sang menelpon.
“Nde Hyeong ?” Jawab Ji Sung.
“Kamu sudah pulang ?”
“Nde.”
“Hari ini aku pulang terlambat. Makan saja lebih dulu, jangan menungguku.”
“Nde Hyeong.”
...
Teleponpun terputus.
“Hah.. dari dulu Hyeong selalu begitu. Aku akan mampir ketempat Hye Ri sajalah.”
Ji Sung langsung bersiap-siap untuk menemui Hye Ri ditempat kerjanya.
...
“Hye Ri-ssi” Sapa Ji Sung dari tempat duduk ketika melihat Hye Ri.
“Nde, sejak kapan kamu disitu?”
“Baru saja.”
“Aku pesan makanan dan minuman yah.”
“Nde..”
Beberapa saat kemudian Hye Ri membawakan makanan dan minuman pesanan Ji Sung.
“Ini.” Setelah meletakan makanannya Hye Ri akan pergi, tapi Ji Sung menahannya.
“Tunggu dan duduklah di sini sebentar.” Pinta Ji Sung.
Hye Ri melihat kemeja kasir dan tidak ada bosnya, maka ia pun duduk.
Ji Sung pun langsung melahap makanannya.
“Kenapa kamu tidak makan dirumah?” Tanya Hye Ri.
“Hyeongku belum pulang, dia menyuruhku makan lebih dulu.”
“Kamu punya hyeong?”
“Nde.”
Hye Ri melihat Ji Sung yang sudah selesai makan, “Aku melanjutkan pekerjaan ku dulu ya.”
“Nde.” Ji Sung tidak langsung pulang, ia menunggu Hye Ri.
“Apa pekerjaanmu masih banyak?” Tanya Ji Sung sembari menghampiri Hye Ri yang sedang mengelap meja.
“Sedikit lagi. Kenapa kamu belum pulang?”
“Aku menunggumu.”
“Kenapa menungguku?”
“Aku ingin mengantarmu pulang.”
“Kau tidak perlu repot-repot.”
“Tidak masalah. Aku juga bosan sendiri dirumah.”
“Aku sudah selesai.”
“Ayo kuantar pulang.”
“Nde.”
...
Ji Sung pun membukakan pintu mobil untuk Hye Ri, “Masuklah.”
“Gumawo.”
Di perjalanan Ji Sung pun mencoba membuaka obrolan, “Apa kau tidak merasa lelah kuliah sambil bekerja ?”
“Tidak.”
“Kau hebat.”
“Tidak juga, mungkin karena aku sudah terbiasa.”
“Memangnya sudah berapa lama kamu bekerja paruh waktu ?”
“Semenjak aku SMA.”
“Kau rajin sekali.”
“Tidak juga, aku hanya ingin membantu orangtuaku untuk memhuhi biaya sekolahku.”
“Aku kagum denganmu. Selama ini aku hanya menikmati apa yang diberikan hyeong ku. Oh ya, hobimu apa ?”
“Membaca buku.”
“Buku apa ?”
“Buku apa saja, tapi aku tidak suka novel horor.”
“Kau penakut ya ?” Ejek Ji Sung.
Hye Ri tertawa, “Ya begitulah.”
“Kau cukup pendiam, agak sulit mencari topik pembicaraan denganmu.”
“Tidak juga, aku hanya belum terbiasa.”
“Kenapa bisa begitu ?”
“Aku akan lebih cerewet jika sudah mengenal lama dan dekat dengan orang.”
“Oo begitu.”
...
“Kita sudah sampai, selamat malam.”
“Nde, sampai jumpa. Hati-hati ya.”
Ji Sung pulang dengan senyum sumigrah. Sesampainya dirumahpun ia masih tersenyum-senyum sendiri.
Sementara Ji Sang heran melihatnya “Ya kau kenapa?”
“Mwo?”
“Kau kenapa?”
“Na gwaenchana, wae?”
“Kenapa kau dari tadi senyum-senyum sendiri?”
“Ah itu, tidak, aku hanya sedang senang dan ingin tersenyum saja.”
“Kau yakin?”
“Tentu. Aku sudah makan diluar tadi. Hyeong makanlah. Aku akan tidur lebih dulu. Selamat malam Hyeong.” Ji Sung pun berlalu masuk ke kamarnya.
“Hah? Ada apa dengannya? Apa kepalanya baru saja terantuk?” pikir Ji Sang keheranan.


Hyeong : Panggilan adik laki-laki ke kakak laki-laki
Annyeong : Halo/Sampai jumpa
Nde : Ya/Iya
Nde? : Ya?
Gumawo : Teriamkasih
Morago ? : Apa katamu ?
Daebak : Luar biasa
Mwo ? : Apa ?

Sad Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang