Kali ini masih bersama bang John dengan segala keanehannya di minggu-minggu terakhir di bulan Maret, ia dengan sengaja bertanya jam berapa aku dilahirkan. Alasannya karna ia ingin mengucapkan selamat ulang tahun tepat di jam saat aku dilahirkan.
"Kalo kecepetan kan nggak enak, masa bunda lagi kontraksi aku udah happy birthday aja? Nggak sopan dong?" jelasnya.
Ada benarnya juga sih.
Namun sayangnya ulang tahunku tahun ini berlalu begitu saja dengan cepat, tidak ada kejutan, tidak ada perayaan, dan juga tidak ada episode sehari bersama bang John karena ujian akhir sedikit banyak menyita waktu bermainku.
"Kamu bisa diganggu nggak pas ujian?"
"Ya masa lagi ujian diganggu?"
"Bukan, maksudnya pas masa-masa ujian."
"Nggak bisa kayanya, harusnya sih bisa."
"Ya udah belajar aja yang bener biar lulus. Kasian gurumu bosen ngajar kamu."
"Aku juga bosen kali?"
Sesuatu yang aku sebut kode darinya di atas bahkan tak menemui ekpektasinya. Aku pikir ia akan sedikit mengganggu waktu belajarku untuk merayakan ulang tahunku bersamanya, ternyata tidak. Semuanya berlalu begitu saja.
Aku baru bisa bertemu dengannya setelah rangkaian ujian nasionalnya selesai. Sangat salut bagaimana ia benar-benar bertanggung jawab atas ucapannya untuk tidak akan mengangguku selama ujian belum berakhir. Bahkan ia beberapa kali menolak ajakanku sembari bersabda;
"Sabar sayang, ini ujian."
Kebahagianku karena ujian resmi berakhir bertambah lagi saat tahu bahwa ia yang menjemputku sepulang sekolah. Setelah beberapa minggu memupuk rindu, lihat betapa lebar senyumku saat akhirnya bisa memeluknya.
"Lulus kan?" tanyanya setelah aku dengan berat hati melepaskan pelukan.
"Eits! Beloom." aku memakai sabuk pengamanku, bersiap untuk dibawanya kemanapun.
"Selesai ujian gini tu harus dirayain ya yang?" ia menginjak pedalnya, mulai fokus pada jalanan di depan.
"Pake lilin nggak?"
"Mau ngepet kamu?" candanya.
Kita tertawa, "bang John dulu selesai ujian dirayainnya ngapain?"
"Konvoi lah,"
Aku mendecih.
"Dulu angkatanku masih ada konvoi. Sekarang kan nggak boleh ya kamu?"
"Iya, nggak penting juga sih."
"Lebih penting urusan kita ya?" ia menaik turunkan alisnya menggodaku.
"Apaan sih." aku terkekeh.
"Daripada konvoi mending quality time sama aku."
"Lah dulu bang John kenapa nggak quality time malah konvoi?"
"Dulu kan kamu belum lahir." ia mengibas-ngibaskan tangannya di depanku.
"Dulu kita kan dua orang asing ya?"
"Sekarang?"
"Sekarang kita... apa?" aku sengaja membalikkan pertanyaannya untuk mendengar jawaban darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS | Johnny Suh [✔]
Fanfic"Then I saw you who resembles me, I'm you and you're me" -Based on True Story-