Langit cerah, cahaya mentari tak terlalu terik.
Pagi hari ini suasana kelas cukup ramai dengan adu argumen dari sosok pendidik dengan muridnya. Salah satunya adalah Bidari Arundaya, mahasiswi sastra yang terkenal menjadi kesayangan para dosen. Kecakapan dan pola pikirnya yang logis membuat dia cukup disenangi baik dari dosen dan teman-temannya. Tak jarang ada beberapa seniornya memilih bertanya kepada Bidari jika dia senggang.
"Baiklah, hari ini sampai di sini. Besok kalian harus bersiap-siap untuk ujian jadi selama minggu tenang kalian harus belajar materi ini."
Beberapa mahasiswa mendumel begitu kalimat terakhir keluar dari wanita paruh baya tersebut. Sedangkan Bidari, cukup tersenyum maklum. Tidak ada yang senang jika minggu tenang diisi dengan mempelajari materi prosa lama. Walaupun sastra yang diambil Bidari merupakan sastra Indonesia, beberapa mata kuliah bahasa daerah terkhusus Jawa menjadi salah satu mata kuliah tersusah. Bidari sungguh beruntung terlahir dari kalangan Jawa karena menurutnya tulisan riweh aksara sudah tertanam paten di otaknya.
"Dan kalau bisa kalian belajar dengan Bidari. Keluarganya secara turun-temurun menjaga nilai keindahan sastra."
Bidari tersenyum senang mendengar kalimat dosennya. Memang benar, mendiang ibunya adalah seorang penyair terbaik di masa mudanya. Kalau saja-Bidari menghela napasnya kasar. Sepertinya dia tidak ingin mengingat kenangan pahitnya.
"Bidari!" teriak seorang gadis yang langsung melambaikan tangan kepada Bidari. Bidari yang menyadari keberadaan gadis itu pun segera keluar dari kelas.
"Apaan sih, Mira ini masih siang hari gilak!"
Gadis bernama Mira itu hanya menyengir mendengar nasihat Bidari. Hanya gelengan pelan yang mampu dia lakukan begitu melihat wajah sahabatnya. Bidari cukup tahu dengan sifat Mira satu ini.
Mereka berdua sudah saling kenal sejak kelas tiga SD. Waktu itu Bidari adalah anak pindahan dan Mira mendadak menjadi guard-nya karena sering didekati banyak murid cowok. Semenjak itu, mereka menjadi teman dekat dan sahabat.
"Ayo masuk kelas bareng lagi!!"
Mira segera menyeret Bidari yang kebetulan mengambil kelas sama dengannya. Keceriaan Mira menular ke Bidari, mereka berdua tertawa saling melempar guyonan mengenai mata kuliah yang diampu salah satu dosen killer mereka. Tak jarang semua mata yang melihat sedikit tidak percaya.
Mira yang dikenal sebagai troublemaker dekat dengan Bidari yang merupakan mahasiswi berprestasi. Berbeda dengan orang-orang yang mengenal mereka berdua. Pasti jawaban mereka, Bidari dan Mira itu satu spesies wanita yang sama. Bidari adalah sosok yang berbeda dari luar dan dalam kelas.
oOo
Jarum jam pendek menunjuk angka satu siang tatkala salah seorang Pria berjanggut sibuk menulis di papan putih.
"Materi kita sampai di sini, minggu tenang nanti saya harap semua tugas sudah terkumpulkan." Pria tersebut, yang merupakan dosen, melangkah untuk mematikan layar monitor.
Semua mahasiswa yang mendengar ucapan itu segera menjawab dengan suara kompak, "Siap Pak!"
Bidari sedikit pusing setelah menyelesaikan catatannya. Seperti biasa, minggu tenang yang harusnya tenang dari segala gangguan terisi oleh tugas dan tugas. Kadang Bidari sedikit bertanya bagaimana para dosennya mampu memeriksa tugas-tugas kecil, sedangkan kuis selalu diadakan setiap Minggu. Inilah yang menjadi pertanyaan Bidari selama berkuliah. Mungkin hanya kampusnya saja atau kampus lain sama?
"Bidari, gue capek tugas-tugas muluk," cerca Mira tentunya setelah dosen mereka telah pergi.
"Mau gimana lagi? Rule pertama, dosen selalu benar. Kedua, mahasiswa hanya babu penelitian dosen. Ketiga, mahasiswa nggak bisa mengelak peraturan dosen. Dan keempat, tugas adalah semangat hidup mahasiswa," sahut Arden yang turut dalam pembicaraan Mira dan Bidari.
KAMU SEDANG MEMBACA
GATAKALA
Historical FictionBidari hanya seorang mahasiswi biasa. Hal aneh terjadi saat dia berkunjung ke rumah tantenya di Kediri. Mendadak, dia masuk ke zaman Kerajaan Kahuripan kuno dan melawan sosok mistis yang menjadi legenda masyarakat Jawa. Apakah dia berhasil kembali k...