Semalam bang John mengajakku menemaninya membeli beberapa keperluan di mall. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku sudah sampai di mall jam 11 siang. Aku sengaja meninggalkan ponselku di rumah setelah mengabarinya bahwa aku akan berangkat. Entahlah tapi rasanya hari ini aku ingin bermain dengannya tanpa gangguan ponsel.
Aku duduk di meja paling ujung dengan segelas soda dingin dan buku menu yang masih aku pegang.
Saatnya menunggu bang John.
Masih ingat kan bagaimana bersamanya aku yang tidak suka menunggu ini jadi senang menunggu. Bang John sebenarnya tak setuju jika aku selalu berangkat sendiri, karena bisa dipastikan aku yang akan menunggunya dan ia tak suka itu. Dia bilang pilihannya ada dua, menungguku atau menjemputku.
Aku membuka lembar demi lembar buku menu di hadapanku. Sedikit tak fokus membaca deretan huruf di sana karena kepalaku dipenuhi oleh bayangannya. Baju apa yang ia kenakan hari ini? Sepatu yang mana yang ia gunakan? Bagaimana rupanya hari ini? Itu semua membuatku tersenyum di antara kegiatanku saat ini. Dapat aku pastikan, orang yang melihatku saat ini pasti sangat heran.
10 menit berlalu.
Aku menulis beberapa menu yang aku inginkan dan menu yang sekiranya bang John inginkan.
Selalu jadi hal yang seru saat menebak-nebak kesukaannya seperti ini karena pada akhirnya ia akan makan semua yang aku pesan. Mengingatkanku saat kita makan di kedai mie level di mana kita saling membuat pesanan tanpa kita saling tahu.
Untuknya aku pilih level 7 walaupun sejujurnya aku ingin menjahilinya dengan level 10 namun paling tidak aku masih bermurah hati. Sedangkan untukku, ia pilih level 3.
"Level berapa, yang?" tanyanya saat pesanan kami datang. Melihat tumpukan cabai di atas mienya saat ini benar-benar menggodaku, berbanding terbalik dengan piringku yang hanya ada sedikit cabai di atasnya.
"Makan dulu lah."
"Ini cabe semua, yang." ia mengaduk-aduk mienya, sesekali mengeluarkan desisan pedas dari mulutnya. Membuatku tertawa pelan melihatnya.
"Aku pesen yang biasa aku makan kok."
"Aku pesenin kamu level 3 loh."
"Iyaa."
Aku mengibas-ibaskan tanganku menenangkannya namun tetap saja itu tak bisa menutupi fakta bahwa ia pulang dengan keringat memenuhi wajahnya.
"Lagian bang John, kirain kasih aku level 10 makanya aku kasih kamu level 7." aku tertawa pelan, sedikit tak tega melihatnya bersandar pasrah di depan ac mobilnya sambil sesekali mengelap keringat.
"Tau gitu tadi aku kasih 10 aja kamu." ia mendengus, bibirnya semerah cabai sekarang.
Aku tertawa pelan lalu mengelus lengannya, beberapa bagian di kausnya telah basah oleh keringat "mau diulang?"
"Nggak." ujarnya cepat.
"Berarti kita tadi pesennya sambil mikirin diri sendiri ya?"
"Nggak juga. Aku mikirin kamu kok."
"Apaan, babg John kan tahu aku bisa lebih dari 3?"
"Aku nggak mau kamu mati, nanti siapa yang nemenin aku?" ujarnya pelan tanpa mengalihkan pandangan padaku. Yah, mungkin aku memang terlalu berlebihan, aku jadi merasa bersalah.
Aku mencium pipinya gemas, kemudian ia menatapku tajam.
"Apa?"
"Nih panas nih rasain." ia menarik tengkukku, aku tertawa geli tak sanggup lolos darinya yang menghujaniku dengan banyak ciuman lewat bibirnya yang panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS | Johnny Suh [✔]
Hayran Kurgu"Then I saw you who resembles me, I'm you and you're me" -Based on True Story-