1🔪

8K 319 10
                                    


"Jennie." Jisoo memanggil. Yang dipanggil pun menyaut.

"Yah ada apa eonnie?"

"Siapa yang kau bawa?" tanya Jisoo sambil menunjuk seseorang perempuan yang tergeletak lemah dilantai dengan rantai yang mengunci kedua tangan dan kakinya. Sepertinya pingsan.

"Ouh dia adalah Yeri." ucap Jennie

"Mau kau apakan?"

"Darahnya akan ku jadikan sirup."

"Eumm pasti enak,kapan dia akan bangun?"

"Sepertinya sebentar lagi."

"Baiklah jika sudah bangun panggil aku."

"Hmm baiklah."

Lalu Jisoo pun keluar dari ruangan bawah tanah yang dipenuhi bau hanyir darah itu.

.
.

Aku membuka mataku.

Dan aku merasa tangan dan kaki ku diikat sesuatu yang keras saat aku mencoba menggeliat. Itu rantai.

Lalu aku melihat seseorang perempuan cantik duduk di hadapanku dengan manisnya. Orang ini tidaklah asing bagiku namun aku lupa namanya siapa.

"Ouh sudah bangun, apa tidur mu nyenyak?" tanya perempuan itu.

"Jenn apakah sudah bangun?" tanya seorang perempuan yang baru saja menginjakan kaki ditempat ini.

Aku tersentak kaget saat mengingat nama kedua manusia itu.

"Jennie eonnie?! Jisoo eonnie?!"

"Yah ada apa?" tanya Jennie dengan suara yanh dibuat lembut.

"Kenapa aku disini? aku mau pulang! Ini pasti sudah malam." ucapku sambil berusaha melepaskan rantai yang mengikat tangan dan kakiku.

"Kau mau pulang dengan cara apa?" tanya Jisoo sambil menatap ku tajam.

"A-aku bisa pulang sendiri unnie." cicitku gugup karena tatapan Jisoo yang menusuk.

"Lakukanlah." ucap Jennie lalu melempar sebuah pisau tajam kepadaku.

"A-apa ini?" tanyaku tak mengerti.

"Katanya kau mau pulang." sembur Jisoo.

"Aku ingin pulang ke rumah." cicit ku dengan mata yang mulai mengabur karena air mata. Sungguh aku takut.

Eomma..

"Ke rumah terakhirmu?" tanya Jennie lalu mengambil kembali pisau yang ia lempar tadi.

"Unnie lepaskan aku hiks." air mata ku lolos begitu saja tanpa dapat dibendung lagi.

"Hah?aku tak dengar" ucap Jennie pura-pura tuli sambil mengasah pisau membuat ku takut setengah mati.

"Aku mau pulang." lirih ku pelan.

"Baiklah."

Ku kira ia akan benar-benar memulangkanku.. Namun Jennie tiba-tiba mengiris pipi ku menggunakan pisau yang ia asah tadi.

"Akhhhh sakitt" ringis ku saat pisau dingin nan tajam itu menyapa pipiku.

"Ouhh pipi mu mulus sekali,sayang jika hanya di iris."

Jennie lalu menancapkan pisau itu di pipiku membuat pipiku robek. Sakit rasanya.

"Akhh hikss ampunn." isakku. Namun ia terus menuli walau aku sudah memohon-mohon.

Jisoo hanya menonton sambil duduk santai.

Lalu Jennie mengambil sebuah golok dan memotong jari² tangan dan kaki ku. Rasanya darahku sudah terkuras habis.

Entah kenapa aku belum juga pingsan. Padahal keadaanku sangat buruk.

"Hiks... Kumohon." rasanya suaraku tertahan ditenggorokan.

Lagi-lagi Jennie tak mendengar ia terus melakukan aksinya tapi mukanya terlihat sangat tenang.

Jennie mengambil sebuah obeng lalu menancapkan obeng itu di betis ku dan merobeknya hingga bagian dalamnya terlihat.

"Sudah kumohon hiks."

Plak~

Jennie menampar pipi ku yang sobek. Rasanya sakit sekali.

"Hiks." aku hanya bisa menangis dan mengisak. Berharap pingsan segera melanda. Namun nihil, hal itu tak kunjung datang.

Kulihat Jennie mengambil jeruk nipis lalu membelahnya dan memerasnya, lalu menyiramkan airnya ke betisku yang sobek.

Membuat sakitnya menjadi berlipat-lipat ganda.

"Akh." aku menggeram lagi.

"Bagaimana sakit?" tanya Jennie.

Tentu saja bodoh!

"Kumohon hentikan eonnie." lirih ku. Rasanya nyawaku sudah berada ditenggorokan.

Lalu Jennie menaburkan makanan anjing ke seluruh tubuhku. Bau sekali.

Lalu Jisoo langsung melepaskan anijing serigala yang dari tadi terus mengeluarkan lidahnya. Anjing itu kepalaran.

"Cutie ini makanan mu untuk siang ini" ujar Jennie sambil tersenyum.

Anjing itu mendekati kuu, lalu menggigit betisku  hingga tulangku terlihat.

"Akhh sakittt." teriakan ku nambah melemah.

Anjing itu tak berhenti mencabik ku dan memakanku layaknya daging yang enak

"Hiks." lirih ku saat napasku mulai melemah

"Apakah kau kenyang?" tanya Jisoo lalu membawa anjing itu kembali ke kandangnya.

"Hmm apa kau mau mengucapkan sesuatu sebelum pulang." tanya Jennie sambil menyiapkan panahnya.

Aku tak peduli. Panah saja sekarang aku!

Lebih baik aku mati daripada terus disiksa.

Namun semua umpatan itu hanya aku keluarkan didalam hatiku.

Aku pun hanya terdiam, tubuh ku sangat sakit sekali sampai rasanya aku tak merasakan tubuhku sendiri.

"Baiklah jika tak ada, Bye bye yeri aku pasti akan merindukan mu." ujarnya sambil tersenyum lalu melepaskan anak panahnya yang langsung menusuk jantungku.

Jleb~

Tiba² semuanya gelap.

.
.
.

Minhae pendek:v

Jan lupa vomentnya;)

©Rarahma❤

Psycopath - Yonnie [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang