5. Peserta Upacara Tambahan

11.5K 2.6K 248
                                    

Ahn Yujin.

Tipe orang realistis yang tidak akan mempercayai sesuatu di luar nalar dan logikanya. Makanya dia sama sekali tidak percaya sama apa yang disebut dengan makhluk astral.

Tak kasat mata? Energi lain?

Yujin percaya bahwa itu semua hanya imajinasi atau khayalan semata yang tercipta dari orang - orang yang tidak menyibukan pikiran mereka dengan keadaan atau masalah nyata yang ada.

Bahkan ketika Yujin tak sengaja mendengar obrolan dari Yena dan Yuri, teman seangkatannya yang beda kelas, di kantin tadi. Yujin hanya bisa memutarkan bola matanya malas dan menyunggingkan senyum meremehkan yang tak bisa dilihat oleh keduanya.

Baginya itu mitos. Hanya dongeng yang terus diturunkan turun temurun dari kakak kelas angkatan di atasnya kepada junior mereka.

Tak ada penelitian ilmiah yang bisa membuktikan bahwa itu semua benar - benar terjadi.

Masuk berita? Well, zaman sekarang banyak jurnalis yang hobi menuliskan artikel atau berita sampah -menurut Yujin, hanya untuk menarik pembaca ke laman situs berita mereka.

"Jin ayo ke lapangan!" Ajak Nako teman sekelasnya yang juga teman satu kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Kebetulan hari ini hari Sabtu, jadwal dimana semua kegiatan eskul berlangsung. Dan biasanya dari semua eskul, eskul pramukalah yang akan paling akhir pulang.

Sebelum pulang mereka juga harus melakukan upacara penurunan bendera setiap hari Sabtu.

Nasib mempunyai tubuh tinggi membuat Yujin harus selalu berbaris di belakang barisan. Tidak seperti Nako, temannya yang selalu berada di depan. Sebenarnya itu cukup menguntungkan buat Yujin karena dia bisa saja luput dari perhatian kakak pramuka lainnya bila ia tidak berbaris atau berdiri sebagai mana mestinya.

Seperti kali ini, Yujin tidak berdiri terlalu tegak seperti yang lainnya.

"Jin? Yujin?" Panggil Hitomi yang berada di depannya sembari memundurkan tubuhnya sedikit.

Yujin mendekatkan tubuhnya ke arah depan. "Hng?"

"Tahu nggak sih, sekolah kita ini dulunya tempat yang dipake para penjajah buat habisin para pejuang?"

Yujin memutarkan bola matanya malas.

Oh no! This again! Batinnya tanpa bisa didengar oleh Hitomi.

"Oh ya?" Sahut Yujin bertingkah seperti tertarik dengan cerita Hitomi. Meski Yujin tidak mempercayai hal-hal yang belum sahih kebenarannya, Yujin bukanlah orang yang mau mencari musuh sebelum mempunyai teman. Ia tak mau Hitomi membencinya kalau ia menanggapi Hitomi dengan sinis.

"Iya dan gara-gara itu banyak arwah para pejuang yang gentayangan di sekolah kita ini." Ucap Hitomi lagi dengan suara cukup pelan.

Yujin bingung mau bagaimana lagi menanggapi perkataan Hitomi.

"Gue tahu lo pasti nggak percaya sama gue." Ucap Hitomi. "Kalo lo belom lihat sendiri dengan mata kepala lo. Iya kan?"

Yujin membelalakan matanya. "Sial!" Rutuknya kelepasan. "Lo bisa baca pikiran gue?" Tanya Yujin.

Hitomi terkekeh. Kemudian menggelengkan kepalanya. "Keliatan kali dari tampang lo. Lo itu orangnya nggak percayaan." Ucap Hitomi.

Yujin hanya menggendikan kedua bahunya.

"Siniin kepala lo." Pinta Hitomi supaya Yujin mendekatkan kepalanya supaya lebih dekat ke arahnya.

Kemudian Hitomi memiringkan tubuhnya supaya lebih serong ke arah kanan dan menutup mata Yujin dengan tangan kirinya sebentar.

Yujin tak mengerti apa yang dilakukan Hitomi tapi ia memilih diam dan membiarkannya.

"Sekarang lo lihat ke belakang." Pinta Hitomi lagi.

Yujin menuruti perkataan Hitomi. Ia menolehkan kepalanya ke belakang dan

"SHIT!"

sedetik kemudian ia balikan lagi wajahnya dan lebih mendekatkan tubuhnya ke arah Hitomi.

"Itu apaan?" Tanya Yujin pada Hitomi dengan mata terpejam.

"Itu arwah para pejuang yang gue bilang tadi." Ucap Hitomi memberitahu. "Mereka itu selalu ikut baris tiap kali ada upacara kayak gini." Sambung Hitomi lagi membuat Yujin makin memajukan tubuhnya hingga membuat tubuh Hitomi bergeser ke depan sedikit.

"Bukan cuma menjelang sore kayak gini doang. Tiap upacara kenaikan bendera pas agustusan, kartinian, atau upacara apapun. Mereka selalu ikut baris di belakang."

"Damn Hitomi gue nggak mau denger lagi." Timpal Yujin.

Hitomi kembali terkekeh. Kemudian memegang kedua mata Yujin lagi seperti tadi. "Buka mata lo. Mereka udah nggak ada."

Yujin mencoba membuka matanya secara perlahan. Dan benar saja. Tak lagi ia lihat sekumpulan sosok tentara yang mengenakan seragam usang dan berwajah pucat dengan banyak luka di sekujur badan di belakangnya.

"Tenang aja. Mereka nggak ganggu kok Jin." Hitomi mencoba menenangkan Yujin. "Cuma mau ikut upacara aja."

schoolve stories; izone ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang