Pupuh : Songo

44 7 3
                                    



Bidari merasa bosan. Padahal tadi ia sudah senang mendapatkan buruan dari panahnya. Entah pergi ke mana rasa senang tersebut.

Dengan wajah cemberut, dia duduk pada batang pohon yang tumbang. Memperhatikan kesenangan Danureja menangkap kijang dan Airlangga yang masih memanah buruannya. Dia bosan.

"Apa ini!" tangan Bidari menelisik masuk ke dalam batang pohon.

[Grabb]

Bidari mengambil sesuatu yang bergerak tadi dan mengeluarkannya. "Woh, tarantula.." kagum Bidari melihat laba-laba sebesar kepalan tangan. Bidari mengangkat laba-laba tersebut mempertimbangkan bahwa yang dipegangnya bukan serangga berbisa.

"Ini keberuntunganku!" serunya senang.

Berbeda tempat. Danureja menyeru nama Cendhani berulang kali. Yang dipanggil masih asyik mengelus serangga yang tidak mematikan. "Cendhani lihat! Aku mendapatkan kijang lagi," ucap sombong Danureja setelah mendapatkan perhatian dari Bidari. Bidari tidak suka kebohongan mendapatkan ide licik.

"Benarkah? Bukankah Kanda Airlangga yang sedaritadi memanah buruan?" pancing Bidari.

Mata pemuda itu mendelik, ketahuan akan kebohongannya. Bidari tertawa, Danureja tidak terima. Dengan tangan memegang buruan, pemuda itu menyandingkan kijang besarnya bersama milik Bidari.

"Lihat milikku lebih besar," kata Danureja pada Bidari. Bidari sendiri masih tertawa. Jari telunjuk gadis muda itu mengarah pada bahu Danureja. "Ada apa? Kenapa Dinda tertawa sedari tadi?" Danureja bertanya sembari melihat sisi kiri bahunya.

Di lain tempat, merasa lelah pasukan kerajaan Daha memutuskan untuk beristirahat di tempat awal mereka meletakkan peralatan berburu. Airlangga menghentikan pacuan kudanya begitu mendekati tempat Danureja dan Bidari. Namun, belum saja dia mendekat, Danureja terlebih dahulu berlari ke arahnya. Kakinya dengan cepat menuju rombongan Airlangga yang ingin menghampiri mereka.

Danureja berteriak. "Wah, Kang Angga tolong!!" Para prajurit segera menghentikan kuda yang meringkik karena keributan Danureja. Airlangga pun segera turun dari tunggangannya. Menghentikan rengekkan Ndoro Bei dari Sang Permaisuri.

"Kenapa Adimas?" tanya Airlangga menenangkan. Bidari yang mendengarnya terlihat mencibir.

"Dinda Cendhani membawa binatang buas!!" seru Danureja. Alis tebal Airlangga mengernyit dalam.

Bidari si pelaku kejahilan masih tertawa. "Hahaha, ini hanyalah serangga biasa," katanya. Tangannya memegang perut, berusaha kembali menjadi sosok putri yang anggun.

Narottama mengambil binatang buas yang dimaksud oleh Danureja. Napasnya keluar dengan berat begitu memegang binatang yang tak lain hanya serangga. " Cendhani, ini juga masih hewan berbahaya." Penuturan Narottama juga dibenarkan oleh salah seorang prajurit yang menatap ngeri ukuran laba-laba yang telah berpindah ke tangan Bidari. Tidak menyangka kalau adik dari Raja mereka tidak jijik maupun takut pada hewan melata tersebut.

"Tidak Man, Ini adalah laba-laba tidak berbisa," sela Bidari menyakinkan. Dia juga masih memainkan laba-laba tersebut ke arah Danureja.

"Kang Angga!"

Airlangga memutar matanya lelah. Danureja terlalu mudah untuk dijahili oleh Cendhani, pikir Raja Daha tersebut. Ia berkata kepada Bidari, "Yayi, kembalikan ke tempat asalnya." Memerintah Bidari agar mengembalikan laba-laba tersebut kembali ke batang pohon.

"Heh, apa Kamas takut dengan Laba-laba?"

"Kalau begitu aku akan melemparkannya," kata Bidari bersiap membuang laba-laba ke arah Danureja

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GATAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang