"Bener kan apa kata gue, Ri. Semuanya itu bukan mitos tapi beneran kejadian." Ucap Yena pada Yuri setelah Eunbi memberitahu soal mereka yang harus memilih perwakilan untuk menjenguk Wonyoung dan Sakura yang saat ini tengah berada di rumah sakit.
Wonyoung sudah 2 hari tidak bersekolah dan dikabarkan akan beristirahat total di rumahnya selama seminggu ini. Sementara Sakura yang ditemukan pingsan di kelasnya dengan luka lebam di kaki dan luka di kepalanya, masih dirawat di rumah sakit karena pendarahan yang cukup serius.
Eunbi dkk memutuskan bahwa perangkat utama kelas seperti dirinya, Nayoung dan Chungha akan pergi menjenguk Sakura dari kelas sepuluh dua sementara Minjoo, Mina dan Yoojung akan pergi menjenguk Wonyoung.
"Kok gue jadi takut ya Yen?" Ucap Yuri pada Yena sembari mengusap-usap kedua lengannya karena bulu romanya meremang.
"Wajar kalo lo takut. Gue juga rada takut." Ucap Yena. "Apalagi pas denger ceritanya Wonyoung kemaren."
Ya, sebenarnya kemarin Yuri, Yena dan Minjoo sudah pergi menjenguk Wonyoung. Di sana, Wonyoung menceritakan kejadian yang diingatnya sebelum dia kerasukan.
Wonyoung bercerita tentang banyak makhluk astral yang mendekati dan menakut-nakutinya di koperasi ketika ruangan itu terkunci. Katanya banyak darah dimana mana yang terus menciprati seluruh tubuhnya. Wonyoung juga bilang bahwa ia mendapat penglihatan bagaimana jalannya penyiksaan pejuang indonesia pada zaman dahulu tersebut.
Sementara Minjoo yang waktu itu bersama Wonyoung mengatakan hal yang berbeda. Minjoo bilang bahwa setelah ia selesai membeli alat tulis, Wonyoung tiba tiba menghilang tak tahu kemana. Makanya Minjoo memutuskan kembali ke kelasnya karena mengira Wonyoung sudah pergi ke kelas. Namun ketika ia sampai di kelas ia tak menemukan Wonyoung.
Barulah ketika kali kedua Minjoo kembali ke koperasi, ia melihat Wonyoung yang tengah terbaring di lantai sembari terus terusan berteriak minta tolong.
Hal itu dibenarkan oleh Yena dan Yuri karena Minjoo juga sempat bertanya pada mereka berdua dimana Wonyoung.
Namun ketiganya tak menceritakan kejadian yang sebenarnya pada teman sekelas mereka. Hanya Yena, Yuri, Minjoo, Staff guru dan kedua orang tua Wonyoung yang tahu bagaimana detail kejadian yang terjadi. Baik dari Wonyoung maupun dari Minjoo.
"By the way, lo mau denger mitos yang ketiga nggak?" Tawar Yena.
Yuri menggeleng cepat. "Nggak! Nggak! Nggak!" Tegas Yuri. "Makasih! Makasih! Makasih!"
"Ih lo mah gimana sih, biar lo bisa jaga-jaga kalo misalnya nanti terjadi sesuatu." Timpal Yena.
"Wah parah lo mah malah nyumpahin gue." Balas Yuri.
Yena memutarkan bola matanya malas.
"Pokoknya lo harus denger!" Paksa Yena. "Ini cerita tentang murid tambahan!"
"Tolong itungin dulu ya Ri sebelum lo kumpulin ke meja Bu Soyou. Kalo udah lengkap baru lo kumpulin. Oke?" Ucap Eunbi memberitahu.Yuri menganggukan kepalanya.
Harusnya Eunbi yang melaksanakan amanat dari Soyou, guru matematika mereka. Namun karena harus menjenguk Sakura dari kelas sebelah Eunbi jadi meminta tolong pada Yuri.
"Gue duluan ya? Makasih sekali lagi Ri udah mau gantiin gue."
"Yaelah kayak sama siapa aja Bi. Lagian kan kita sekelas. Wajar lah kalo saling bantu." Balas Yuri.
Eunbi tersenyum mendengarnya.
"Oke, duluan yaaa, byeee!"
"Nih tugas gue!" Ucap Woojin sembari memberikan satu lembaran kertas pada Yuri.
"Lama lo Jin. Tugas gini doang padahal." Ucap Yuri sembari menerima kertas Woojin.
Woojin mengerucutkan bibirnya. "Susah buuuk kaga ngerti sama sekali gua. Mana kaga ada yang mau kasih contekan. Apes banget dah." Timpal Woojin sembari memasukan pulpennya ke dalam tas bagian depan.
Yuri cuma bisa tertawa. Menertawakan logat bicara Woojin yang sangat kental tersebut.
"Duluan ya, Ri." Pamit Woojin kemudian.
"Oke."
"Ri udah belom???" Seru Yena yang masuk ke kelas mereka sembari membawa satu cup minuman dingin."Bentar bentar gua itung dulu." Ucap Yuri.
"Yaelah ngapain diitung sih? Yang terakhir udah ngumpulin semua kan? Langsung bawa aja ayo ke ruang guru." Ucap Yena.
"Eh jangan, kata Eunbi disuruh itung dulu. Kalo udah pas baru kumpulin ke kantor. Bu Soyou nggak mau nerima satu satu soalnya kalo sampe nanti ternyata ada yang belom ngumpulin." Ucap Yuri memberitahu.
"Ya kalopun belom lengkap nih. Terus diapain?" Tanya Yena. "Nggak jadi dikumpulin?"
Yuri menganggukan kepalanya. "Iya simpen dulu di lemari kelas nah besok pagi pagi baru deh Eunbi dateng buat naro di ruangannya Bu Soyou.
"Hadeh ribet amat dah." Keluh Yena. "Yaudah yaudah sini bagi dua. Kita itung bareng bareng." Usul Yena sembari membagi dua tumpukan lembaran kertas yang berada di atas meja.
Tak berniat menunda-nunda, keduanya langsung menghitung tumpukan lembaran kertas di tangan mereka masing-masing.
"Di gue 13 lembar." Ucap Yena. "Lo berapa?"
"15." Jawab Yuri.
"Nah pas kan 28." Ucap Yena. "Udah ayo kita langsung bawa ke-"
"Tunggu Yen!" Seru Yuri menghentikan tangan Yena yang ingin mengambil kertasnya. "Coba lo itung lagi."
"Lah kenapa?" Tanya Yena bingung.
"Buat mastiin lagi. Takut salah." Ucap Yuri.
"Aduh bener bener dah ini Jo Yuri nyusahin banget jadi orang!" Ucap Yena membuat Yuri langsung menjitak kepalanya.
Mereka berdua kembali menghitung ulang lembaran kertas yang ada di tangan mereka masing-masing.
"Kan bener 13." Ucap Yena setelahnya. "Di lo berapa?"
"15."
"Ya udah pas. Ayo udah ke-"
"Yena!" Seru Yuri yang lagi-lagi memotong perkataan Yena.
"Apaan lagi sih Ri?"
"Wonyoung kan nggak masuk. Harusnya cuma ada 27 lembar. Bukan 28."
KAMU SEDANG MEMBACA
schoolve stories; izone ✅
Fanfictionbagaimana bila sekolah yang kalian tempati menyimpan cerita seram? based on some urban legends from some schools in Indonesia