Aku terbangun dengan rasa lelah di sana-sini. Untuk beberapa saat aku hanya menatap langit-langit kamarku. Perasaan hampa menyerangku, sepertinya aku baru saja mimpi buruk atau mungkin sesuatu yang buruk telah benar-benar terjadi. Tapi aku bahkan tidak ingat mimpi apa semalam, jadi apa hal yang lebih buruk dari mimpi buruk ditinggalkan oleh bang John?
Semuanya terasa tak nyata. Debaran tak nyaman ini sangat mengangguku. Aku mencari ponselku. Selalu ada pesan darinya tiap aku mengecek ponsel.
Benar.
6 pesan kuterima pagi ini.
Aku melenguh lega, kuharap salah satunya datang darinya. Aku memaksakan diriku terbangun sepenuhnya dengan mata sembab dan pedih. Rasanya terlalu nyata untuk jadi mimpi buruk.
Aku menggulir aplikasi obrolan ini. Berharap melihat pesan darinya tidak berlebihan kan?
6 pesan teratas belum kubaca, dan nama yang sejak tadi aku sebut di dalam hatiku ada di baris ke-7.
Aku terdiam mematung memandangi namanya berharap ini semua tak nyata. Duniaku seakan runtuh begitu saja dan perlahan-lahan seolah tubuhku dihujam oleh peluru dari segala arah.
Aku bangun hanya untuk menemui fakta bahwa ia menghilang.
Tanpa kabar bahkan salam.
Sakit dan sedikit pusing, aku ingin menyangkal kenyataan pahit ini. Tanpa sadar, air mataku jatuh. Menambah pedih mataku yang sepertinya telah bekerja keras mengeluarkan air mata. Aku tak pernah secengeng ini sebelumnya.
Ini semua terlalu tiba-tiba. Memaksaku memutar memori terakhirku bersamanya.
Aku sangat yakin, kita baru saja bertemu beberapa hari yang lalu. Dia baru saja berjanji untuk bertemu denganku kemarin. Aku bahkan masih mengingat dengan jelas rasa mint di bibirnya dan menjadikanku wanita yang paling dicintai di dunia. Kita baik-baik saja.
"Aku beruntung banget punya kamu. Aku pengen terus sama kamu."
Aku bahkan dengan jelas mengingatnya mengucapkan kalimat indah itu sebelum pulang. Seuntai kalimat berisi harapan. Lalu setelah menerbangkanku, ke mana ia pergi? Padahal ia berjanji untuk tidak akan melepaskan genggaman tangannya jika aku jatuh padanya. Sekarang di mana dia saat aku membutuhkannya?
Hari demi hari.
Minggu bergulir.
Bulan berganti.
Yang kutemui hanya kekosongan, tanpa maksud yang jelas.
Jangan tanya seberapa keras aku mencoba menghubunginya berkali-kali, bahkan melalui semua sosial media yang dia punya. Namun itupun tetap tak menemui jawaban. Setelah mengganggunya berkali-kali aku harusnya bersyukur bahwa tak ada satupun akunku yang diblokir olehnya. Paling tidak aku masih bisa melihat fotonya yang membisu di ujung sana.
Jika sebelumnya aku berpikir bahwa kesibukan telah membawanya pergi, kini setelah beberapa bulan berlalu kesibukan apa yang menenggelamkannya hingga selama ini? Bahkan seorang pelayar mengerti bagaimana cara kembali.
Tak taukah dia bahwa caranya ini menghancurkan perlahan-lahan. Aku ditelan banyak pertanyaan yang tak kunjung terjawab.
Apa yang membuatnya seperti ini? Apa yang sudah aku perbuat? Bagaimana bisa orang berubah 180° hanya dalam waktu semalam?
Aku tidak lagi mengenalnya. Inikah sisi buruknya yang belum aku kenal? Aku serius saat aku berkata bahwa aku berharap tidak akan seburuk itu bertemu dengan sisi buruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS | Johnny Suh [✔]
Fanfic"Then I saw you who resembles me, I'm you and you're me" -Based on True Story-