8. Bintang Jatuh

1.7K 266 3
                                    

Kita sampai di puncak lebih lama dari yang di perkirakan. Selain karena terlalu sering berhenti, mas Yudha juga jadi salah satu penyebabnya.

Tadi setelah kita selesai makan bakso, beberapa kilometer berkendara mas Yudha tiba-tiba panik di kursinya karena dompetnya tidak ada dalam jangkauannya. Akhirnya bang John putar balik ke warung bakso tadi untuk mencari dompet mas Yudha yang sudah seperti kita duga memang ada di sana. Namun selain kecerobohannya itu, mas Yudha juga jadi salah satu dalang kelucuan di sepanjang perjalanan kita.

Yeah benar, ternyata mas Yudha tidak sekalem kelihatannya.

Sesampainya di villa yang sudah dipesan bang John jauh-jauh hari, kita menurunkan barang bawaan dan berkeliling di sekitar villa untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan sekitar.

Sesuai arahannya, aku dan Kathlyn menempati kamar di lantai atas villa ini. Aku memasuki salah satu kamarnya dengan nuansa minimalis, ranjangnya mengarah ke balkon yang dibatasi dengan pintu kaca besar, menampilkan pemandangan hamparan hijau di depan mata.

Setelah cukup lama menikmati pemandangan, aku membersihkan diri lalu mengistirahatkan tubuhku di tempat tidur besar ini. Memainkan ponselku saat Kathlyn masuk dan mengisi tempat di sebelahku.

"Kirain ikut bang John."

Aku mengerutkan kening bingung, "emang bang John ke mana?"

"Belanja katanya."

"Kaya ngerti aja dia. Sendiri?"

"Rame-rame sama yang lain."

"Oh, Ya udah kita di sini aja."

Setelah beberapa keheningan yang tercipta karena kita sibuk dengan ponsel masing-masing, sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di kepalaku.

"Kath, lo kok bisa pacaran sih sama kak Tyo?"

Kathlyn terdiam kemudian terkekeh, "gue juga bingung."

"Padahal kak Tyo kan punya halal gap."

"Maksudnya?"

"Yaah dia kaya menjaga wudlu gitu, orang gue pegang aja menghindar dia."

"Masa sih? Najis kali lo?"

"Sialan," aku tertawa tertahan, "emang sama lo nggak ya?"

"Kita bukan tipe yang touchy gitu sih."

"Oh... Ya bagus deh."

"Tapi gue juga kadang suka iri liat kalian."

"Kalian?" aku berhenti bermain ponselku lalu mengerutkan kening bingung ke arahnya.

"Lo sama bang Johnny."

"Kenapa?"

"Cocok aja," matanya tampak menerawang, ada jeda sebelum ia kembali melanjutkan, "liat kalian tu bukan kaya lagi pacaran. Serasi sih."

"Apa sih? Kalian juga cocok tau!" aku menyangkal ucapannya, mengibas-ngibaskan tanganku di depannya.

"Lo tau nggak kak Tyo pernah bilang apa?"

"Apa?"

"Itu tadi,"

Aku mencerna kalimatnya agak lama, sedikit bingung dengan maksudnya.

"Kalo kalian jodoh." Kathlyn tampak kesal karena aku tak mudah menangkap maksud ucapannya.

"Kak Tyo ngomong gitu?" aku terperanjat karena setahuku itu bukan hal yang seorang kak Tyo akan bicarakan.

"Buktiin deh." tantangnya, membuatku sedikit manaruh harap pada kalimat itu.


LIMITLESS | Johnny Suh [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang