Membaik..

6.3K 311 26
                                    

"Mas Ghazi, kenapa ke klinik Sha sendirian sih?" Batinku kesal.

"Rai, udah jam istirahat. Mana snack Farrah ?" Suara Ummi mengagetkanku.

"Eh Ummi, iya mi Rai ke kelas Farrah sekarang ya."
Hari ini Ummi sedang berkunjung ke TK. Sesekali Ummi masih ke sini untuk memantau.

Di kelas Farrah, aku bertemu pandang dengan Kang Syahril. Aisha memang sekelas dengan Farrah. Ada rasa tidak enak dalam hatiku.

"Rai.." sapa Kang Syahril dengan senyumnya.
"Eh Kang.." aku gugup.
"Ga ngantor Kang ?" Bodoh. Pertanyaan macam apa itu ? Dia pemilik perusahaan siapa yang berani mengaturnya harus ke kantor atau tidak Rai ? Fikirku.

"Nanti setelah Aisha pulang sekolah Rai." Kan benar. Apalagi jam 10 anak-anak sudah pulang. Masih wajar seorang bos datang ke kantor jam segitu Raihanah.

"Luka Kamu udah baikan Rai ?"
"Udah Kang. Makasi ya tempo hari udah ngasih tumpangan."

"Rai..rumah tangga Kamu, baik-baik aja ?"
"Eh ? Hmm..baik kok Kang alhamdulillah.."
Kang Syahril tampak ragu, seperti ingin menyampaikan sesuatu.

"Kenapa memangnya Kang ?" Tanyaku penasaran.

"Hmm..Rai, maaf Saya takut salah sebenernya. Tapi minggu lalu Saya lihat Mas Ghazi di Kafe dengan seorang wanita. Tapi saya benar-benar ga tau kan ya mungkin rekan kerja. Cuma melihat kondisi Kamu tempo hari Saya jadi berfikir, apa karna hal itu ya ?" Kang Syahril pelan-pelan menjelaskan.

Aku ? Sudah pasti panas hati. Aku baru mulai membenahi rumah tanggaku dengan Mas Ghazi, bahkan bayang-bayang sentuhan Mas Ghazi semalam saja masih senang hati ku ingat dan ku ulangi di memori.

Siapa wanita itu ? Apa dia Sha ? Kenapa ada sesi konsultasi di luar klinik ?

Jam istirahat Farrah selesai. Aku bertemu Ummi di Ruang guru.

"Rai, Ummi mau bicara sebentar.." wajah Ummi tampak sayu. Ada apa dengan wanita kesayanganku ?

"Iya Ummi.."

"Rai..jujurlah pada Ummi. Apa rumah tanggamu baik-baik saja ? Apa..Ada yang salah dengan Ghazi ?"

"Salah ? Ummi..kenapa bertanya seperti itu ?" Aku malah penasaran.

"Ah ngga Rai..Ummi hanya ingin tau. Bertahun-tahun Kalian berumah tangga, wajar kalau Ummi bertanya sesekali. Walau bagaimanapun insting Ummi sebagai ibu kalian masih kuat Rai.."

Ummi..sangat ingin aku memeluknya dan menceritakan perjuangan Mas Ghazi selama ini. Kekasih hatiku selalu menutup rapat lukanya demi menjaga hati Ummi..

"Rai dan Mas Ghazi baik-baik Aja kok mi.."
Ummi menghela nafas panjang.

"Ya sudah kalau begitu, Ummi pulang dulu ya. Assalamu'alaykum."

"Wa'alaykumussalam." Aku mencium tangan Ummi.

***

Hari ini meski sangat kesal dengan Mas Ghazi, tapi aku tetap ingin membuatkan makanan kesukaannya, Sop buntut.

Aku sedang memasak sambil mendengar kajian dari channel TV Islam saat tiba-tiba tangan lembut memelukku dari belakang.

"Harum sayang, masak apa ?" Hampir aku menumpahkan Sop yang sedang ku tuangkan ke mangkuk saji.

"Astaghfirullah Mas Ghazi iih ! Kaget tau ! Kok tumben sore-sore udah pulang ?!"
Omelku. Ini serius. Berbahaya lho mengagetkan orang yang sedang memasak.

"Kaget tapi seneng kaan" goda Mas Ghazi kepadaku. Aku jelas tersipu. Memang senang.

"Iya, tadi meeting sama klien selesai lebih cepet jadi sekalian pulang aja." Jawabnya.

"Gimana Mas abis cuci mata udah seger ?"

"Cuci mata ? Capek sayang. Minggu depan harus ke "site tambang" lagi." Jawab Mas Ghazi polos.

"Yaah sayang dong ga bisa sesi konsultasi sama Sha ?" Ujarku ketus.
Mas Ghazi tampak kaget.

"Anak-anak mana bun ?"
"Masih ngaji di Rumah Qur'an sampe Maghrib nanti."

Mas Ghazi mendekatiku. Wajahnya tidak suka seperti marah.

"Maksud Kamu bawa-bawa Sha itu apa ?!"
Aku kaget. Kenapa Mas Ghazi semarah ini ?
Belum sempat aku jawab, Mas Ghazi menggendongku ke kamar.

"Mas ngapain sih ? Lepas iih !"
"Aku cuma mau cuci mata sama kamu.."

Aku harus banyak berucap syukur kepada Allah. Bukan karna Mas Ghazi hebat, bukan karna aku sabar luar biasa, tapi karna kami tidak pernah lepas meminta dan Allah berbaik hati menolong.

"Mas, makasi yaa.."
"Mas yang berterima kasih sama kamu Rai.."

Berjeda..

RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang