Mata Air

3.4K 69 0
                                    

Di musim kemarau semua sumber air di desa itu mengering
Perempuan-perempuan legam berbondong-bondong menggendong gentong menuju sebuah sendang di bawah pohon beringin di celah bebukitan

Tawa mereka yang renyah menggema nyaring di dinding-dinding tebing,
pecah di padang-padang gersang.

Setelah berjalan lima kilometer jauhnya, mereka pun sampai di mata air yang tak pernah mati itu Mereka ramai-ramai menuai air membuncah-buncah, menuai air mata yang mereka tanam di ladang-ladang karang

Bulan sering turun ke sendang itu, menemani gadis kecil yang suka mandi sendirian di situ

Langit sangat bahagia tapi belum ingin meneteskan air mata
Nanti jika musim hujan tiba,
langit akan memandikan gadis kecil itu dengan air matanya.

Kumpulan Puisi Joko PinurboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang