Hari ini bang John menemaniku ke toko buku untuk mencari referensi buku persiapan UN, tadinya aku tidak berencana untuk pergi bersamanya mengingat jadwal kuliahnya yang padat, namun ternyata ia justru menyempatkan untuk mampir ke rumah menjemputku pergi bersamanya.
Salah satu sudut di bagian buku anak dengan meja bundar dan kursi kecil warna-warni di sekelilingnya lengkap bersama alat mewarnai di atas meja menarik perhatianku untuk bermain di sana.
"Bang John jago gambar nggak?" aku duduk di salah satu kursi kecil itu kemudian mengambil satu kertas hvs dan krayon warna biru muda yang tersedia di sana.
Ia duduk di depanku. Terlihat sangat menggemaskan karna badan besarnya yang kontras dengan bangku kecil ini.
"Bisa dong."
"Coba gambar masing-masing ya, bang John gambar aku, aku gambar bang John."
"Oke!" serunya menyetujui lomba dadakan ini.
Kita mulai berkutat dengan kertas dan krayon di tangan.
"Aku dulu pernah ikut lomba menggambar tapi gambarnya jelek banget aku sendiri geli." ceritaku.
"Gambar apa?" tanyanya dengan mata yang tak lepas dari karyanya.
"Waktu itu temanya laut gitu, ikan ikan."
"Kamu gambar belut?" tanyanya curiga.
Aku memicing kesal, disambut tawa puasnya.
"Aku gambar kehidupan laut. Ada gurita, bintang laut, macem-macem tapi karna capek jadi diwarnainya asal. Gini." aku membalik kertasku dan mencorat-coret asal, mereka ulang kegiatanku saat ikut lomba menggambar dulu.
Ia terkekeh, "nggak jelas kamu,"
"Udah nih." ia membalik kertasnya, sengaja menutupi karyanya.
"Kok cepet sih? Aku belum selesai. Bang John ngaco ya gambarnya? Gambar belut ya?" tanyaku curiga.
"Nggak, serius. Makanya jangan ngomong terus. Cepet aku tungguin." ia menumpu kedua tangannya di atas meja.
"Ah nggak asik," aku melanjutkan gambarku sembari bersungut kesal, "udah deh gini aja."
"Siapa dulu yang buka?" tanyanya sambil menyembunyikan kertas hasil karyanya.
"Tukeran deh nih." aku menggeser kertasku ke arahnya.
Dalam hitungan ke-3, kita bersama-sama membuka gambar masing-masing.
Ia mengerutkan keningnya, "emang aku kaya gini?" tanyanya saat melihat gambarku.
Sedangkan aku diam merona melihat hasil karyanya. Aku yang berusaha menggambarnya sepenuh hati dibalas dengan gambar hati merah muda.
"Iihh sayangg." aku merutuk kesal tanpa bisa menyembunyikan sipuan malu di wajahku.
"Kenapa? Bagus ya?" tanyanya.
"Iihh. Ini kan bukan akuu?" aku merengek manja, tak sepenuhnya protes karena sejujurnya aku senang.
"Itu kamu," ia menunjuk gambarnya, "lovely."
Rasanya aku ingin menyembunyikan wajahku yang memanas malu ini di manapun asal tidak di hadapannya saat ini. Saking salah tingkahnya aku bahkan tak sempat menanyakan pendapatnya tentang gambarku.
"Dasar," ia berdiri dari kursinya lalu mengacak rambutku kasar, "ayo."
Dengan senyum yang tak bisa hilang dari wajahku, aku menyusul langkahnya kemudian memeluk lengannya gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS | Johnny Suh [✔]
Fiksi Penggemar"Then I saw you who resembles me, I'm you and you're me" -Based on True Story-