Juli 2016
Menghitung hari menuju lebaran adalah saat-saat yang paling mendebarkan, ditambah libur panjang sekolah tentunya akan menjadi mengasyikkan.
Bulan Ramadhan tahun ini juga jadi puasa pertamaku bersama bang John sebagai sepasang kekasih, namun entah untuk menghormati bulan suci ramadhan atau hanya akal-akalannya saja, ia bahkan dengan sengaja meminimalisir frekuensi bertemu kita, alasannya beragam :
"Kamu suka nempel-nempel nanti aku khilaf, bahaya sayang."
Atau
"Kamu puasa kok tambah seksi sih, sayang?"
Atau seperti sekarang ini saat aku datang ke rumahnya menjelang berbuka untuk mengantar bingkisan berisi kue lebaran buatanku dan bunda.
"Assalamualaikum." sapaku saat memasuki halaman rumah bang John dan melihatnya sedang duduk di kursi teras, tingkahnya sekarang seperti sengaja menungguku datang.
Aku mendecih melihat pakaian rapinya lengkap dengan sarung hitam favoritnya, kontras dengan wajahnya yang jelas menunjukkan bahwa ia baru saja bangun tidur.
"Waalaikumsalam ukhti." ia membalas salamku dengan kedua telapak tangan disatukan di depan dada, baiklah aktingnya cukup meyakinkan untuk menjadi anak santri.
Aku menghampirinya dan merentangkan tangan kananku yang terbebas menggapai pinggangnya untuk kupeluk, namun ia memundurkan tubuhnya menghindariku.
"Astaghfirullah, tahan ukhti." aku menatapnya bingung, ternyata aktingnya tidak berhenti di sana.
"Nggak boleh ya? Belum buka puasa?" aku berjalan masuk ke dalam rumah mendahuluinya.
"Nggak apa-apa deh yang, dikit aja." ia meraihku dan mengecup keningku singkat.
"Astaghfirullah akhi!" protesku namun tetap tak menahannya untuk melakukan niatnya itu.
Kita terkekeh seraya berjalan menuju ke dapur, menemui mama yang sedang menyiapkan menu buka puasa. Aku meletakkan bingkisannya di atas meja makan untuk melihat mama lebih dekat.
"Assalamualaikum ma, bikin apa?"
Mama menyambutku dengan senyum hangat, "waalaikumsalam, Jihanne sama siapa?"
"Sendiri ma."
"Kirain dijemput Johnny,"
Aku melirik bang John yang duduk mengabsen kue-kue kering yang aku bawa di meja makan.
"Mama bikin ayam balado nih, kesukaan Johnny."
"Bang John kesambet apa ma pake sarung begitu?"
"Mama juga heran tadi tumben bangun tidur berisik nyari sarung, ternyata pencitraan karna kamu mau dateng ya?" mama duduk di kursi sebelah bang John sedangkan aku duduk di seberang mama.
"Kuenya dari Jihanne ya?" mama menggeser satu toples ke hadapannya.
Aku tersenyum bangga, "iya ma, semuanya bikin sendiri."
"Lah? Kirain beli. Coba dulu deh."
"Heh! Tanganmu itu celamitan aja orang belum buka puasa," mama menepis tangan bang John yang hendak membuka satu toples berisi nastar, "pinter banget bikin kuenya, makasih ya."
"Iseng sih ma daripada tidur-tidur aja."
"Naah kamu bilangin tuh Johnny."
"Mama nih gimana? Orang tidur itu pahala kok disalahin?" bang John mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS | Johnny Suh [✔]
Fanfiction"Then I saw you who resembles me, I'm you and you're me" -Based on True Story-