Shanum PoV

6.3K 304 22
                                    


"Selamat siang ? Benar dengan Shanum Adiwitra konselor pernikahan ?" Suara seorang laki-laki di ujung telepon.

"Benar Saya sendiri. Ada yang bisa dibantu ?"
Jawabku.

"Hmm..Saya Ghazi, mau membuat janji konsultasi bisa ?"

"Bisa, silakan datang besok jam makan siang. Saya Kosong pasien di jam tersebut."

"Ok"

Aku ingat percakapan pertama kami 3 tahun lalu.

3 tahun konsultasi, Ghazi bisa disebut sebagai klienku yang terlama. Aku tidak lagi menyebutnya pasien karna secara umum sepertinya dia sudah "sembuh".

Saat pertama Kali Kita bertemu, aku terkejut mendengar kisahnya. Seorang laki-laki yang sempurna, tapi Tuhan tau tidak ada yang boleh sempurna selain Dia maka diujilah Ghazi dengan orientasi seksualnya.

Sesi konsultasi kami sering menjadi sesi curhat pribadi. Aku yang tumbuh hampir tak berayah dan beribu karna kesibukan mereka mendapatkan kenyamanan dari sosok Ghazi yang mengayomi. Tidak professional ? Benar. Sudah hilang profesionalitasku sejak 2 tahun lalu. Sejak aku menyadari bahwa..aku jatuh cinta pada Ghazi.

Bukan sekali dua kali aku memujinya, membangkitkan kepercayaan dirinya bahwa dia adalah lelaki sempurna. Tidak perlu menyukai laki-laki lain untuk mendapatkan posisi nyaman karna di luar sana akan ada banyak wanita mengantri untuk jadi tambatan hatinya. Termasuk aku.

Siang tadi Ghazi datang ke klinikku. Aku bersiap dengan penampilan terbaikku.

Aku fikir inilah saatnya aku benar-benar jujur dan menghentikan hubungan terapis-klien. Aku berharap lebih. Apalagi beberapa minggu ini rumah tangga Ghazi memanas. Aku fikir Rai tidak akan mau menerimanya.

Aku biarkan Ghazi dengan fikiran bahwa dia belum sepenuhnya bisa melupakan Arman padahal tanda-tanda trauma itu sudah mulai hilang. Aku membiarkannya agar Rai atau Ghazi mundur sendiri, dengan begitu aku bisa masuk pelan-pelan ke dalam hatinya. Sebagai Terapis yang menanganinya, aku tau Ghazi sudah hampir sembuh dari traumanya. Seluruhnya.

Siang itu aku gagal bahagia.
Ghaziku, dia berhasil mengubah pola fikirnya dan menafkahi Rai..

Aku cemburu ? Pasti. Sangat.
Beberapa Kali aku pernah merangsang Ghazi tapi tidak pernah mendapat respon yang baik. Dia benar-benar menjaga hatinya untuk Rai.
Dia penuhi janjinya..
"Suatu saat jika traumaku sembuh, Rai adalah satu-satunya wanita yang ingin dan bisa aku tiduri. Aku rasa ini adalah hadiah untuk kesabarannya bahwa hatiku tidak bisa berpindah ke lain hati."

Kesempatanku sudah hilang.
Minggu depan aku akan bertemu Raihanah istrinya. Aku ingin tau wanita seperti app yang bisa membuat Ghazi menangis karna tidak bisa menafkahinya ? Wanita ini pasti istimewa karna pasienku yang lain selalu dingin dengan wanita mereka tapi Rai selalu bisa membuat Ghazi mesra meski tanpa aktivitas ranjang diantara mereka.

Berjeda..

RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang