Rizkiku mimpi basah

8.8K 220 5
                                    


Kulirik jam, sudah jam sebelas malam. Kenapa Mas Ghazi belum pulang juga. HP nya tak bisa dihubungi. Keterlaluan. Tak bisa begini terus.
Sudah melalaikan hakku, sekarang seenaknya saja mengganggu fikiranku.

Sejak sepuluh tahun lalu, hubungan biologis kami memang tidak bisa dibilang lancar. Jika pengantin baru biasa melakukannya dengan frekuensi yang sering, Aku dan Mas Ghazi paling sering sebulan 2x.

Aku ingat malam pertamaku yang gagal karna haid. Setelah aku bersih dari haid, Mas Ghazi mendapat giliran tugas ke luar kota dan tidak bisa menolak karna jatah cuti menikahnya sudah habis.

Aku dan Mas Ghazi baru berhasil melakukannya sebulan setelah kami menikah. Itupun dengan drama bahwa dia tidak tega melihatku kesakitan. Tapi, bukankah setiap malam pertama pasti begitu?

Dengan kondisi haid yang tidak teratur, Mas Ghazi yang sering bolak balik keluar kota membuat hubungan kami di ranjang semakin tidak teratur. Awalnya biasa karna aku juga masih menyelesaikan skripsi saat itu, belum terfikir ingin hamil dalam waktu dekat.

Setelah 2 tahun menikah, kami memutuskan memeriksakan diri ke dokter. Diagnosanya sel telurku kecil sehingga agak sulit dibuahi.
Kami mengikuti program dokter selama setahun. Dengan izin Allah Alhamdulillah aku hamil dan bisa melahirkan Fayyadh dengan proses kelahiran normal.

Tidak ada yang aneh dari hubungan ranjangku dengan Mas Ghazi, meski dia sangat sulit terangsang. Terlebih setelah mendampingi proses kelahiran Fayyadh dan aku mengeluhkan sakitnya jahitan perineum, dia sering tidak tega. Aku fikir sebab lain karna beban pekerjaan yang cukup melelahkan.
Aku beritahu, jika kami melakukannya sebulan sekali itu sudah bersyukur. Karna begitulah pola kami. Aku sudah lelah mempermasalahkannya. Maka aku sampai di fase, ya sudah daripada setiap aku meminta ujungnya malah bertengkar, maka yang terbaik adalah jalani saja rumah tangga tanpa terlalu memikirkan kebutuhan biologis itu sendiri. Karna tanpa meminta itu, entah kenapa Aku dan Mas Ghazi bisa sangat akur dan itu lebih menentramkan hatiku.

Hampir setahun ini ritme hubungan kami semakin berantakan. Awalnya Mas Ghazi sering murung, sedih entah kenapa. Setiap aku bertanya dia hanya menjawab "lagi pusing aja bun, banyak pekerjaan."
Pernah 2 bulan, 3 bulan dia tidak menafkahi batinku. Tapi semakin hari semakin jarang. Ini adalah rekor terlama aku tidak disentuhnya entah kenapa. Kalian tahu ? Meskipun aku wanita, tak peduli berhijab panjang atau pendek, shalihah atau tidak, aku tetap membutuhkan penyaluran terhadap kebutuhan biologis.
Maka semakin hari aku merasa emosiku kian tak stabil. Menurut ilmu kesehatan, jika hasrat biologis tidak tersalurkan memang akan memperngaruhi mood seseorang.

Lalu bagaimana aku bisa bertahan dalam satu tahun terakhir ini ?
Entahlah. Kadang karna kesibukan dengan anak-anak, mengurus TK Ummi dan rezeki dari Allah.
Maksudnya? Iya, Allah memberiku rizki tersalurnya kebutuhan itu dengan membuatku bermimpi basah. Apa? Memangnya wanita bisa? Bisa. Aku mengalaminya beberapa kali dan itu seperti menyeimbangkan kewarasanku. Entah bagaimana seorang lelaki seperti Mas Ghazi bisa bertahan, aku sendiri penasaran.

***

Hampir jam 12 Mobil Mas Ghazi masuk ke garasi rumah.
Dia membuka pintu dan kaget karna aku belum tidur.

"Bun, kok belum tidur ?"
"Mas fikir aku bisa tidur ?" Jawabku ketus.

"Maaf, HP Mas lowbat, tadi ban mobil bocor jadi harus cari-cari derek segala."

"Udah Mas. Aku muak tau ga denger rangkaian cerita Mas. Silakan mengarang bebas. Nyatanya aku udah tau kok kalo mas itu menyimpang !!"
Tampak wajah Mas Ghazi kaget dan menegang.

"Menyimpang? Maksud Kamu apa bun?"

"Iya ! Mas menyimpang dari janji pernikahan ! Mas, selingkuh kan ?!"
Ujarku berapi-api.

"Astaghfirullah bun, Kamu ngomong apa sih ?"

"Mana HP Mas ? Kalo ga ada apa-apa harusnya ga keberatan kan aku periksa ?" Tanpa izin aku menggeledah kantong Mas Ghazi.

"Demi Allah Lowbat bun."

Ketemu ! Ah benar lowbat.

"Kalo gitu coba karang lagi cerita Mas, Siapa Sha itu ?!" Aku hampir meledak.

"Dia kan yang udah bikin Mas dingin sama aku ?" Senyumku merendahkan.

"Sha ? .. Kamu baca sms di HP Mas tanpa izin dek ?"

"Wajar. Dan aku ga menyesal ! Satu yang aku sesali karna bodoh ga mengeceknya dari dulu ! Ahh betapa percaya pada manusia itu mengecewakan ya !" Aku sinis.

Mas ghazi menghela nafas panjang.
"Rai..duduklah sini.."
Gontai. Dia jatuhkan tubuhnya di sofa seolah pasrah sebesar apapun keributan yang akan terjadi setelahnya.

***

Ghazi PoV

Aku tau orientasi seksualku sebisa mungkin harus diredam. Selama ini aku tidak pernah punya teman bicara. Ummi apalagi Rai, tidak mungkin aku mengeluh pada mereka.

Sepertinya aku harus mulai konsultasi. Kalaupun tidak meredam setidaknya aku punya teman bicara.

Aku mulai mencari info tentang Psikolog yang bisa menangani kasusku.
Aku menghubunginya dan membuat janji bertemu.

Namanya Shanum. Usianya tak berbeda jauh dariku sehingga aku cukup nyaman bercerita kepadanya.
Ini tahun ketiga kami menjadi teman baik. Hubunganku dan Shanum hanya sebatas Terapis dan pasien saja. Tidak pernah lebih.
Meski kecantikan Shanum tidak kalah dengan Rai, tapi Kalian tau kan orientasi seksualku ?

Jadwal konselingku juga fleksibel. Meski begitu setidaknya Seminggu sekali pasti kami bertemu.

Sha biasa aku memanggil, kami sering membuat janji lewat sms yang kemungkinan jarang dibuka oleh Rai. Akupun selalu menghapus sms Sha sebelum Rai bisa membacanya.

Pasti ada SMS yang tak sengaja dibaca Rai Sehingga dia bertanya.

Aku harus jawab apa..apa ini waktunya aku bicara?

Berjeda..

RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang