Pengakuan

7.5K 331 19
                                    

RANJANG

Part 10

"Mas..bukan laki-laki dengan orientasi seksual yang normal Rai.."
Ucapan Mas Ghazi seperti godam yang dipukulkan di kepalaku.
Hampir aku jatuh karna merasa tak punya tulang.

Aku paksakan menghampiri Mas Ghazi yang duduk di sofa. Kukumpulkan sisa tenaga,

"Plakk !" Aku menamparnya. Airmataku tak terbendung. Aku berjalan lemas masuk kamar.

"Ternyata Nania benar. Kecurigaannya benar." Tubuhku bergetar sambil menangis. Entah rasa apa ini. Panik, sakit, sesak sekali.

***

Hari ini hari pertama Farrah masuk TK. Aku mengantarnya sekaligus mengurus TK Ummi.
Aku seperti setengah sadar. Mataku bengkak karna menangis dan tidak tidur semalam. Mas Ghazi menghampiriku di meja makan setelah bersiap. Wajahnya juga sayu. Tapi aku tidak peduli. Pembohong itu, aku benci dia. Jijik padanya.

"Bunda kenapa ? Kok matanya bengkak ? Bunda abis nangis ya ? Berantem sama ayah ?" Fayyadh memperhatikan kami yang tidak saling menyapa.

"Fayyadh hari ini berangkat sekolah sama ayah ya." Ucap Mas Ghazi.

"Jangan ! Biar sama aku !"

"Bun.."

"Gimana bisa aku mempercayakan anakku pada lelaki seperti Kamu Mas ?!" Bisikku menegang.

"Rai !! Jangan pernah menilai saya. Kamu bahkan ga kenal Saya sama sekali !" Mas Ghazi marah. Sangat tersinggung. Sejak menikah dia tidak pernah memanggilku dengan sebutan nama dan membahasakan dirinya dengan kata-kata "Saya". Sungguh canggung. Rasanya ada jarak yang sangat jauh diantara kami. Dadaku mendadak merasa sakit sendiri.

"Fayyadh ayo berangkat !"
Mas Ghazi meninggalkanku di meja makan.

Bulir airmata itu mengalir deras lagi. Cepat-cepat aku cari HP ku dan menelpon Nania.
"Nan, ketemu makan siang di kantor Kamu ya." Belum sempat Nania mengiyakan, sudah kututup telponnya.

Aku berangkat menuju sekolah.

***

Aku haru melihat Farrah masuk sekolah di Hari pertama. Bayi mungilku sudah besar.
Berbeda 3 tahun dengan Fayyadh tanpa KB.

Kami menjalani proses bayi tabung untuk mendapatkan Farrah. Hal ini karna intensitas hubungan biologis kami yang tidak teratur dan kuantitas produksi sperma Mas Ghazi yang sedikit.
Alhamdulillah lancar, Farrah lahir setahun kemudian.

***

Lamunanku buyar saat suara yang kukenal memanggilku.

"Assalamu'alaykum Rai." Aku sedang duduk di taman memperhatikan Farrah bermain saat itu.

"Eh Mas Syahril."

"Mas ? Fikiran Kamu ini lagi ke aku atau ke suami Kamu Rai ? Bahkan sampe lupa jawab salam" Kang Syahril meledekku.

"Eh iya Kang. Wa'alaykumussalam." Aku tidak bisa menyembunyikan bengkak dimataku yang sedari tadi juga menjadi perhatian orang banyak.

"Kenapa Rai ? Lagi ada masalah ya ?" Kang Syahril mencoba memancingku.
Tapi tidak. Bukan dia orang yang tepat untuk ku ajak bicara saat ini.

"ah ngga Kang ga kenapa-kenapa kok."

"Berarti ada apa-apa. Wanita kan gitu Rai. Apa yang dikatakan selalu berbeda dari kenyataan. Dulu waktu Mira sakit, setiap dia merintih saya tanya sakit ya ? Dimana ? Apa yang bisa saya lakukan buat meringankan sakitnya ? Dia selalu menggeleng. Keukeuh kalau dia ga merasa sakit." Cerita Kang Syahril.

RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang