Bidadari cemburu (Ghazi PoV)

7.2K 347 18
                                    


Aku berjalan masuk menuju klinik Shanum. Hari ini jadwal konsultasiku.

Sebenarnya apa yang kulakukan setiap sesi konsultasi dengan Sha?
Lebih banyak bercerita memang. Kemudian Sha akan menanggapinya dengan sudut pandang lain yang tidak terfikir olehku sebelumnya. Ini disebut terapi sugesti. Beberapa hari setelah sesi konsultasi memang menyamankan aku, tapi seperti manusia yang haus, aku sering turun semangat "sembuh" dan kembali harus disugesti lagi.

Sha beberapa kali mengatakan bahwa keterbukaan adalah salah satu kunci agar memudahkan proses kesembuhanku. Tapi kemarin-kemarin, aku memang belum berani.

Hari ini, entah kenapa aku masuk ke kliniknya dengan perasaan senang, semangat, sangat positiflah.

Ku ketuk pintu ruangan Sha.

"Masuk" kata suara di dalam.

Aku membuka pintu dan kaget.
"Sha ? Kamu..berhijab ?" Tanyaku senang.
Sha tersenyum.

"In sya Allah. Cantik tidak Ghazi ?"

"Cantik. Sangat cantik." Memang cantik batinku.

"Duduk Ghazi. By the way, are you ok ? Aku lihat Kamu sumringah sekali."

Aku tersenyum malu,
"Hmm..iya Sha, aku bahagia."

"Karena ? Wait. Sepertinya aku tau. Biasanya aura ini didapatkan jika kebutuhan seksual seseorang sudah diekspresikan. Karna hal itu akan sangat mempengaruhi mood seseorang. Aku, sudah cukup lama tidak melihatmu begini." Ujar Sha berusaha menebakku.

"Kamu..melakukannya dengan siapa Ghazi ?" Selidik Sha penasaran.

"Kamu benar Sha, dan aku tentu saja melakukannya dengan Rai.." jawabku senang.

"Ohh..akhirnya ya.." tapi ada yang berubah dari raut wajahnya Sha.

"Kenapa Sha ? Kamu sakit ?"

"Ah ngga. Aku ikut senang Ghazi." Jawab Sha singkat.

"Aku juga ikut senang melihat Kamu berhijab sekarang Sha. Gimana prosesnya ?"

"Ini sesi konsultasi Kamu Ghazi, bukan Saya. Turn back on track please " Sha mendadak agak dingin.

"Ohh, ok Sorry Sha..Hmm Rai mau bertemu dengan Kamu. Dia mau menemani proses terapiku."

"Boleh, tentu saja. Datanglah minggu depan bersama Rai."

***

Sha, dia memang terapis sekaligus teman baikku. Beberapa kali dia memberikan semangat dalam sesi konsultasi bahwa betapa sempurnanya aku sebagai laki-laki.

Perasaan mau melindungi laki-laki lain adalah kesalahan jika dilakukan dengan menjalin hubungan cinta dengan mereka.
Karna alih-alih melindungi, Kita justru bisa terjerumus menjahati mereka. Betapa banyaknya laki-laki normal yang berubah menjadi LGBT karna pola asuh yang salah, lingkungan yang tidak benar dan perasaan maklum dari sesama.

Tidak dipungkiri semakin banyaknya prilaku ini, diangkat di televisi, dijadikan bahan candaan, membuat mata dan hati Kita menjadi maklum. Padahal kata Rasulullah jika ada kemungkaran, lawanlah dengan perbuatan, lisan, lalu hati.
Melawan dengan hati adalah selemah-lemahnya iman. Jadi jika Kita justru nyaman berteman dengan mereka tanpa menasehati, mengusahakan perubahan, Kita lebih buruk dari yang lemah iman.

Aku tidak mengatakan aku benar, tapi setidaknya bertahun-tahun aku mengusahakan untuk sembuh. Sedangkan Arman ? Itu adalah sisi burukku sebagai manusia yang kerap jatuh bangun dalam usahanya mencapai kesembuhan dan pertaubatan.

Aku ini manusia, pasti diuji bukan ? Jika ada yang diuji dengan harta, sakit, keluarga tidak harmonis, bab ujianku yang terberat adalah tentang orientasi seksual. Tapi aku yakin bahwa ini ujian yang sama berat dengan yang lain. Selalu ada pilihan untuk taat atau menyimpang ?

Mereka yang tidak bisa makan karna tak punya uang, bisa memilih mengemis atau mencuri ?

Mereka yang ingin Kaya bisa memilih qana'ah atau korupsi ?

Mereka yang tidak puas dengan pasangan bisa memilih bersabar atau selingkuh ?

Selalu ada pilihan meski berat. Itulah letak ujiannya bukan ?

Aku bisa memilih memaki taqdir buruk yang menimpaku, atau bersyukur dengan pengalaman pahit dan bisa lebih berhati-hati menjaga keluargaku terutama Fayyadh dan Farrah.

Trauma itu pasti masih ada, tapi Allah menggantinya dengan mengirimkan Rai sebagai istri dan teman hidup. Sungguh aku mencintainya dan tidak ingin kehilangannya.

Aku juga berterima kasih kepada semua istri yang mau bersabar menghadapi ujian sepertiku, karna sesungguhnya kami membutuhkan kalian.

Ingatanku melayang kepada Sha. Suatu Hari di sesi konseling dia mengatakan,
"Kamu adalah pasienku yang paling lurus Ghazi. Seandainya Rai tau dan meninggalkanmu, aku pastikan aku mau mendampingimu."
Aku tidak faham apakah itu bentuk sugesti dukungan atau..pernyataan cinta ? Yang kulihat tadi, sepertinya Sha cemburu..

HP ku berbunyi, telepon dari Rai.
"Assalamu'alaykum Sayang ?"
"Wa'alaykumussalam mas. Lagi dimana ?" Tanya Rai di seberang telepon.

"Mas baru beres dari klinik Sha.."

"Ooh..ya sudah." Nadanya menciut. Teleponnya ditutup. Kenapa Rai ? Bidadariku cemburu juga ?

Berjeda..

RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang