7. Tumbal

11.3K 2.4K 212
                                    

"Nah mitos ke 7 nih Ri..."

Eunbi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Yena dan Yuri yang lagi-lagi kedapatan olehnya tengah membahas soal mitos sekolah mereka lagi.

Ia memutuskan untuk berjalan keluar untuk menghampiri Miru yang sedang asyik mendengarkan lagu sembari menggerakan tangan dan kakinya.

"Ru," panggil Eunbi sambil menepuk bahu Miru. Membuat gadis itu menoleh dan melepas earphonenya.

"Kenapa, Bi?" Tanya Miru kemudian.

"Katanya Yuri tadi lo nyariin gue. Ada apa emang?" Tanya Eunbi.

"Oh, iya. Tadi anak kelas laen yang nyariin lo. Kata dia gue suruh bilangin ke elo, kalo lo di suruh anterin data anak kelas sepuluh yang ikut eskul KIR ke Bu Boa ke lantai 5." Ucap Miru memberitahu.

Eunbi mengerutkan keningnya.

"Bukannya lantai 5 lagi dibangun? Emang boleh siswa ke sana?" Tanya Eunbi.

Miru menggendikan kedua bahunya.

"Gue juga nggak ngerti. Cuma tadi pesennya begitu." Sahut Miru lagi.

"Oh yaudah. Makasih ya Ru."

"Sipsip!"

Miru kembali memasang earphonenya ketika Eunbi masuk lagi ke dalam kelas untuk mengambil sebuah buku berlabelkan 'Eskul Karya Ilmiah Remaja'.

"Nggak cuma di sini sebenernya. Tapi hampir di semua tempat umum yang lagi dibangun itu biasanya minta tumbal biar-"

"Lo berdua doyan amat sih ngomongin mitos buatan turun temurun begitu?" Celetuk Eunbi sembari menutup resleting tasnya.

Yuri dan Yena menoleh ke arah Eunbi.

"Ih ini bukan mitos buatan Bi. Tapi beneran!" Timpal Yena. "Lo tahu kan soal kejadian yang nimpa Wonyoung sama Sakura?" Tanya Yena.

"Kebetulan doang itu mah." Sahut Eunbi. "Jangan percaya sama gituan lo berdua. Sesat nanti." Ledek Eunbi sembari memeletkan lidahnya ke arah Yuri dan Yena kemudian berjalan ke luar kelas sebelum Yuri dan Yena sempat membalas ledekan tersebut.

"Gitu tuh omongan orang yang belom pernah ngalamin langsung kejadiannya kayak kita." Ucap Yena yang diangguki oleh Yuri.

"Btw sampe mana tadi kita Ri?"

"Sampe tumbal." Jawab Yuri mengingatkan.

"Ah, iya. Tumbal!" Seru Yena. "Nah lo masih inget kan kalau sekolah kita ini bekas tempat para penjajah nyiksa para pejuang kita?"

Yuri menganggukan kepalanya.

"Jadi pasca kemerdekaan tuh. Sebelum jadi sekolah kayak gini, tempat ini tuh dulunya rumah sakit tempat beberapa pahlawan. Terus karena beberapa alasan, ini tempat diubah jadi sekolah sama pemerintah. Jadi dipugar abis-abisan. Terus karena sejarahnya yang nggak biasa, waktu itu mandor tempat ini datengin banyak orang pintar supaya pembangunannya lancar.

Pembangunannya sih lancar tapi-"

"Tapi apa Na?" Tanya Yuri penasaran.

"Banyak makan korban." Ucap Yena. "Jadi katanya sosok sosok penunggu lama di sini tuh nggak seneng sama pembangunannya jadi minta tumbal. Cerita dari salah satu korban yang berhasil selamat nih, sebelum dia jatoh dari ketinggian 20 meter. Dia sempet ngelihat sosok suster.

Itu suster jalan ke arah proyek nah si korban ini niatnya mau nyamperin buat ngelarang itu suster. Tapi itu suster jalan terus dan nggak berhenti abis dipanggilin dan pas korban ngikutin itu suster dia nggak ngeliatin jalan dan tiba-tiba jatoh dari ketinggian 20meter."

Yuri menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Takut sekaligus kasihan membayangkan bagaimana kejadian itu terjadi.

"Tapi dia selamat kan?"

Yena menganggukan kepalanya. "Yap, dia satu satunya korban yang selamat. Yang lainnya kebanyakan terlambat ditolong dan nggak sempet diselametin nyawanya." Jelas Yena.

"Ngeri amat sih sekolah kita!" Seru Yuri yang kini menjadi kesal sendiri.

"Ikr. Nggak cuma sampe di situ aja Ri. Setiap kali sekolah kita ngerenovasi atau ngebangun gedung baru, pasti ada korban nyawa lagi. Dan..." Yena melihat langit-langit kelasnya.

"Kenapa?" Tanya Yuri bingung melihat tingkah Yena. Yena tak menjawab melainkan hanya menunjuk ke arah atas. Yuri yang menyadari maksud Yena membelalakan matanya. "Pembangunan lantai 5?!!" Seru Yuri dan diangguki oleh Yena.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
"Ini seriusan bu Boa ada di sini?" Tanya Eunbi pada dirinya sendiri ketika mencapai ujung anak tangga lantai 5 yang dibatasi sebuah pagar besi yang tak terkunci.

Eunbi mengembuskan napasnya panjang. Agak ragu ketika melihat keadaan di lantai 5. Pembangunan lantai tersebut belum selesai benar. Ada beberapa kelas yang belum dipasangi atap. Bahkan lantai pun masih berupa cor-coran semen. Meski ada beberapa kelas yang sudah jadi juga.

"Tumben deh ini sepi." Ucap Eunbi lagi sembari melihat jam di pergelangan kirinya. "Pantes, orang lagi jam makan siang."

Eunbi kembali mengedarkan pandangannya. Mencoba mencari keberadaan Boa di sana. Eunbi merutuki kebodohannya yang tak memakai kacamatanya padahal ia memiliki minus 3 di kedua matanya.

"Ah itu dia!" Seru Eunbi ketika melihat sosok wanita berjalan menuju arah yang berlawanan darinya.

Eunbi langsung membuka pintu besi tersebut dan berlari ke arah wanita yang ia yakini adalah sosok Boa.

"Bu! Bu Boa!" Seru Eunbi berusaha menghentikan langkah Boa.

Tidak sopan sebenarnya. Tapi hal itu terpaksa Eunbi lakukan supaya Boa berhenti berjalan.

Eunbi terus berteriak memanggil Boa sembari mempercepat langkahnya. Sampai akhirnya Boa berhenti dan
 
 
 
 
 
KREK!
 
 

"AAAAAA!!"
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
"Lo ngapain di sini? Mau mati?"

schoolve stories; izone ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang