Semenjak peristiwa yang kurang mengenakan di sekolah mereka, Yena dan Yuri jadi selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Kantin, toilet, lapangan. Mereka memutuskan untuk selalu bersama apapun yang terjadi. Yena dan Yuri tak ingin kesialan yang menimpa teman-temannya turut menimpa dirinya.
"Lo tahu nggak Ri soal mitos keempat?" Tanya Yena pada Yuri ketika mereka sedang berada di kantin sekolah.
"Duh, Yen. Mesti banget lo bahas hal itu sekarang?" Tanya Yuri yang sebenarnya tak ingin mendengar lagi soal mitos ataupun soal kutukan di sekolahnya.
"Ya lo mau gue bahas itu pas di kelas? Yang ada nanti kita malah kena tegor guru."
"Ya... nggak usah diceritain aja. Bisa kan?" Tanya Yuri.
Yena menggelengkan kepalanya. "Lo inget kan kita harus selalu waspada? Dan salah satu caranya itu ya dengan kita tahu soal mitos-mitos dan kutukan di sekolah ini. Biar kalau sewaktu-waktu kita kejebak sama situasi yang nggak ngenakin, kita bisa pergi dan nyelamatin diri sendiri." Jelas Yena.
Yuri menghela napas panjang. Ada benarnya juga perkataan Yena.
"Oke. What is all about?" Tanya Yuri pada akhirnya sembari menyeruput jus jeruk di depannya.
"Sosok penunggu toilet." Ucap Yena.
Yuri menelan salivanya. Dimajukannya posisi duduknya supaya lebih mendekat ke arah Yena.
"Lo tahu toilet di belakang gedung kelas sepuluh ini?" Tanya Yena.
"Toilet yang deket gudang sama lapangan kecil itu?" Tanya Yuri.
Yena menganggukan kepalanya.
"Itu toilet kan ada dua bilik nah bilik pertama emang dibuka dan boleh dipake. Tapi engga dengan bilik di sebelahnya atau bilik kedua. Pintu bilik kedua selalu dikunci terus digembok dan nggak pernah dibuka sama sekali."
"Kenapa emang?" Tanya Yuri penasaran. Yuri memang takut tapi jujur saja ia juga sedikit penasaran. Like, siapa yang tidak tertarik membicarakan hal-hal semacam ini, bukan? Terlebih kalau itu merupakan kisah nyata dan berhubungan dengan tempat kita sekolah.
"Pihak sekolah sih selalu bilang kalau bilik kedua itu rusak makanya nggak pernah dipake atau dibuka tapi... Konon katanya nih, menurut desas desus grup angkatan di Line, katanya bilik toilet itu sebenernya ditutup karena beberapa tahun sebelumnya ada siswi yang bunuh diri di bilik kedua itu.
Setelah kejadian itu, setiap selepas maghrib pasti kedengeran suara berisik di situ bahkan orang yang sekedar lewat juga nggak jarang nyium wangi bunga di deket toilet itu." Jelas Yena panjang lebar.
Yuri menelan salivanya sembari mengusap tengkuk bagian belakangnya.
"Pernah juga ada sosok perempuan yang masuk ke dalem bilik toilet kedua itu nembus pintu." Ucap Yena.
"I-itu juga kata kakak kelas?" Selidik Yuri agak terbata.
Yena menggelengkan kepalanya.
"Inget nggak pas kita mos hari terakhir yang sampe maghrib itu?" Tanya Yena. Yuri menganggukan kepalanya cepat. "Waktu itu gue belom tahu soal mitos sekolah kita. Dan karena gue kebelet, gue pergi ke sana sendirian. Awalnya gue agak takut dan berniat ke toilet deket masjid aja. Tapi karena gue lihat ada cewek yang jalan ke arah toilet sana ya jadi gue ikutin."
Yena menghela napasnya sebelum melanjutkan pembicaraannya.
"Sialnya pas gue mau masuk ke toilet sana, gue lihat cewek itu masuk ke dalem toilet nembus pintunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
schoolve stories; izone ✅
Hayran Kurgubagaimana bila sekolah yang kalian tempati menyimpan cerita seram? based on some urban legends from some schools in Indonesia